Fachrul Razi Bukan Yang Pertama Menteri

976
×

Fachrul Razi Bukan Yang Pertama Menteri

Sebarkan artikel ini

Jakarta, faktapers.id – Ketika Presiden Joko Widodo mengumumkan Jenderal (purn) Fachrul Rozi sebagai Menteri Agama, publik sempat tersentak dan bertanya-tanya mengapa pengganti Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin periode 2014-2019 itu berlatar belakang tentara dan bukan dari kalangan berlatar belakang agama. Lalu, apa hubungan militer dengan agama?

Jangan heran, sebab lelaki kelahiran Banda Aceh, 26 Juli 1947 itu bukanlah tentara pertama yang menjadi orang nomor satu di Kementerian Agama.

Di era Orde Baru, ada 2 sosok tentara yang pernah menjadi menteri agama. Dia adalah Laksamana Muda TNI (Purn.) dr. Tarmizi Taher, Menteri Agama Indonesia periode 1993–1998, dan Letnan Jendral (Purn.) Alamsjah Ratoe Perwiranegara, Menteri Agama Indonesia periode 1978-1983.

Namun Alamsjah Ratoe Perwiranegara-lah yang menjadi menteri agama pertama yang berlatar belakang tentara pada Kabinet Pembangunan III.

Alamsjah adalah perwira tinggi berpangkat Letnan Jenderal dengan posisi terakhir sebagai Deputi Khusus Menteri / Panglima Angkatan Darat dan Koordinator Staf Pribadi Ketua Presidium Kabinet (1966-1968).

Bedanya, di zaman itu tak ada kekagetan disebagian masyarakat sebab pemilihan menteri benar-benar hak prerogatif presiden tanpa campur tangan partai politik, bukan seperti situasi sekarang.

Memang, ada kemiripan suasana dengan yang terjadi saat ini. Saat ini, Presiden Jokowi menekankan agar Fachrul Rozi menangangi permasalahan radikalisme dan intoleransi bisa benar-benar diatasi secara kongkret oleh Kementerian Agama (Kemenag). Termasuk di dalamnya perbaikan kualitas pelayanan haji.

Sedangkan di era Presiden Soeharto, Alamsjah diminta mengubah citra pemerintah yang buruk di mata umat Islam. Maklum, kala itu hubungan antara umat Islam dan Orde Baru sedang berada dalam posisi saling curiga.

Karena itu, sebagai menteri agama, Alamsjah mendapatkan tugas khusus dari Presiden Soeharto yaitu, membimbing dan mengarahkan agar seluruh umat beragama masuk dalam kerangka Pancasila dan UUD 1945, mengarahkan supaya seluruh umat beragama di Indonesia menjadi faktor yang membantu usaha pemantapan stabilitas dan ketahanan nasional, dan menghilangkan segala keraguan dan kecurigaan antara umat beragama dan pemerintah, sehingga umat beragama dan pemerintah dapat bersama-sama membangun bangsa dan negara berdasarkan Pancasila.

Upaya ini dijalankan dengan serius oleh Alamsjah. Salah satu ungkapan yang terkenal yaitu, “Pancasila merupakan pengorbanan dan hadiah umat Islam.”

Alamsjah dianggap berhasil mengubah citra negatif umat Islam, yang semula dianggap anti Pancasila menjadi pendukung Pancasila.

Pada situasi sekarang, Presiden Jokowi berharap Fachrul dapat berbicara banyak terkait perdamaian hingga soal toleransi di antara masyarakat. Sebab Fachrul dianggap memiliki pengalaman lapangan yang cukup panjang bisa melakukan pendekatan yang lunak yang baik. Herry

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *