Cerita Miris Tenaga Medis Karena Stigma Covid-19

679
×

Cerita Miris Tenaga Medis Karena Stigma Covid-19

Sebarkan artikel ini

Jakarta, faktapers.id – Stigma yang terjadi di masyarakat terkait penyebaran Virus Corona (Covid-19) rupanya berdampak besar. Hal ini dialami oleh tenaga medis yang bekerja di salah satu RS yang menangani pasien Covid-19. Konon ceritanya, para perawat yang biasa tinggal di kosan, kini sudah tidak menempati kosan yang menjadi tempat istirahat setelah lelah bekerja.

“Kami mendapat laporan dari perawat itu bahwa ada teman-temannya tidak kos lagi di sana, di tempat kosnya. Karena setelah diketahui rumah sakit tempat bekerjanya tempat rujukan pasien COVID-19. Mereka sekarang, saya sudah tanya mereka, tinggalnya di rumah sakit dulu,” kata Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia Harif Fadhilah kepada wartawan, Selasa (24/3/2020).

Ungkapan itu diuraikan Harif mengenai perawat di RSUP Persahabatan yang diminta meninggalkan kamar kosnya karena stigma. “Sementara dan pihak manajemen rumah sakit sedang berusaha mencarikan tempat tinggal yang layak untuk mereka (perawat) bisa transit,” ujar Harif.

Harif pun belum mengkonfirmasi secara langsung, adanya stigma yang dialami keluarga petugas medis.

“Itu baru berita, tapi saya belum memastikan betul. Jadi cerita dari teman-teman, jadi cerita berantai. Namun gejala itu ada,” ucap Harif.

Harif kemudian menuturkan stigma tak hanya dialami perawat. Koas, mahasiswa kedokteran, dan mahasiswa kedokteran spesialis RS Persahabatan juga mengalaminya.

“Kecewa dan menyayangkan. Kita juga memahami ketakutan masyarakat. Tentu harus terus kita edukasi bahwa paparan COVID-19 ini kan pada droplet bukan dari udara, tapi percikan. Selama kita bisa lakukan physical distancing, itu salah satu pencegahannya. Kalau itu bisa dilakukan di kosan, kenapa harus takut,” tutur Harif.

Padahal menurut berbagai pakar bakteri, menyebutkan asumsi virus Covid-19 dapat bertahan diudara adalah hoax.

Menurut para pakar Virus, memang virus Covid-19 memerlukan media untuk bertahan hidup. Yaitu droplet itu basah, ketika pasien terkena virus Corona bersin. Kemudian percikan itu jatuh di tempat-tempat yang ada. Disitulah virus bertahan hidup. Dan penularanya hanya berjarak 1 meter.

Virus Corona ini sebenarnya bertahan hidup tergantung lingkungan. Semakin terang lingkungan maka virus ini tidak bisa bertahan hidup. Dan virus ini mudah dihancur.

Para pakar ini juga mencontohkan cara mencegah penularan virus Corona, ketika pasien terjangkit Covid-19 dan bersin disalah satu media, contohnya di meja, maka harus buru-buru dibersihkan dengan pembersih lantai ataupun sabun. Jangan dibiarkan.

Lalu semisal menempel pada baju, segera baju itu langsung dicuci. Sebab, kalau tidak, maka ia akan masuk melalui hidung ketika kita membuka baju.

Virus ini tidak akan bertahan hidup jika droplet itu dapat mengurai.(uaa/hw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *