Jakarta, faktapers.id – Kondisi Papua, khususnya di Kabupaten Wamena masih memanas membuat pemerintah terus menyiagakan pasukan pengamanan non organik. Hal inilah yang membuat Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menolak permintaan sejumlah anggota DPRD Papua dan Papua Barat untuk menarik pasukan non-organik dari dua daerah konflik tersebut. Namun jika dalam waktu dekat kondisi di Papua dan Papua Barat sudah aman dan kondusif, pasukan non-organik akan ditarik ke markas.
“Hingga kini Kondisi di Papua belum kondusif, tapi nanti kalo disana sudah tenang, sudah damai, pasti ditarik, enggak usah diminta pasti ditarik. Tapi kalau saya tarik sekarang, kalau ada bakar membakar yang tanggung jawab siapa”, papar Wiranto usai menerima kunjungan jajaran DPRD Papua dan Papua Barat di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2019).
Menurut Wiranto dirinya harus menyiagakan pasukan non organik agar ketika terjadi kerusuhan lagi, maka akan langsung ditangani. Sehingga permasalahan di Papua cepat selesai. Maka para personil pasukan non-organik yang ditugaskan di Papua atau Papua Barat bisa cepat ditarik dan dipulangkan.
Wiranto yakin para personil pasukan pun tidak merasa senang untuk berlama-lama bertugas di daerah konflik. Karena tak hanya diri personel yang jadi korban tapi banyak lagi. Diantaranya adalah mereka harus ikhlas dan rela untuk berpisah dengan keluarga, orang tua dan saudaranya. Bahkan jika gugur pun harus dapat menerimanya. Sebab para personel dari pasukan itu harus bekerja dengan taruhan nyawa.
“Pada saat saya tugas di Timor Timur, anak saya meninggal, saya enggak tahu. Terlambat ke rumah sakit karena mobil dinas saya harus masuk ke bengkel, ke markas. Pengorbanan itu enggak enak, enggak senang kita”, cerita Wiranto saat dirinya masih aktif sebagai prajurit TNI. Bahkan Wiranto sampai empat kali ditugaskan di daerah konflik yang tidak aman dan ia harus rela berpisah dengan anak dan istrinya. Her