Getah Karet Tak Berharga, Petani di Kubar Meringis

×

Getah Karet Tak Berharga, Petani di Kubar Meringis

Sebarkan artikel ini

Kubar, faktapers.id – Hampir mencapai sepuluh tahun hingga kini, keluhan ribuan petani karet di Kutai Barat (Kubar), Kalimantan Timur (Kaltim), terkait harga getah karet yang tak ada peningkatannya, belum ada solusi jitu.

Petani karet pada 16 kecamatan se-Kubar meradang dengan kondisi tersebut. Mereka menyebut tak ada tempat mengadu, karena selama ini DPRD dan Pemkab Kubar yang menjadi harapan memperjuangkan harga tersebut, tetapi belum ada hasil yang jelas.

“Murah, sangat murah. Hanya Rp5 ribu paling tinggi Rp 5.500 per kilogram getah karet berupa kentalan. Tidak sebanding dengan harga beras yang termurah saat ini Rp6 ribu per kilogram,” beber Suriansyah (57) salah seorang petani karet di Kecamatan Long Iram kepada Harian Fakta Pers dan faktapers.id, Jumat (1/2/2019) sore.

Senada dipaparkan sejumlah petani karet di Kecamatan Tering, Linggang Bigung, Barong Tongkok, dan Melak. Mereka mengeluhkan hal yang sama, karena harga getah karet dalam 5 tahun terakhir tak kunjung meningkat.

“Di wilayah Linggang Bigung kisaran Rp5 ribu paling tinggi Rp 5.700 per kilogram getah karet. Bahkan dibeberapa kampung lainnya, ada yang lebih rendah dari harga beli di Kampung Linggang Bigung,” ujar Sabrin (49) mewakili sejumlah warga petani karet di Kecamatan Linggang Bigung.

“Kalau kondisi harga getah karet terus seperti saat ini, sulit sekali kami membiayai kehidupan sehari-hari. Harga sembako semakin meningkat, biaya anak sekolah juga meningkat,” tambahnya lagi.

Selain rendahnya harga jual, aktifitas penyadapan karet juga terganggu dengan cuaca yang tidak menentu, sehingga para petani tidak bisa menyadap karet dengan maksimal. Senada, Ding (63) warga Busur, Kelurahan Barong Tongkok. Dia mengatakan pengaruh cuaca ekstrem sangat besar terhadap hasil getah karet, selain getahnya mengalami penurunan.

“Sekarang ini musim hujan, penyadapan tidak bisa dilakukan setiap hari, karena curah hujan yang tinggi,” kata dia.

Untuk diketahui, saat ini tak kurang dari 34 ribu hektare lahan perkebunan karet tersebar di 16 kecamatan se-Kubar. Hasil panen getah karet mentah sekitar 18 ribu ton lebih per tahun. Sebanyak 24.668 kepala keluarga (KK) yang menggantungkan hidupnya dari pengelolaan kebun karet.

Mengatasi hal ini sebenarnya sudah dilakukan Pemkab Kubar. Salah satunya upaya menangani peningkatan harga getah karet. Secara khusus Wakil Bupati Kubar, H Edyanto Arkan memimpin rapat koordinasi (rakor) perkembangan karet di Ruang Diklat, Lantai 3, Kantor Bupati Kubar, belum lama ini. Rakor dihadiri sejumlah dinas terkait.

Wabup mengatakan, membahas kembali harga karet di Kubar sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan harga jual karet di tingkat petani yang bisa diserap oleh pasar.

“Diharapkan keseriusan para petani untuk menghasilkan karet dengan kualitas getah karet nomor satu. Sehingga harga jual naik dan mampu mendongkrak ekonomi masyarakat,” ungkapnya.

Rakor yang dihadiri pengurus kampung, juga penyuluh pertanian ini dapat memberikan masukan sehingga nantinya didapat rumusan yang terbaik untuk menghasilkan getah karet nomor satu. “Jika kita lihat jumlah karet di Kubar sangat banyak kualitas tidak kalah dengan daerah lain. Awal produksi karet di Kubar masyarakat memproduksi dengan kualitas bagus. Sekarang jika kita lihat kualitas karet rendah karena secara sosial ada pengusaha yang menggiring petani membuat getah karet kualitas nomor dua,” tegas Edyanto Arkan.

Wabup berpanjang lebar menuturkan, bahwa untuk meningkatkan harga jual saat ini, ada alternatif. Bahkan, kini sudah ada pabrik karet di Kecamatan Palaran, Kota Samarinda, yaitu PT MKC. Perusahaan ini membeli karet dengan harga tinggi. Namun, getah karet yang diterima dengan kualitas nomor satu/murni. Atau getah karet tidak bercampur benda lain. Secara teknis kemampuan masyarakat Kubar dalam memproduksi karet bersih mampu sesuai standar yang diterima PT MKC.

“Saya harapkan Dinas Pertanian membantu memberikan pelatihan teknis dan mendampingi kegiatan pertanian sampai perhitungan ekonomis melalui BPP dan UPPB. Masyarakat petani karet Kubar, manfaatkan potensi yang ada,” ucapnya.

Sekadar diketahui, di Kubar, tepatnya di Kampung Rejo Basuki, Kecamatan Barong Tongkok, Sendawar, sebenarnya telah berdiri pabrik pengolahan getah karet yang diresmikan pada 25 Juli 2011 silam. Pabrik tersebut milik PT Davco Sendawar Industri, perusahaan penanaman modal asing. Seiring waktu, perusahaan itu sempat beroperasi sekitar setahun lebih. Namun sejak sekitar 2013 silam hingga kini perusahaan karet tersebut menghentikan opersinya alias ‘macet’. iyd

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *