Fahri: Pemimpin ‘Otaknya Kosong’ Semua Diatur Pembisik

×

Fahri: Pemimpin ‘Otaknya Kosong’ Semua Diatur Pembisik

Sebarkan artikel ini

Jakarta, faktapers.id – Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menegaskan, presiden tidak boleh hanya memahami konsep dasar yang berasal dari bisiskan orang sekelilingnya.

“Saya ulang berkali-kali, karena ini lah persoalannya. Kita ini tidak boleh hafal ini soal apa itu yang sebut oleh negara, kita boleh baru menghafal apa itu Pancasila, atau konstitusi maupun perdebatan-perdebatan dalam membentuk konstitusi. Apalagi pada level presiden,” ujar Fahri kepada wartawan, Senin (1/4).

Ia berpendapat, presiden tidak boleh baru pemahamannya tentang konsepsi-konsepsi dasar, tidak saja sejarah bangsa Indonesia, tetapi bahkan juga demograsi, geografi dunia, peta geopolitik dan sebagainya, itu tidak boleh baru saja dibisikin atau diberitahu.

“Persoalaan ini semestinya sudah harus menjadi pembacaan intelektual yang serius dari awal. Jika ada seorang presiden yang kelihatannya nampak baik, dianggap sabar, sederhana dan sebagainya itu dipilih oleh elite diologarki, karena elite ini yang berbahaya,” ungkap Fahri.

Ia pun mengutarakan soal kesepahamannya dengan capres nomor urut 02, Prabowo Subianto saat debat keempat kemarin yang berulang-ulang mengingatkan rivalnya politiknya Jokowi terkait inner circle atau orang sekelilingnya.

“Karena kalau pemimpin otaknya kosong, semua ini dikerjakan orang, bisikan dan agenda mereka yang membisiki. Lebih-lebih dia adalah kuda troyah bagi orang lain, yang dia sebenarnya nggak paham apa-apa,” sebut legislator PKS dari dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.

Tapi kalau ada pemimpin yang berani marah, tegas, determinatif dan punya sikap, sambung Fahri, itu jangan dilihat pribadinya emosional. Tapi artinya orang itu demi membela rakyat, tidak bisa diintervensi dan tidak bisa sembarang orang penjilat datang ke dia.

“Apalagi, kalau orangnya punya background yang tidak minder dengan harta, tidak minder pergaulan internasional, juga pergaulan elite, maka dia punya determinasi untuk mengatakan ‘bangsa maunya begini, rakyat maunya begini’. Bukan hanya menunggu dari oligarki-oligarki sekitarnya,” sebut pimpinan DPR Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) itu lagi. oss

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *