Jakarta, faktapers.id – Indonesia, negeri yang kaya. Pepatah Indonesia mengatakan “Gemah Ripah Loh Jinawi”. Pepatah itu tak begitu saja muncul kepermukaan, tetapi dia timbul lantaran sejarah yang hendak ditorehkan. Begitu pula dengan penyematan ‘Hari Batik Nasional’ yang kita peringati setiap tanggal 2 Oktober.
Indonesia memperingati Hari Batik Nasional tatkala setelah United Nations, Scientific, and CuEducationalltural Organization (UNESCO) melakukan pengujian mengenai warisan budaya bangsa terhadap batik dalam sidang tertutupnya pada 11-14 Mei 2009 di Abu Dhabi. Dalam sidang tertutupnya, organisasi ini menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia tak benda atau intangible cultural heritage.
Setelah diakui UNESCO, melalui Kepresnya nomor 33 Tahun 2009, Presiden Indonesia saat itu yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuat Keputusan bahwa Hari Batik Nasional diperingati setiap 2 Oktober. Kepres nomor 33 Tahun 2009 menerangkan bahwa:
KESATU : Tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.
KEDUA : Hari Batik Nasional bukan merupakan hari libur.
KETIGA : Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Dalam perjalanannya, kemunculan batik Indonesia dimulai pada masa Kerajaan Majapahit. Kala itu, batik berasal dari sebuah kain yang dilukis dengan cairan lilin malam yang menggunakan alat tulis bernama canting yang menghasilkan titik-titik serta pola tertentu pada kain.
Kata batik sendiri dirangkai dari kata ‘amba’ yang berarti kain yang lebar dan kata ‘tik’ berasal dari kata titik. Artinya, batik merupakan titik-titik yang digambar pada media kain yang lebar sedemikian rupa sehingga menghasilkan pola-pola yang indah.
Konon, pada masa itu, batik digunakan hanya untuk pakaian raja, keluarga kerajaan dan para pekerja di dalam kerajaan. Bahkan yang melakukan kegiatan membatik ini hanya dikerjakan oleh kalangan perempuan saja untuk mengisi waktu senggang. Namun, pada perjalanannya pekerjaan waktu senggang itu berkembang menjadi pekerjaan tetap bagi perempuan pada masa itu.
Seiring mulai tersohornya motif batik, pengembangannya mulai merambah pada masa Kerajaan Mataram, Kerajaan Solo dan Yogyakarta. Namun peruntukannya tetap hanya untuk kaum bangsawan atau priyayi. Bukan untuk masyarakat biasa pada umumnya.
Setelah zaman Kerajaan berubah menjadi Republik. Presiden Soeharto ikut mengenalkan batik pada dunia internasional. Pada pertengahan tahun 80-an, setiap tamu negara yang datang ke indonesia, Soeharto selalu memberikan batik sebagai cinderamata. Bahkan, setiap lawatan ke luar negeri atau menghadiri Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa, Soeharto kerap kali mengenakan batik. Hal itulah yang membuat Batik Indonesia semakin terkenal di dunia Internasional.
Seiring laju perkembangan teknologi, batik tak hanya diciptakan melalui proses tulis menggunakan canting, tapi sudah melalui media ‘cap’ untuk mempersingkat waktu pembuatannya. Namun, batik cap dianggap kurang memiliki nilai seni sehingga dihargai dengan harga ekonomis dan murah. Lain halnya dengan penghargaan batik tulis yang harganya pun bisa puluhan kali lipat. Mengingat pengerjaan batik tulis cukup rumit dan memakan waktu yang tidak sebentar.
Tersohornya Batik Indonesia di dunia internasional membuat sidang Dewan Keamanan PBB di New York, pada Mei 2019 yang lalu menjadikan Batik sebagai ‘dress code’.
Hal itu untuk pertama kalinya pada saat Indonesia menjadi pemimpin sidang, sejumlah delegasi PBB yang hadir sebagian besar menjadikan Batik sebagai busana mereka, tak terkecuali sang Sekretaris Jendral PBB.
Mari kita tingkatkan lagi kebanggaan kita pada Batik Indonesia dengan turut mengenakan dan melestarikan batik dalam situasi kapan pun dan dimana pun. Herry