PKS Diperkirakan Tak Lolos ke Senayan, Fahri: Pimpinannya Feodal

1140
×

PKS Diperkirakan Tak Lolos ke Senayan, Fahri: Pimpinannya Feodal

Sebarkan artikel ini

Jakarta, faktapers.id – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebut, elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) hanya sebesar 4 persen. Artinya, PKS diperkirakan bakal sulit lolos ke Senayan pada periode 2019-2024. Terkait hal ini Politsi PKS, Fahri Hamzah pun tidak menampiknya.

“Pimpinan PKS sekarang feodal, karena tidak mau dikritik, tidak terbuka, informasi dikelola secara tertutup, dan bahkan ada doktrin-doktrin yang tidak bisa diperdebatkan. Jika melihat dari cara elite PKS mengelola partai seperti ini, kalau yang dibangun kultur pimpinan PKS sekarang nih susah (lolos ke DPR-red),” ujar Fahri yang kini menjabat Wakil Ketua DPR RI ini di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/3).

Sebelumnya, hasil survei LSI Denny JA menyebut elektabilitas PKS, belum aman untuk lolos ke DPR periode 2019-2024. Hasil survei pada 18-25 Januari 2019 terhadap 1.200 responden di 34 provinsi di Indonesia, elektabilitas PKS hanya sebesar 4 persen.

“Ngurus DKI saja enggak beres-beres, banyak masalah, yang enggak sanggup kerjakan akhirnya mecat-mecatin orang. Sekarang bagaimana saya mau prediksi PKS lolos threshold? Sementara menjelang pemilu ini dia lakukan dua hal,” ujarnya.

Fahri menegaskan, dalam tradisi demokrasi sekarang tidak bisa lagi ada modus seperti itu. “Karenanya, harus ada keberanian untuk membuka semuanya. Yang senyawa dengan itu semua menyebabkan terjadinya krisis kepercayaan di dalam, dan kemudian munculah anak-anak muda itu lari kepinggir-pinggir dan membangun gerakan baru,” urai pimpinan DPR Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) dari Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.

Menurut Fahri, para anak muda tersebut ingin kulturnya berubah menjadi demokratis, terbuka, egaliter. Ini mungkin dasarnya. Menjawab pertanyaan soal kader partai yang lari itu sebagai barisan patah hati, dengan keadaan dalam tubuh PKS, ia membantahnya. Katanya, bukan patah hati, tetapi hanya ingin meneruskan khafila dialog saja.

“Kan, mandat dari transisi demokrasi dan mandat dari reformasi kita itu harus membangun kultur yang lebih baik. Sayangnya, kalau kultur yang dibangun oleh pimpinan PKS sekarang ini, susah. Jadi bagaimana saya akan memprediksi kalau PKS itu akan lolos trashold,” ucapnya.

Apalagi, jelas Fahri lagi, menjelang pemilu saja, pimpina PKS ini melakukan dua hal. Pertama, menyuruh semua calegnya untuk menandatangani surat pengunduran diri, yang tanggalnya dikosongkan.

“Kalau Anda jadi caleg begitu, mau nggak berjuang? Anda jadi caleg, tetapi disuruh menandatangani blanko kosong pengunduran diri, yang nanti oleh pimpinannya tinggal ditulis tanggal dan diserahkan ke KPU. Langsung Anda gugur,” cetusnya. Bahkan ketika para caleg mempertanyakan, lanjut Fahri alasannya untuk menghindari kasus yang terjadi seperti diriya. Pada hal tidak bisa seperti itu, mengingat pejabat publik seperti dirinya ini dipilih rakyat.

“Nggak boleh mandatnya kemudian diserahkan kepada partai. Partai itu hanya mencalonkan, dan yang dicalonkan partai itu ada yang dipilih rakyat dan ada yang tidak dipilih rakyat. Setelah dipilih rakyat, maka dia mendapat mandat dari rakyat. Jadi tidak bisa partai menarik begitu saja,” tegasnya. Kedua, sambung Fahri, semua kader disuruh menandatangani kesetiaan ulang. Hal ini pun menjadi pertanyaan, sehingga mereka memilih kabur dari partai.

“Padahal, partai itu memperluas basis. Nah ini kerjanya mecat-mecatin orang. Ya nggak lolos lah. berat kalau kerjanya mecat-mecatin orang. Meskipun saya percaya bahwa pak prabowo menang, karena arus bawah. Tapi PKS itu berat untuk menang,” imbuhnya.oss

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *