Korban Longsor Sukabumi Akibatkan 31 Meninggal Dan 2 Hilang

×

Korban Longsor Sukabumi Akibatkan 31 Meninggal Dan 2 Hilang

Sebarkan artikel ini

Jakarta, faktapers.id – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI menegaskan, hingga hari ke-7 pasca longsor yang menimbun Kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, tim SAR gabung an terus melakukan upaya pencarian korban longsor.

“Hingga Minggu (6/1) pagi, dari 100 orang terdampak longsor, tim SAR gabungan telah menemukan 64 orang selamat, 31 orang meninggal dunia, 2 orang hilang dan masih dalam pencarian, dan 3 orang luka. Dari 3 orang luka tersebut 1 orang luka berat masih dirawat di Rumah Sakit Pelabuhan Ratu dan 2 orang sudah diperbolehkan pulang,” jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis diterima wartawan , Minggu (6/1) siang tadi.

Diungkapkan Sutopo, 31 korban meninggal dunia semuanya sudah berhasil teridentifikasi oleh petugas medis. Menurutnya, Tim SAR gabungan yang dikoordinir Basarnas dibantu oleh TNI, Polri, BPBD, SKPD, PMI, Tagana, NGO, relawan dan masyarakat terus melakukan pencarian korban sejak kejadian longsor pada 31 Desember 2018 sore. Kondisi cuaca yang cerah sangat mendukung operasional dilapangan.

“Daerah di Kabupaten Sukabumi banyak yang rawan longsor. Kondisi topografi perbukitan dengan batuan penyusun yang porus, gembur dan lepas menyebabkan mudah longsor. Banyaknya penduduk yang tinggal di daerah rawan longsor menyebabkan tingkat risiko longsor tinggi,” kata dia.

Lebih jauh dipaparkannya, selama 10 tahun terakhir telah terjadi 132 kali longsor di Sukabumi dengan beberapa kejadian. Diantaranya menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan. Misalnya, longsor di Kecamatan Cireunghas pada 28 Maret 2015 menyebabkan 12 orang meninggal dunia, 293 orang terdampak, dan 11 rumah rusak.

Sutopo menambahkan, mitigasi longsor masih memerlukan banyak perhatian, baik mitigasi struktural seperti penguatan tebing, pemasangan sistem peringatan dini longsor, penghijauan dan lainnya, juga mitigasi non struktural seperti pemetaan, sosialisasi, tata ruang, pendidikan kebencanaan, gladi dan lainnya.

“Puncak musim penghujan sebagian besar wilayah Indonesia adalah Januari hingga Februari. Masyarakat diimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaannya,” pesan Sutopo. 

Berikut data korban meninggal dunia yang sudah ditemukan dan diketahui identitasnya:

Senin (31/12/2018) :
– Hendra (Lelaki).
– Sasa (Perempuan).

Selasa (1/1/2019) :
– Ukri (L) 50 tahun.
– Riska (P) 27 tahun.
– Rita (P) 15 tahun.
– Yanti (P) 38 tahun.
– Ahudi (L) 60 tahun.
– Suryani (P) 35 tahun.
– Jumhadi (L) 47 tahun.
– Yami (P) 26 tahun.

Rabu (2/1/2019):
– Sukiman (L) 70 tahun.
– Umih (P) 70 tahun.
– Endu (L) 43 tahun.

Kamis (3/1/2019) :
– Mulyani (P) 60 tahun.
– Madtuha (L) 50 tahun.
– Andra Maulana (L) 8 tahun.
– Adsa (L) 45 tahun.
– Miah (P) 40 tahun.

Jumat (4/1/2019) :
– Nanih (P) 45 tahun.
– Sugandi (L) 41 tahun.
– Artemah (P) 85 tahun.
– Ernawati (P) 14 tahun.

Sabtu (5/1/2019) :
– Ecih (P) 15 tahun.
– Serly (P) 3 tahun.
– Sukiat (L) 56 tahun.
– Asep (L) 38 tahun.
– Lina Wati (P) 13 tahun.
– Suyeti (P) 20 tahun.
– Adsih (P) 40 tahun.
– Mirha (L) 60 tahun.
– Armi (P) 45 tahun.
Sumber Data : Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB. red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *