Headline

Gus Marhaen: Tahun 47 Bung Karno Diberikan Gelar Kehormatan “Wartawan Agung”

758
×

Gus Marhaen: Tahun 47 Bung Karno Diberikan Gelar Kehormatan “Wartawan Agung”

Sebarkan artikel ini

Bali, faktapers.id  – Ir Soekarno adalah figur pendiri bangsa (founding father) dan oleh rakyat Indonesia lebih dikenal dengan nama Bung Karno. Selain sebagai tokoh Proklamator Kemerdekaan RI, ia juga diketahui sebagai seorang wartawan.

Hal tersebut terungkap dalam obrolan bersama para jurnalis saat peringatan Hari Lahir Bung Karno ke-119 di Museum Agung Bung Karno Renon Denpasar Sabtu (6/6).

Pembina Yayasan Kepustakaan Bung Karno, Gus Marhaen mengatakan Ir. Soekarno memiliki pengalaman dan kesan yang istimewa terhadap profesi wartawan.

“Persatuan Wartawan Indonesia lahir atas restu Bung Karno. Jaman Bung Karno juga tak ada pembredelan terhadap karya-karya jurnalistik,” ungkap Gus Marhaen yang menggunakan peci ala Putra Sang Fajar.

Ia menjelaskan peran wartawan di era presiden pertama RI ini sangat strategis. Setiap kegiatan wartawan seperti pelatihan seminar, simposium dan workshop, tokoh Penggali Pancasila tersebut selalu hadir memberikan sambutan dan semangat dalam orasinya.

“Menulis itu gampang tapi memahami itu yang sulit. Menjadi wartawan itu harus berkualitas dan berintegritas,” demikian kutipan pidato Bung Karno yang masih kuat dalam ingatan Gus Marhaen.

Ia menambahkan pesan orator ulung tersebut pada Kongres Wartawan Tahun 1947 di Solo Jawa Tengah, insan pers memberi gelar kehormatan “Wartawan Agung” karena dalam sejarah perjuangan pernah menjadi wartawan Koran Pemandangan dan Redaktur Pelaksana Koran Jawa Sentota.

“Dedikasi Bung Karno kepada bangsa dan negara, baik dalam pemikiran maupun karya dan perjuangannya sangat luar biasa. Tidak heran rakyat Indonesia menyebut beliau Proklamator, Bapak Bangsa, dan juga sering disebut penyambung lidah rakyat Indonesia.
Implementasi dari ajaran Bung Karno adalah Pancasila dengan mengedepankan asas Gotong Royong,” ujarnya.

Selanjutnya awak media yang hadir di museum berarsitektur Bali tersebut diajak berkeliling hingga ke lantai 2, melihat ribuan koleksi dokumen kuno semasa perjuangan kemerdekaan RI tahun 1945 dan dijelaskan tentang benda-benda bersejarah terkait dengan Bung Karno.

Lebih lanjut dijelaskan, Soekarno dilahirkan di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901. Ia merupakan anak dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Nyoman Rai Serimben dari Singaraja, Buleleng, Bali. Lahir dengan nama Koesno, Soekarno kecil kerap menderita sejumlah penyakit. Kedua orang tuanya lantas memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Karno atau Soekarno.

“Bung Karno akhirnya tumbuh menjadi seorang ksatria kuat bagaikan tokoh-tokoh legendaris dalam lakon-lakon dan pertunjukkan wayang Bharata Yudha serta Ramayana,” pungkas Gus Marhaen. (Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *