Korban Virus Corona di New York Mencapai 10 Ribuan, Kini Telah Pulih Akan Cabut Pembatasan Wilayah  

451
×

Korban Virus Corona di New York Mencapai 10 Ribuan, Kini Telah Pulih Akan Cabut Pembatasan Wilayah  

Sebarkan artikel ini
newyork
Ilustrasi Kota Newyork

Jakarta, Faktapers.id – Tercatat jumlah kematian akibat virus corona di New York, Amerika Serikat mencapai 10.056 jiwa pada Selasa (14/4).

Berdasarkan publis dari situs pelaporan online Worldometer, korban meninggal bertambah 671 pada Senin (13/4). New York menjadi negara bagian dengan kasus Covid-19 terbanyak di AS dengan 195.031. AS sendiri kini memiliki 586.748 kasus corona dan 23.618 kematian

Jika berdasarkan angka tersebut, jumlah di New York itu bahkan melebihi angka positif corona di Italia dan Spanyol, dimana keduanya sempat menjadi negara dengan pasien corona terbanyak di dunia. Sementara saat ini Italia memiliki 159.516 kasus dan Spanyol 170.099.

“Penambahan 671 kematian Itu merupakan angka terendah sejak 5 April. Sedangkan angka tertinggi sebanyak 799 dilaporkan pada kamis pekan lalu,” kata Gubernur New York Andrew Cuomo.

Meski begitu Cuomo meyakini situasi terburuk wabah virus corona di New York telah berakhir. Karena menurut Cuomo, tingkat rawat inap di rumah sakit telah berkurang. Namun dia mengingatkan pandemi Covid-19 bisa memburuk jika pembatasan dicabut terlalu cepat.

“Yang terburuk sudah berakhir bila kita berpikir ke depan. Saya percaya kita sekarang sedang bergerak menuju kondisi normal,” kata Cuomo kepada wartawan seperti dikutip dari AFP.

Cuomo juga telah melakukan teleconference bersama Gubernur New Jersey, Connecticut, Pennsylvania, Delaware dan Rhode Island, untuk membahas rencana pembukaan pembatasan wilayah atau lockdown.

Cuomo mengaku pihaknya akan merancang dan merencanakan pembukaan tersebut dengan cermat. “Kami ingin membuka kembali sesegera mungkin. Namun kami harus pintar dalam menentukan cara kami membuka kembali (lockdown),” kata Cuomo.

Gubernur New Jersey Phil Murphy berpendapat berbeda. Murphy merasa pencabutan lockdown secara tergesa-gesa dapat memberikan dampak negatif terhadap masyarakat.

Menurut dia, pemulihan secara signifikan akan terjadi seiring waktu apabila kualitas dan keberlangsungan perawatan kesehatan masih dapat terjaga dengan baik.

“Jika kami mulai bangkit kembali (mencabut lockdown) terlalu cepat, saya khawatir, berdasarkan data yang kami lihat, kami bisa seperti melempar bensin ke api,” ungkap Murphy.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump tengah merencanakan untuk mengambil keputusan kapan pencabutan lockdown di AS dapat dilakukan. Trump sempat menulis dengan optimistis bahwa pemerintah telah menaklukan virus melalui akun Twitter-nya pada Minggu (12/4) kemarin.

“Kami menang, dan akan menang, perang melawan Musuh yang Tak Terlihat!” tulisnya. AFP/Uaa

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *