Jakarta, faktapers.id – Tak banyak peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Palembang dan juga Sumatera Selatan. Namun, keberadaan kompleks Candi Bumiayu di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Sumsel, yang selesai dipugar awal 1990-an menjadi oasis tinggalan Sriwijaya di Sumsel. Keberadaannya menjadi bukti yang meneguhkan, Sriwijaya memang pernah ada di Sumsel.
Lewat temuan Prasasti Kedukan Bukit di kaki Bukit Siguntang, Palembang, Sriwijaya, diyakini bermula dari ibu kota Provinsi Sumsel itu. Prasasti yang ditemukan orang Belanda, M Batenburg, pada 1920 itu berisi tentang pendirian wanua atau kota di Palembang pada 16 Juni 682.
Wanua itu diyakini sebagai cikal bakal Sriwijaya yang kelak menjadi kerajaan maritim yang punya pengaruh luas di sebagian Nusantara dan beberapa negara Asia Tenggara pada abad ke-7 sampai ke-13.
Namun, selain prasasti itu, minim temuan besar yang menandakan eksistensi Sriwijaya di Palembang secara khusus dan juga Sumsel secara umum. Justru lebih banyak temuan besar dari masa Sriwijaya di luar Sumsel, seperti kompleks Candi Muara Takus di Riau dan kompleks Candi Muaro Jambi di Jambi.
Namun, pasca-selesai dipugar candi 1 di kompleks Candi Bumiayu, temuan itu meneguhkan bahwa Sriwijaya memang pernah eksis di Sumsel. Kompleks Candi Bumiayu adalah satu-satunya kompleks percandian yang relatif lengkap dan utuh dari masa Sriwijaya di Sumsel, yakni berdiri bertahap sejak abad ke-8 sampai ke-13.
Kompleks percandian yang pertama kali ditemukan orang Belanda, EP Tombrink, pada 1864 itu menjadi rantai yang hilang mengenai kisah Sriwijaya di Sumsel. Percandian itu menyimpan kisah tentang jejak toleransi pada masa Sriwijaya.
Terbukti, ditemukan sejumlah arca yang bernapaskan tiga aliran agama di percandian itu, yakni Hindu Siwa, Buddha Mahayana, dan Hindu Tantris. Kini, percandian seluas 15 hektar itu menjelma menjadi tempat tujuan wisata favorit di Sumsel.
Percandian itu menyimpan banyak keunikan dibandingkan dengan candi-candi lain. Selain menyimpan jejak toleransi, percandian itu cukup luas atau banyak. Terdapat 11 situs atau gundukan tanah, lima situs di antaranya sudah dipugar, yakni candi 1, candi 2, candi 3, candi 7, dan candi 8.
Selain itu, percandian tersebut dilengkapi sejumlah arca-arca yang unik, seperti Siwa Mahadewa, Agatsya, Nandi, dan Singa yang membawa roda kereta. Khusus arca Singa membawa roda kereta diyakini hanya ada di kompleks percandian tersebut. Lalu, ada arca logam Buddha dan Awalokisyeswara.
Ada pula arca Siwa Bhairawa, Dewi Bhairawi, dan makhluk ghana (penjaga candi) yang tubuhnya dihiasi tengkorak. Ditemukan juga sejumlah relief di dinding candi. Bahkan, corak pakaian yang ada di sejumlah arca dan relief candi diyakini sebagai asal-muasal corak songket Palembang/Sumsel.
Tak hanya itu, percandian tersebut juga dilengkapi gedung koleksi yang menyimpan sejumlah pecahan arca dan batu berelief yang tadinya menempel di candi. Ruang pamer utama dilengkapi foto-foto dan penjelasan sejarah yang kian memanjakan pengunjung yang haus dengan wisata sejarah.
”Sumsel, nih, minim tempat wisata sejarah. Dengen adonyokompleks Candi Bumiayu ini, kami jadi biso berwisata sekaligus belajar sejarah, terutama untuk anak-anak,” ujar Dewi Atika (49), wisatawan asal Palembang yang datang bersama suami dan tiga anaknya, Jumat (7/6/19). Iha
Sumber: Kompas