Headline

Tangkal Radikalisme dan Terorisme, Generasi Muda Buleleng Diminta Tidak Dangkal Pemikiran

642
×

Tangkal Radikalisme dan Terorisme, Generasi Muda Buleleng Diminta Tidak Dangkal Pemikiran

Sebarkan artikel ini

Singaraja.Bali, faktapers.id – Banyak orang terpapar paham radikalime karena ayat yang didapatkan hanya sepotong- potong sehingga tidak mendapatkan makna yang sebenarnya secara utuh. Kondisi itulah yang menyebabkan aksi terorisme muncul ditengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Paham-paham radikalisme belakangan ini disinyalir telah merasuki generasi muda bahkan belakangan ini berbagai isu menerpa bangsa. Mulai isu raja dengan kerajaan baru, agama, ras yang dimainkan untuk memecah belah persatuan bangsa Indonesia.

Hal itu diungkapkan oleh tokoh umat Muslim Buleleng KH. Muhammad Maksum Amin yang menjadi narasumber dalam Forum Harmoni Buleleng dengan mengangkat tema “Pemuda Islam Buleleng Rapatkan Barisan Tolak Radikalisme dan Terorisme di Gedung Pasunda Buleleng Jumat (31/1).

Di kesempatan itu Muhammad Maksum Amin juga memaparkan testimoninya mengapa banyak dari kalangan pemuda bahkan orang tua juga terjerat dalam jaringan kelompok radikalisme sampai mau membuat hal-hal diambang batas yang diajarkan dalam agama Islam.

“Lagi-lagi ini masalah dangkalnya pemahaman soal agama dan ajaran Islam. Lebih lagi pengetahuan yang tidak diterima secara matang dan mendasar,” kata KH. Muhammad Maksum Amin dihadapan para peserta forum dari kalangan pemuda, anggota PC NU se- Buleleng.

Menurutnya, jika merujuk dari kata radikalisme berasal dari kata radikal. Yakni paham atau aliran yang radikal dalam politik. Kedua, paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan sikap itu dimiliki oleh setiap orang. Sedangkan terorime berasal dari teror. Terorisme sudah menjurus kepada pelaku, jadi seseorang atau kelompok yang menggangu ketenangan orang lain.

“Istilah-istilah inilah yang harus dipahami sehingga tidak menjadi momok yang menakutkan,” ungkapnya.

Celakanya paham-paham seperti ini kerap kali dikaitkan dengan orang Islam. Sehingga Islam selalu di cap penganut paham radikalisme dan terorisme. Padahal sebenarnya jika dirunut dari awal radikal adalah keinginan kuat tergantung yang memupuk siapa yang membesarkan paham atau aliran tersebut.

Kalau yang menumbuhkan dan memupuk memiliki sikap negative dan watak buruk dan negative terhadap bangsa dan Negara. Maka akan timbul pertumbuhan radikal yang buruk pula. Demikian sebalik jika tumbuh dan subur oleh orang yang memiliki pikiran positif maka radikal juga akan positif.

“Satu contoh, keinginan para ilmuan, para intelektual mengajak masyarakat untuk berpikir bagaimana kemajuan bangsa dan Negara. Sehingga dituangkan dalam lembaga pendidikan, elemen pendidikan dan pendidikan lainnya. Pemikiran positif ini dikelola,” paparnya.

KH. Muhammad Maksum Amin menambahkan modal awal untuk menangkal paham ini dengan merapatkan barisan, baik dari elemen pemuda, tokoh, dan organisasi lainnya. Selain itu modal besar adalah keberagamaan dan kebersamaan. Dari sana muali saling kenal mengenal satu sama lainnya hingga persatuan itu muncul.

“Maka tidak salah Kebhinekaan karena perbedaan itu menjadi modal untuk bersatu, saling menghargai dan hidup bertoleransi disetiap kehidupan. Sehingga usai pesta demokrasi ini kembali menyadar diri untuk kembali merawat perbedaan itu,” tegasnya.

Disisi lain Forum Harmoni Buleleng juga dirangkai dengan kegiatan PP Pergunu (Korwil IV Bali, NTB, NTT) Lewa Karma yang membuka acara Workshop sehari oleh PC. Pergunu Buleleng dengan menghadirkan nara sumber sekaligus motivator H. Aji Sugiarto, M. Kom. mengedukasi 80 orang guru NU di Buleleng

“Kegiatan ini dengan bertujuan sosialisasi smart card Pergunu dan bimbingan pembelajaran Efektif berbasis IT. Dengan harapan acara ini menjadi momentum untuk menguatkan semangat dan peran guru NU yang dimulai dari Buleleng,” pungkasnya.(des)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *