Jakarta, faktapers.id – Menjelang perayaan reuni alumni 212 yang akan digelar 2 Desember 2019 mendatang banyak menyita perhatian masyarakat. Temasuk Mantan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Jika reuni 212 nanti terwujud, Ryamizard berpesan kepada kelompok 212 yang bakal menggelar reuni akbar di Monas agar melaksanakan dengan tertib.
“Enggak apa-apa melaksanakan reuni 212. Tetapi, harus tertib, damai, menyejukan, Itu penting”, papar Ryamizard pada acara dialog kebangsaan bertajuk “Gelorakan Semangat Bela Negara Dalam Menghadapi Ancaman Terorisme, Radikalisme dan Liberalisme” di Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Senin, (25/11/2019).
Ryamizard juga meminta acara reuni akbar 212 tidak menjadi momentum provokasi. Kepada siapa pun Ryamizar meminta agar jangan sampai ada orasi yang disampaikan yang nantinya justru membuat situasi keamanan nasional menjadi gaduh. Karena menurutnya kerukunan umat beragama di Indonesia tidak hanya dihuni oleh satu kolompok agama dan keyakinan saja.
“Orasinya kebangsaan saja. Kita menarik simpati bangsa ini. Tunjukkan bahwa inilah 212 yang tertib dan damai. Kita sudah Pancasila. Sila pertama kalau diterjemahkan Lakum Dinukum wa Liya Diin, agamamu agamamu, agamaku agamaku”, tuturnya.
Terkait dengan ancaman negara, Ryamizard menyebutkan ada tiga yang bersifat nyata dan tidak nyata.
Ancaman yang tidak nyata, kata dia, adalah ancaman perang terbuka antarnegara, tetapi ancaman tersebut kecil kemungkiman terjadi.
“Ancaman perang terbuka antarnegara di ASEAN ini kemungkinan kecil sekali terjadi, kecuali kedaulatan kita terganggu, itu kita perang karena kita mempertahankan negara,” ujarnya menegaskan.
Kemudian ancaman nyata, kata dia, kaitannya dengan terorisme, bencana alam, narkoba, intelijen dan lain-lain.
“Ketiga, soal mindset. Waktu saya Menhan, saya tiga kali mengundang rektor, menyerap aspirasi, dan pandangan dari rektor terkait perubahan mindset ini”, katanya.
Perubahan pola pikir yang dimaksud adalah mengenai penanganan aksi terorisme di Indonesia yang membahayakan. Menurutnya, apa yang diajarkan untuk membuat aksi teror itu banyak yang tak masuk akal sehingga menjadi bagian untuk diperbaiki.
“Selama jadi menteri, 3 kali saya mengundang seluruh rektor se-Indonesia bicara maslaah pentingnya ini. Contoh saja orang baik disuruh belajar yang tidak baik. Kalau orang bunuh diri bakal masuk sorga, ditemenin oleh 72 bidadari. Pertanyaannya sama orang yang nyuruh itu. Kalau tau masuk, saya duluan masuk sorga. Ini nyuruh-nyuruh dia gamau masuk sorga. Ini ga masuk akal”, pungkasnya. Herry