Singaraja.Bali. faktapers.id – Pantai Binaria yang kini dikenal dengan nama Lovina telah menggaung keberbagai Negara didunia, selain itu kawasan ini memiliki banyak potensi salah satunya adalah wisata Dolpin yang di miliki laut Buleleng.
Namun kini Lovina semakin terpuruk, hunian hotel semakin menurun PHR harus dibayar 10%. Namun dibalik kemegahan Patung Dolpin disebelah timur yang berdampingan dengan Dermaga Jety terlihat pandangan yang menarik dengan limbah Restaurant yang dibuang ke Sungai dengan warna hitam.
Saluran sungai tersebut mulai kumuh dan berbau amis menyengat lantaran dialiri limbah dari pihak hotel dan Restaurant yang tak bertanggung jawab.
Warga Lovina mulai mengeluhkan dengan kondisi saluran tersebut semakin berbau amis, bahkan pantauan Faktapers.id dilapangan Sabtu (28/12) siang saat melihat wisatawan melintas harus tutup hidung.
Namun pelaku wisata enggan berkomentar banyak hanya bisa memandang dan takut terjadi kesalah pahaman jika hal tersebut ditegurnya.
“Kami masyarakat kecil hanya bisa melihat kondisi itu, dulu sudah sempat di keruk dan disedot tapi masih ada oknum hotel yang sengaja buang limbah kesuangai jadi sungai yang mestinya bersih harus kumuh dan menjadi pandangan tidak bagus. Kalau kami menegur pasti dikira ada sentimen pribadi,”jelas pelaku wisata yang tak ingin disebut namanya.
Sisi lain pemilik usaha Dive Lovina Ketut Bagiasa menyayangkan pihak hotel yang mestinya ikut menjaga lingkungan yang bersih harus menodai kawasan pariwisata Lovina.
“Kesalahan pihak hotel sengaja membuang limbah Restaurant ke Sungai, pemerintah desa maupun Kabupaten harus tegas terkesan lemah tutup mulut dan pengawasan yang lemah. Saya sangat kecewa sebagai warga Lovina apa lagi saya pelaku wisata dan besar di kawasan itu, belum lagi pariwisata yang dulu di banggakan kini mengalami keterpurukan. Sekarang lah buktinya pemerintah desa tegas menyikapi masalah Lovina,”sindir Ketut Bagiasa.
Sementara pecinta lingkungan yang sempat dahulu hidup di Lovina I Nyoman Tirtawan pemilik warung Bambu Pemaron sangat menyayangkan kondisi saluran Sungai dengan bau tidak sedap,
“Saya prihatin dengan adanya limbah Restaurant di kawasan wisata Kalibukbuk, dinas DLH Buleleng seharusnya turun tangan jika ada pencemaran sungai-endingnya ke laut. Seharusnya setiap usaha wajib memiliki sistem pengelolaan limbah sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan. Seperti usaha saya milik menggunakan WWG (waste water garden) demi kebersihan dan kelestarian lingkungan Bali,”jelasnya.(des)