Hadapi Wabah Corona Dengan Tawakal

×

Hadapi Wabah Corona Dengan Tawakal

Sebarkan artikel ini

Oleh: Saurip Kadi.

Dengan membandingkan kebijakan sejumlah negara dalam menghadapi wabah Virus CORONA terkhusus dalam Penerapan kebijakan “LOCK DOWN” (“LD”), Pemerintah kita memang terlambat, sehingga terkesan kurang berpihak pada kemanusiaan. Bagaimana tidak terlambat, kalau korban juga sudah beguguran saja hingga saat ini belum sampai pada kesimpulan untuk menerapkan kebijakan “LD”.

Namun demikian, bagi yang memahami realitas yang melingkupi negeri ini niscaya setuju untuk Pemerintah tidak “grusa-grusu” menerapkan kebijakan “LD”. Realitas yang dimaksudkan adalah keberadaan kita sebagai negara besar baik dari sisi luas wilayah dengan geography sebagai negara kepulauan dan jumlah penduduk sekitar 260 Juta  tidak merata serta kondisi sosial dan belum siapnya “pranata sosial” terlebih per Undang-Undangan, serta kemampuan keuangan mana kala kebijakan “LD” harus ditempuh.

Sungguh konyol, kalau saja Pemerintah mengambil kebijakan yang begitu strategis hanya bermodalkan semangat dan ikut-ikutan negara lain, apalagi jelas kebijakan tersebut tidak “membumi”, karena dampak ikutnya akan menjadi sangat tidak terukur, bisa merebet kemana-mana.

Tegasnya siapa yang bisa menjamin kalau kebijakan “LD” dilakukan diawal masuknya Wabah Corona tidak terjadi RUSH Bahan Makanan yang diborong oleh orang-orang berduwit. Lantas bagaimana dengan nasib lebih dari dua ratus jutaan rakyat yang hidupnya pas-pasan akan kekurangan makan. Terus bagaimana suplay bahan makanan untuk penduduk kota besar seperti Jakarta umpamanya, kalau realitanya berasal dari luar daerah. Belum lagi kalau ada penghasut yang mengajak bikin “RIOT” (Kerusuhan Sosial) yang terlebih dahulu dimulai dengan penjarahan toko bahan makanan. Disamping munculnya konflik sosial yang berbasis SARA tak terkecuali upaya menjatuhkan Pemerintah oleh kelompok tertentu. Kecuali kita pura-pura tidak tahu terhadap realitas itu semua, maka dengan mudahnya menyudutkan Pemerintah untuk membikin kegaduhan melalui Medsos.

Bukankah kalau sejak awal Pemerintah langsung menerapkan kebijakan “LD”, bangsa ini akan menghadapi 2 musibah sekaligus bak peribahasa “Sudah Jatuh Tertindih Tangga Pula”, bukan hanya terjadinya korban karena wabah Corona yang akan menjadi-jadi karena tidak terkontrol lagi, tapi juga resiko sosial tak terkecuali jatuhnya korban sesama anak bangsa karena bunuh-bunuhan kembali terjadi lagi.

Maka untuk kekinian, yang utama adalah bagaimana segenap anak bangsa untuk meningkatkan sikap TAWAKAL masing-masing. Toh, kita tahu Pemerintah selama ini sudah “jungkir balik”, korban tenaga medispun sudah berjatuhan. Sudah barang tentu pengertian tawakal tidak bisa lepas dari akal sehat. Tawakal sama sekali bukanlah kita berdiam diri menyerahkan nasib kepada sang waktu. Karena Tuhan sendiri sudah menurunkan Wakilnya dimuka bumi ini (Kholifah) yaitu kita semua ini. Kita sendirilah yang menentukan masa depan kita, sesuai prestasi masing-masing. Juga sungguh sangat keliru, kalau pemahaman TAWAKAL diartikan sekedar menunggu hasil kerja Pemerintah semata. Karena, mustahil sebuah wabah yang begitu ganas dengan tebaran hampir pada semua negara yang ada dunia, bisa dihadapi oleh Pemerintah sendirian tanpa dukungan rakyatnya.

Dari sejumlah sumber yang dapat kita unggah dari Medsos, dapat disimpulkan bahwa kematian seseorang yang terjangkit Virus Corona lebih dikarenakan lemahnya kekebalan daya tubuh seseorang. Sementara itu, penyebaran Virus Corona juga mustahil bisa kita hindari, selagi masih ada interaksi sosial sebagaimana lazimnya. Karenanya, maka kita tidak boleh menganggap sepele dalam arti tidak boleh ceroboh atau gegabah, walaupun juga jangan begitu saja ketakutan, karena mindset kita yang terlanjur dibentuk oleh Medsos seolah kita sedang menunggu giliran menghadapi malaikat pencabut nyawa.

Disisi lain, sebagaimana yang terjadi pada masyarakat dunia pada umumnya, bangsa ini juga terlanjur terpasung cara berpikir kotak-kotak, dan apalagi didunia Kedokteran “Barat” yang realitanya lebih cenderung berpikir YES-NO. Maka sesungguhnya kita bisa mengambil hikmah dari wabah Virus Corona, yaitu dengan kembali ke sunnahtulah (hukum Alam) dimana kehidupan ini diatur secara “organism” dan hukum sebab akibat, dalam arti kesemuanya saling berkaitan, berinteraksi dan saling mempengaruhi, bukan kotak-kotak dan apalagi model YES-NO. Dalam bahasa umum, kita bisa pijam istilah cara berpikir sistemik dan atau komprehensif.

Dengan demikian kebijakan menerapkan “LD” sama sekali bukan pilihan tunggal yang harus serta merta diambil segera apalagi diawal masuknya wabah, tak peduli realitasnya yang tergelar.

Maka yang diperlukan saat ini adalah bagaimana kita semua, terlebih yang tidak mempunyai persoalan IMUNITAS untuk hari-hari ini memperkuat DAYA TAHAN tubuh. Kenapa iman kita menjadi lemah hanya karena Virus Corona, begitu saja lupa bahwa tubuh kita sudah dilengkapi oleh sang Maha Pencipta dengan kekuatan yang jauh lebih dasyat dari Virus Corona. Bukankah dengan jiwa yang kuat, kita akan mudah dalam menjaga kesehatan kita, dan sebaliknya dalam jiwa yang rapuh, maka upaya menjaga kesehatan tubuh kita menjadi tidak efektif.

Oleh karena itu, ikutilah anjuran Para Ahli dengan memperbanyak cuci tangan pakai sabun, mengkonsumsi Vitamen C, E dan makanan yang ber PH tinggi seperti jeruk, alpukat, dllnya. Kita juga diberi berkah berupa sinar matahari sepanjang tahun, perbanyaklah berjemur dipagi hari. Dan bagi mereka yang sudah akrab dengan pengobatan ala “Timur” ikuti anjuran Tabib, Sin She dan Tukang Jamu yang selama ini telah terbukti membuat tubuh kita terjaga sehat dan bugar.

Sudah barang tentu, bagi mereka yang memang sudah mengidap penyakit HIV, Gula Darah dan apalagi “Kanker” dan penyakita akut lainnya, harus lebih tahu diri lagi, untuk lebih menjaga jarak dengan siapapun tak terkecuali dengan anggota keluarga sendiri.

Dan karena persoalan yang kita hadapi adalah wabah apalagi berskala dunia, maka mustahil bisa dihentikan tanpa kesatu-paduan segenap anak bangsa dibawah “komando” Pemerintah.

Dan sebagai bangsa yang dikenal berbudaya “adhi luhung” dan dalam kehidupan kesehariannya juga sangat religius, maka mari hentikan caci maki dan saling menyalahkan dan apalagi terus nyinyir serta menyudutkan Pemerintah tanpa sumber yang valid. Dalam kebhinekaan, mari kita saling bantu dan rapatkan barisan untuk mematuhi arahan/ anjuran Pemerintah, tak terkecuali kalau dalam kondisi tertentu Pemerintah melakukan Karantina Wilayah sesuai kebutuhan masing-masing daerah dan atau dengan “LD” sekalipun.

Jakarta, 3 – April-2020.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *