Jakarta, faktapers.id – Kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Indonesia belakangan ini sangat mengganggu aktivitas warga masyarakat yang terpapar asap karhutla.
Hal ini membuat pemerintah terus berusaha untuk memadamkan ribuan titik api yang menjadi penyebab karhutla. Segala cara dilakukan pemerintah termasuk usaha dengan menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Dalam keterangannya, Panglima TNI mengatakan bahwa terhitung 22 September hingga satu pekan ke depan bakal datang angin bermuatan air dari arah tenggara, tepatnya dari Australia menuju barat daya dan barat laut, lalu melawati Sumatra. Kemudian angin dari tenggara bertemu dengan angin timur laut dari Filipina dan bertemu di atas Kalimantan Barat. Selanjutnya, dari Kalbar menuju ke barat daya dan barat laut sehingga terbentuk potensi awan yang disebut cumulus atau awan mengandung air. Berdasarkan analisis itulah pemerintah melakukan modifikasi hujan.
“Selain hujan, pemerintah terus mencari cara untuk memadamkan ribuan titik api. Ini kesempatan bagi kita untuk bisa menurunkan hujan dari awan yang berpotensi membawa uap air. Oleh karena itu TNI langsung menempatkan beberapa alutsista di Pekanbaru dan Kalbar”, ungkap Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pada konfrensi pers bersama dengan Menkopolhukam, Kapolri dan Kepala BSSN di kantor Menkopolhukam di Jakarta, Selasa (24/9/2019).
Menurut Hadi Tjahjanto, teknologi modifikasi cuaca (TMC) sangat diperlukan untuk menangani kasus karhutla. Selain pihak TNI, modifikasi cuaca juga dilaksanakan oleh tim BMKG, BNPB dan BPPT.
Senada dengan Hadi Tjahjanto, Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mengemukakan bahwa teknologi modifikasi cuaca terbukti mampu mengurangi sejumlah titik api yang menjadi penyebab karhutla. Menurut Wiranto, sejauh ini semua pihak terkait bekerja ekstra untuk mengatasi persoalan tersebut. Menurut dia, pada 22 September terdeteksi 3.869 titik api. Sehari kemudian berkurang menjadi 3.322 titik. “Sementara hari ini tinggal 1.129 titik api”, ujar Wiranto ditempat yang sama.
Mantan Panglima ABRI ini mengatakan bahwa Provinsi Riau menjadi wilayah yang paling banyak mengalami penurunan titik api. Dan kini tinggal 84 titik api saja. Begitu pula dengan Sumatra Selatan yang menyisakan 165 titik, Jambi 130 titik, Kalimantan Tengah 475 titik, Kalimantan Barat 39 titik, Kalsel 61 titik, dan Kaltim 175 titik.
“Dari hasil pantauan dilapangan ini sebenarnya total 1.129 per tanggal 24 September, sudah satu perkembangan menggembirakan, trennya terus menurun. Mudah-mudahan keberhasilan hujan buatan ini terus berlanjut, disusul hujan dalam waktu sangat singkat membuat titik api mulai berkurang dan habis”, pungkas Wiranto. Her