Kenali Gangguan Mental Pada Anak

×

Kenali Gangguan Mental Pada Anak

Sebarkan artikel ini

Jakarta, faktapers.id – Gangguan kesehatan mental mulai menyerang anak-anak. Tanpa disadari, banyak di antara anak-anak penderita gangguan kesehatan mental, tidak mendapat bantuan dan penanganan yang dibutuhkan.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam JAMA Pediatrics memperkirakan, sebanyak 16,5 persen anak di Amerika Serikat mengalami gangguan kesehatan mental. Namun, setengah dari anak-anak itu tidak menerima perawatan yang seyogianya.

Mengutip Healthline, psikolog Danielle Rannazzisi mengatakan bahwa hal tersebut tak cuma persoalan kurangnya akses terhadap layanan kesehatan mental. Di luar itu, masih banyak orang tua yang tak mampu mengenali gejala gangguan mental yang dialami sang buah hati.

Perkara itu, kata Rannazzisi, umumnya disebabkan oleh masih melekatnya stigma negatif terhadap pasien kesehatan mental.

“Kami telah membuat beberapa kemajuan terkait penanganan kesehatan mental. Namun, konotasi negatif itu masih ada hingga kini, dan akhirnya membuat orang enggan mengaku bahwa mereka membutuhkan perawatan,” jelas Rannazzisi.

Menurut Rannazzisi, banyak orang tua yang khawatir saat sang buah hati diberi label gangguan mental. Mereka takut label itu akan terbawa hingga masa remaja dan dewasa. Ujung-ujungnya, ketakutan itu membuat orang tua enggan menyelesaikan masalah dan membawa sang anak kepada pihak yang tepat.

Padahal, masalah kesehatan mental seharusnya bisa diketahui sedini mungkin. Orang tua harus teratur bertanya tentang keadaan sang buah hati saat ini, masalah-masalah apa saja yang muncul, dan masih banyak lagi.

“Peran orang tua sangat penting untuk mengatasi gangguan mental pada anak. Jika sudah mengalami tanda-tanda, lebih baik untuk segera dibawa ke dokter,” ujar Rannazzisi.

Ada beberapa tanda atau gejala yang bisa mengidentifikasi gangguan kesehatan mental pada anak. Gejala-gejala itu di antaranya:

1. Perubahan suasana hati yang berubah signifikan.
2. Perubahan perilaku yang signifikan, seperti gagal dalam proses belajar di kelas.
3. Muncul rasa takut dan khawatir berlebih.
4. Kehilangan minat pada orang, benda, dan aktivitas yang biasa diminati.
5. Kesulitan berkonsentrasi.
6. Kurang merawat diri.
7. Kesulitan memulai atau mempertahankan hubungan sosial.
8. Muncul gejala fisik seperti sakit kepala, sakit perut, perubahan nafsu makan, dan penurunan atau kenaikan berat badan secara tiba-tiba.
9. Perilaku merugikan diri sendiri.

Jika tak yakin atas apa yang dilihat, maka orang tua harus melihat dari dua sisi, yakni tingkat keparahan dan durasi.

“Jika perilaku anak Anda cukup parah hingga berdampak secara signifikan pada aktivitas sehari-hari mereka di rumah atau sekolah, ada baiknya Anda membawanya ke dokter,” kata Rannazzisi.

Rannazzisi mengatakan bahwa semua anak akan melalui fase gangguan mental yang bersifat sementara. Namun, jika gejala bertahan selama hitungan pekan pada suatu waktu, hal itu patut diwaspadai.fp01/raw

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *