JAKARTA, faktapers.id – Akhir-akhir ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus mengalami tekanan. Untuk itu, beberapa waktu lalu BI memutuskan untuk menahan bunga acuan di level 5,25%.
Hari ini dari data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pagi hari dolar tercatat Rp 14.520 menguat dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.418.
“Kalau dilihat lebih luas kan bukan hanya rupiah yang melemah, tapi juga mata uang lainnya,” terang Deputi Gubernur BI, Erwin Rijanto, beberapa saat lalu.
Disampaikannya kemarin dolar AS sempat menyentuh rekor tertinggi di posisi Rp 14.534. Dan pagi ini dolar AS menunjukkan penguatan hingga ke level Rp 14.515.
BI menyebut pelemahan nilai tukar akibat penguatan dolar AS ini bukan karena BI yang menahan bunga acuan.
“Tidak, kalau dilihat lebih luas kan bukan hanya rupiah yang melemah, tapi juga mata uang lainnya,” jelas Erwin.
Dari data BI hingga 18 Juli 2018 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai pelemahan 0,52%. Dari data BI tercatat Rp 14.405 per dolar AS.
Tekanan terhadap Rupiah kembali meningkat imbas dari kuatnya ketidak pastian pasar keuangan global yang kemudian memicu penguatan dolar AS secara meluas.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengutarakan, angka ini sedikit melemahkan mata uang negara berkembang lain, seperti Filipina, India, Afrika Selatan, Brasil dan Turki.
Perry menjelaskan,
“Nilai tukar rupiah memang melemah terbatas akibat masih berlanjutnya penguatan dolar AS secara global. Rupiah sempat menguat di awal Juli 2018 ini sebagai respons positif pelaku pasar atas kebijakan moneter BI yang pre-emtive, front loading dan ahead the curve pada rapat dewan gubernur (RDG) Juni 2018 yang menaikkan BI 7 Days Repo Rate sebesar 50 basis poin,” papar Perry dalam konferensi pers di Gedung BI.
Respons tersebut mendorong aliran masuk modal asing ke pasar keuangan, khususnya Surat Berharga Negara, sehingga mendorong penguatan rupiah,” tandasnya. fp03
Recent Comments