Peringkat 1 Covid-19 di Asia Tenggara, Pertanda Kesehatan di Indonesia Juga Jeblok

561
×

Peringkat 1 Covid-19 di Asia Tenggara, Pertanda Kesehatan di Indonesia Juga Jeblok

Sebarkan artikel ini

Jakarta, faktapers.id –  Menjadi negara dengan kasus infeksi virus corona dan angka kematian tertinggi di Asia Tenggara, menandakan kesehatan di Indonesia juga jeblok.

Demikian anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mengungkapkan. Legislator dari Fraksi PKS ini pun mengingatkan agar pemerintah dan Gugus Tugas memperhatikan secara serius penanganan Covid-19 yang masih jauh dari kata selesai.

“Terlebih saat ini narasi yang digaungkan adalah new normal dengan masyarakat kembali beraktivitas menggunakan protokol baru,” ujarnya di Jakarta, Jumat (19/6).

Mufida pun mengingatkan, bukan hanya angka Covid-19 yang tertinggi di Asia Tenggara, Indonesia juga jeblok dalam beberapa parameter kesehatan di dunia.

Sebelumnya, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 pada Rabu (17/6) melansir, Indonesia memiliki 41.431 orang positif Covid-19 dengan 2.276 meninggal dan 16.243 sembuh.

Angka ini menyalip kasus di Singapura dengan 41.216 positif Covid-19 dan 26 meninggal dunia. Filipina berada di urutan tiga dengan 26.781 kasus positif dan 1.103 orang meninggal dunia.

Menyoal hal itu, Mufida menegaskan, angka positif Covid-19 dan kematian akibat Covid-19 tertinggi di Asia Tenggara harus jadi alarm bagi pemerintah dalam menyediakan layanan kesehatan yang lebih baik.

Selain Covid-19, banyak parameter kesehatan yang mendudukkan peringkat Indonesia di posisi yang kurang baik,” urainya. Mufida mencontohkan, pada Hari Tuberkulosis Sedunia 2020 yang diperingati 24 Maret Indonesia adalah negara dengan penderita TBC ke-3 terbesar di dunia setelah India dan China.

“Jumlah penderita TBC di Indonesia mencapai 845.000 jiwa. Sementara TBC adalah satu dari 10 penyebab utama kematian di seluruh dunia,” ungkapnya. Menurut Mufida, data lain soal indeks perkembangan anak yang dirilis WHO-UNICEF menunjukkan Indonesia berada di peringkat 117 dari 180 negara yang diteliti.

Indeks ini mengukur kesehatan dan kesejahteraan anak berdasarkan sejumlah faktor yang meliputi pertumbuhan anak, tingkat kelangsungan hidup anak, tahun sekolah, tingkat kelahiran remaja, kematian ibu, prevalensi kekerasan, serta pertumbuhan dan gizi.

“Kita juga kalah jauh dari negara tetangga dengan Singapura peringkat 12, Malaysia 44, Vietnam 58, Thailand 64, Filipina 110, dan Kamboja 114 dunia,” tandasnya.

Mufida menyebut data dan fakta tersebut harus menjadi evaluasi pelayanan kesehatan secara menyeluruh oleh Pemerintah. Ia mengatakan, semua negara juga mengalami Pandemi dan permasalahan kesehatan yang juga dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Beberapa negara melaluinya dengan penanganan yang baik.

“Bukan hanya soal Covid-19, tapi posisi kita yang kurang baik dalam data-data kualitas kesehatan tersebut harus menjadi cermin. Kita tidak sendiri mengalami semua masalah kesehatan tersebut, tetapi banyak negara yang berhasil melalui dengan baik. Tidak perlu sungkan untuk belajar penanganan berbagai masalah kesehatan dari negara lain, termasuk negara tetangga,” serunya.

Mufida berharap, selain kasus Covid-19 semua permasalahan kesehatan di Indonesia tetap harus mendapat perhatian.

“Tugas negara adalah melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Pastikan kebijakan kesehatan dalam jalur yang tepat sehingga masyarakat bisa ikut mendukung. Kita wajib optimistis, tetapi pemerintah harus menunjukkan keseriusannya,” tegasnya. (OSS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *