Headline

25 Jam Nonstop, Hudoq Cross Border Mahulu 2019 Raih Prestasi Dicatat Dalam MURI

742
×

25 Jam Nonstop, Hudoq Cross Border Mahulu 2019 Raih Prestasi Dicatat Dalam MURI

Sebarkan artikel ini

Mahakam Ulu, faktapers.id – Festival seni dan budaya Hudoq Cross Border 2019 Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kaltim, yang berlangsung 23-26 Okober 2019, berhasil meraih prestasi, dicatat oleh Musium Rekor-Dunia Indonesia (MURI).

Rekor yang ditoreh oleh Hudoq Cross Border 2019 Kabupaten Mahulu, adalah prestasi Menari Hudoq Dengan Waktu Terlama, 25 Jam Nonstop di Lapangan Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, sejak dibuka secara resmi festival itu pada 24 Oktober 2019.

Pemkab Mahulu melaksanakan acara itu melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora). Bupati Mahulu, Bonifasius Belawan Geh SH mengatakan prestasi tersebut berkat kerjasama masyarakat 5 kecamatan se-Mahulu.

“Terima kasih kepada masyarakat se-Mahulu atas torehan prestasi Hudoq Cross Border untuk yang kedua kali. Pertama pada 2018 lalu, Hudoq Cross Border Mahulu berhasil dicatat dalam MURI dengan Penari (peserta) Hudoq terbanyak, lebih dari dua ribu penari,” ungkap Bupati Bonifasius Belawan Geh, didampingi Wakil Bupati Yohanes Juan Jenau dan Kepala Disparpora Mahulu Kristina Tening, usai menerima sertifikat penghargaan rekor MURI di Ujoh Bilang, Jumat (25/10/2019).

“Semakin sering kita melaksanakan even ini, akan mendapat kemajuan dari sisi kualitas, kuantitas, dan manajemennya. Kedepan bisa dikemas, menjadi ikon pariwisata Mahulu,” tambah Bupati.

Bupati juga membeberkan, Festival Hudoq Cross Border dilaksanakan setiap tahun oleh Pemkab Mahulu. Menurutnya, hal itu guna memberdayakan pembangunan bidang pariwisata.Yakni membangkitkan ekonomi kreatif masyarakat.

“Saya sudah instruksikan kepada Disparpora Mahulu, agar berkoordinasi dengan kementerian terkait. Yakni untuk mendapatkan lisensi Hudoq merupakan seni budaya asli Mahulu. Bahkan menjadi ikon Kabupaten Mahulu,” ujar orang nomor satu di Mahulu itu.

Terkait hal itu, Bupati menyebut kedepan Hudoq diharapkan masuk dalam kurikulum sekolah guna melestarikan seni dan budaya daerah.

“Akan digodok untuk menjadi muatan lokal mulai dari sekolah dasar (SD). Kekayaan budaya di Mahulu berpotensi untuk dikembangkan membangkitkan ekonomi masyarakat,” ucapnya.

“Melalui Disparpora akan dikemas untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya, sehingga Mahulu kedepan menjadi destinasi wisata,” tukas Bupati.

Terhadap penghargaan dari MURI, Bupati mengatakan hal berkat sinergitas seluruh stakeholder dan masyarakat bersama Pemkab Mahulu.

“Pemerintah kampung, kecamatan, kepala adat dan BPK, agar bersinergi membangun pariwisata Mahulu. Mari bergandeng tangan, membangun Mahulu untuk semua, sejahtera berkeadilan,”tandasnya.

Perwakilan MURI yang hadir di Mahulu, yakni Lutfi Syah Pradana, selaku Presentatif MURI mengatakan, pihaknya mencatatkan sejarah baru bagi Indonesia maupun dunia, yaitu pagelaran Hudoq tanpa henti, terlama yang dilaksanakan oleh Pemkab Mahulu.

“Yang awalnya hanya diajukan 24 jam. Namun pada hasil verifikasi bersama, yaitu selama 25 jam nonstop,” ujarnya.

Lutfi menjelaskan, prestasi pagelaran Hudoq tanpa henti di Mahulu tersebut, mencatat waktu dari jam 19.00 Wita Tanggal 24 Oktober 2019 sampai dengan pukul 19.00 Wita Tanggal 25 Oktober.

“Harapan kami agar kegiatan ini dapat menginspirasi daerah lainnya di Indonesia untuk melestarikan budaya daerah,” ucapnya.

Perlu diketahui, untuk kriteria dibidang budaya, MURI mencatatkan kegiatan bersifat superlativ (teratas). iyd

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *