Buleleng, Bali. faktapers.id – Dugaan praktek pengoplosan gas 3 kg ke gas 12 kg dan 50 kg milik DA di Buleleng menjadi sorotan publik. Diduga, praktek oplosan gas ini kembali beroperasi dan kucing-kucingan dengan petugas. Bahkan, warga khawatir akan berdampak pada lingkungan. Sebab, sebelumnya pernah terjadi ledakan akibat praktek gas oplosan.
Sementara itu, Kadisprindag Buleleng Drs. Ketut Suparto, MMA, saat dikonfirmasi wartawan menyatakan sejauh ini harga dan stok elpiji bersubsidi masih aman. Namun demikian, pihaknya akan menggelar sidak menjelang hari-hari besar keagamaan.
“Untuk pengoplosan gas elpiji sampai saat ini kami belum menerima informasi dan ini kewenangan dari penegak hukum. Termasuk untuk peredaran gas elpiji di Kabupaten Buleleng sampai saat ini berjalan lancar dan terkendali serta stok aman,” jelasnya Senin (18/11) kemarin.
Suparto menyebut, ada 11 agen Elpiji yang ditunjuk di Kabupaten Buleleng. Harga HET Elpiji bersubsidi 3 kg adalah Rp 14.500 di pangkalan yang ditunjuk oleh Agen. Sementara kisaran harga di lapangan antara Rp. 16.000 s/d Rp. 18.000 disesuaikan dengan ongkos angkut.
“Tapi kalau beli langsung di pangkalan yang di tunjuk oleh Agen harganya sesuai dengan harga HET,” bebernya.
Dia pun menyayangkan jika masih ada praktek pengoplos gas yang muncul lagi di Buleleng. Pasalnya, selain merugikan masyarakat juga membahayakan keselamatan jiwa pengoplos.
Terbukti dengan tewasnya lima pengoplos gas di sebuah gudang di kawasan Tegal Sari lantaran tabung gas meledak. Polisi juga sudah pernah menggrebek praktek oplosan gas ini, namun pengoplos gas nampaknya mulai beraksi lagi.
Data pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Dagprin) Kabupaten Buleleng menyebut, pada tahun 2017, Buleleng mendapat jatah sebanyak 21.553 MT, atau 7.148.333 tabung, kini naik menjadi 21.704 MT atau sebanyak 7.234.667 tabung.
Dalam sebulan, dipastikan ada 602.889 tabung yang beredar di Buleleng, dari sebelumnya hanya 598.694 tabung. (Tim)












