Pelayanan Buruk, Pasien RSUD Cengkareng Nunggu 11 Jam untuk Dapat Kamar Perawatan

×

Pelayanan Buruk, Pasien RSUD Cengkareng Nunggu 11 Jam untuk Dapat Kamar Perawatan

Sebarkan artikel ini

Jakarta, faktapers.id – Buruknya pelayanan kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta khususnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng, Jakarta Barat, patut dipertanyakan. Pasalnya, untuk bisa mendapatkan kamar di rumah sakit tersebut, pasien harus menunggu 11 jam.

Kalaus Naibaho, anak kandung dari pasien yang bernama Nursiti Simbolon menceritakan perjuangan dirinya bersama keluarga untuk mendapatkan perawatan di RSUD Cengkareng.

Kepada Harian Fakta Pers dan faktapers.id, Kalaus mengatakan, jika dirinya membawa orang tuanya ke RSUD Cengkareng pada Selasa (12/3/2019) sekitar pukul 08.30 WIB. Dirinya baru bisa masuk kamar pukul 19.30 WIB.

“Kamar penuh masih menjadi alasan ampuh bagi rumah sakit pemerintah DKI Jakarta ini,” ujarnya, Kamis (14/03/19).

Ia pun menambahkan, saat itu Nursiti Simbolon dalam keadaan lemah. Ketika sampai di Instalasi Gawat Darurat (IGD), dokter jaga yang memeriksanya mengatakan jika kondisi pasien sewaktu-waktu dapat menurun (drop).

Maka harus segera dirawat dan mendapatkan perawatan khusus di kamar khusus yaitu kamar INTERMEDIATE.

“Kami disuruh menanyakan ketersediaan kamar intermediate kepada petugas RS yang berada di Lobby RS. Setelah kesana, ternyata kamar Intermediate yang berjumlah 20 kamar penuh semua (full),” ucap Kalaus.

Selanjutnya, Kalaus kembali ke dokter jaga dan mengatakan bahwa kamar intermediate penuh. Kemudian dokter jaga tersebut bertanya apakah pasien mau dirujuk atau tidak.

“Dokter bilang, bila memang ingin dirujuk, pasien harus menunggu kabar selanjutnya dari pihak RS, karena yang mencari RS rujukan adalah Dinas Kesehatan DKI Jakarta,” cetusnya.

“Dokter juga bilang, bila RS rujukan tersebut sudah dapat dan memiliki kamar intermediate yang kosong, pasien harus siap dan segera berangkat ke RS yang dirujuk, yang lokasinya bisa saja di luar Jakarta Barat,” lanjutnya.

Selain itu, menurut keluarga pasien, dirinya setuju agar dirujuk. Setelah menunggu beberapa jam, keluarga pasien belum juga mendapatkan kabar kepastian dari pihak RS, hingga pergantian shift Dokter dan perawat di IGD.

“Walaupun sudah ditanyai keluarga pasien berkali-kali kepada Dokter dan petugas di IGD, namun jawaban Dokter selalu mengatakan tidak tahu sampai kapan karena yang mencari RS rujukan adalah Dinas Kesehatan DKI Jakarta,” keluh keluarga pasien.

Untuk terakhir kalinya, keluarga pasien menanyakan lagi kepada Dokter IGD yang sudah berganti, mengenai kabar RS rujukan, namun belum juga ada.

Lalu Dokter menawarkan agar mencari kamar biasa (Kelas 1,2,3) selain kamar intermediate, namun berbeda fasilitasnya. Kamar intermediate memiliki alat untuk memonitor jantung pasien, sedangkan kamar biasa tidak ada tapi tetap ada kunjungan (visit) dokter spesialisnya.

Sementara itu, pasien ingin segera dipindah ke kamar karena di ruangan IGD penuh para pasien lain dari berbagai keluhan masing-masing, sebab itu si pasien merasa terganggu istirahatnya karena ribut.

Bahkan ada yang satu bed diisi dengan 2 pasien, biasanya oleh pasien anak-anak.

Karena khawatir akan kondisi ibunya, Kalaus segera mencari kamar biasa yaitu di kamar Kelas 2 sesuai dengan fasilitas kesehatan (faskes) BPJS Kesehatan yang dimiliki oleh pasien. Setelah mendapatkan kamar, Kalaus segera memberitahu Dokter.

Dari situ, pasien harus menunggu kira-kira satu jam, dan akhirnya pasien pun segera dipindah sekitar pukul 19.30 Wib ke Ruangan Belimbing, Kamar 327-05.fp02/fp01

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *