Makassar, faktapers.id – Bakal calon walikota Makassar tahun 2020, Abdul Rachmat Noer mengkritik pertumbuhan ekonomi kota Makassar yang dianggapnya belum mampu membawa kesejahteraan kepada sebagian besar warga Makassar.
Benar pertumbuhan ekonomi Makassar selama 5 tahun terakhir mengalami kenaikan bahkan bisa mencapai 8%.
“Tapi semua itu hanya angka-angka statistik semata karena belum memberikan efek kesejahteraan kepada warga kota Makassar,” tutur Abdul Rachmat Noer.
Hal tersebut disampaikan ARN panggilan Abdul Rachmat Noer saat tampil sebagai pembicara Dialog Publik Menakar Kekuatan Pendatang Baru Makassar 2020 di Cafe CCR Toddopuli Raya Makassar, Ahad (25/8/2019).
Yang terpenting dari pertumbuhan ekonomi itu jika rakyat merasakan manfaatnya, kesejahteraannya meningkat, layanan publik meningkat, tidak sekedar angka statistik.
Faktanya, pembangunan Makassar melahirkan disparitas antar wilayah. Ada wilayah yg sangat maju tapi ada juga yang masih stagnan. Ada yang bisa menikmati fasilitas umum seperti air minum tapi masih ada juga wilayah yang warganya kesulitan menikmati air bersih milik PDAM.
“Ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi belum merata di kota Makassar,” ujar Rachmat alumni Fakultas Ekonomi Unhas.
Kondisi seperti inilah yang memotivasi saya untuk bertarung di Pilkada Makassar tahun 2020 nanti. Saya merasa tertantang untuk membangun dan menggerakkan ekonomi kerakyatan agar kesejahteraan warga meningkat, melalui program ekonomi kreatif.
“Makassar ini berpeluang menjadi kota berbasis ekonomi kreatif karena sumber dayanya cukup tersedia,” jelas Rachmat Noer.
Mengenai kesiapannya menghadapi Pilkada Makasssar, Rachmat tidak setuju dengan istilah pendatang baru.
“Mungkin yang paling tepat adalah penantang baru, bukan pendatang baru,” tutur Rachmat Noer.
Pendatang baru itu berkonotasi lemah, inferior padahal belum tentu penantang baru itu lebih jelek dari petahana.
“Penantang baru bukan berarti tidak memiliki persiapan, bahkan menurut hemat saya, muka baru yang akan maju sebagai bakal calon walikota Makassar memiliki kompetensi yang sangat bagus dan menjadi ancaman bagi petahana,” tegas Abdul Rachmat Noer.
Menanggapi perlunya afiliasi terhadap kekuatan politik atau klan politik dan modal besar menghadapi Pilwalkot Makassar.
Rachmat mempunyai analisa yang berbeda. Menurutnya, sedang terjadi perubahan perilaku politik di Makassar, ada anomali politik yg terjadi di Makassar.
“Hal ini ditandai dengan menangnya kotak kosong pada Pilwalkot yang lalu, kan aneh masa calon yang diusung semua partai justru kalah sama kotak kosong. Secara teori, pasangan yg diusung semua parpol dan didukung uang yang banyak, semestinya keluar sebagai pemenang. Tapi fakta yang terjadi adalah kebalikannya. Ini anomali politik,” tegas Rachmat.
Di Pilgub Sulsel yang lalu pun ada fenomena menarik. Klan politik atau kekuatan politik yang selama ini mendominasi politik Sulsel kalah dan tersungkur oleh pasangan yang tidak berafiliasi dengan siapa2.
Pasangan Prof. Nurdin Abdullah Sudirman Sulaiman menang dan mengalahkan klan politik yang selama ini menguasai politik Sulsel.
“Ini berarti terjadi pergeseran perilaku politik yg memberi harapan baru bagi bakal calon yang ingin bertarung di Pilwalkot Makassar tahun depan,” kata Rachmat.
Tampil sebagai nara sumber pada acara Dialog Publik tersebut legislator Partai Golkar Abd Rahman Pina, legislator Partai Nasdem Irwan Jaya dan pengamat politik Sulsel Andi Luhur Aprianto. Anchank