Headline

Embun Upas, Fenomena Alam Gunung Semeru Jadi Objek Berswafoto

×

Embun Upas, Fenomena Alam Gunung Semeru Jadi Objek Berswafoto

Sebarkan artikel ini

Jakarta, faktapers.id – Embun pagi yang membeku atau lebih dikenal dengan embun upas menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang akan mendaki ke Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada musim kemarau saat ini.

“Para pendaki ramai berswafoto ketika menjumpai embun upas yang merupakan fenomena alam yang menarik untuk diabadikan di sepanjang jalur pendakian Gunung Semeru,” kata salah seorang pendaki gunung Agus, yang ditemui di Kabupaten Lumajang.

“Fenomena alam embun upas menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendaki di Gunung Semeru, apalagi saat ini musim liburan sekolah,” lanjutnya.

Embun upas dapat ditemukan di beberapa titik di kawasan gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut pada saat musim kemarau karena suhu udara nol derajat.

Namun para pendaki juga harus mewaspadai cuaca ekstrem yang sangat dingin di sana.

Sementara itu, Kepala Resort Ranupani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Susion mengatakan embun upas dapat ditemukan di sepanjang jalur pendakian Gunung Semeru di kawasan Ranu Kumbolo, Oro-oro Ombo, Jambangan, Cemoro kandang, dan Kalimati saat pagi hari.

“Setiap hari jumlah wisatawan yang melakukan pendakian di Gunung Semeru selama liburan sebanyak 600 orang sesuai dengan kuota yang diberlakukan dan menggunakan sistem booking daring, serta tahun ini sudah menggunakan sistem ‘virtual akun’,” katanya.

Ia mengimbau para pendaki untuk menyiapkan fisik dan mental yang prima saat melakukan pendakian di gunung setinggi 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) itu, sehingga kondisi kesehatan pendaki harus benar-benar sehat.

“Saat musim kemarau, suhu udara di Gunung Semeru cukup dingin, sehingga pendaki juga harus membawa baju hangat, makanan, dan obat-obatan ringan harus tersedia di setiap rombongan, apabila ada pendaki yang mengalami sakit saat perjalanan,” katanya.

TNBTS membuka kembali jalur pendakian Gunung Semeru untuk umum pada 12 Mei 2019, setelah ditutup sejak 3 Januari 2019 karena cuaca buruk dan pemulihan ekosistem di kawasan tersebut.

Batas pendakian terakhir yang direkomendasikan oleh Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Semeru, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) yakni di Pos Kalimati dengan ketinggian 2.700 mdpl, sehingga para pendaki tidak direkomendasikan untuk melanjutkan pendakian hingga puncak Semeru (Mahameru) dengan alasan keselamatan.

“Kami imbau pendaki mematuhi rekomendasi tersebut dan tidak nekat naik ke Mahameru karena berbahaya, serta kami imbau pendaki juga menjaga kebersihan di sepanjang jalur pendakian agar terwujud ‘zero accident’ dan ‘zero waste’ di gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut,” demikian Susion. Iha (Antara)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *