Headline

PT Suara Dewata Media Gelar Webinar “Peran Media dalam Adaptasi Kebiasaan Baru”

419
×

PT Suara Dewata Media Gelar Webinar “Peran Media dalam Adaptasi Kebiasaan Baru”

Sebarkan artikel ini

Bali, faktapers.id – PT Suara Dewata Media hari ini menyelenggarakan Webinar “Peran Media Dalam Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju Indonesia Tangguh Berdasarkan Pancasila” di Dinas Kominfo Kabupaten Tabanan, Senin (27/7).

Penyelenggaran webinar ini dilaksanakan untuk mendorong media dalam pembuatan narasi-narasi berita agar menumbuhkan optimisme masyarakat saat menghadapi pandemi Covid-19. Sehingga dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini masyarakat dapat menghasilkan produktivitas untuk menuju Indonesia yang tangguh berdasakan Pancasila.

Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti saat memberikan sambutan dalam pembukaan webinar mengatakan, dirinya sangat mengapresiasi kegiatan webinar yang diselenggarakan oleh media online Suara Dewata di tengah Covid-19.

Namun, dengan adaptasi kebiasaan baru masyarakat harus tetap bisa berusaha bangkit dari keterpurukan ekonomi. Seperti mengayuh sepeda, jika dulunya mengayuh dengan cepat, sekarang mengayuh lambat asal tetap berjalan dan tidak jatuh. Untuk itu, ia menyarankan kepada masyarakat saat menghadapi Covid-19 untuk memproduksi jamu-jamuan herbal yang diwariskan oleh leluhur agar bisa menjaga kondisi tubuh.

“Dan juga, ditengah Covid-19 media diharapkan memberitakan hal yang dapat membangun optimisme di masyarakat dan bertahan hidup ditengah Covid-19, sehingga menjadi motivasi masyarakat ditengah Covid-19,” ucap Eka Wiryastuti yang sekaligus membuka webinar tersebut melalui aplikasi virtual zoom, Senin (27/7).

Setelah webinar dibuka resmi oleh Bupati Tabanan, moderator acara Panca Wardani Lodra menampuk Direktur Bali Ekspress, I Putu Suyatra, Ketua AJI Denpasar, Nandang Astika, Dosen FISP UNUD, Ni Made Ras Amanda Gelgel, dan Direktur Bali Business Network, I Made Abdi Negara sebagai narasumber.

Direktur Bali Ekspress, I Putu Suyatra sebagai pembicara pertama mengatakan dalam menghadapi adaptasi kebiasaan baru peran media agar membuat berita yang berimbang. Dari data yang yang diperoleh pihaknya, dampak dari Covid-19 ini mengakibatkan adanya sekitar puluhan ribu pekerja dirumahkan bahkan di PHK. Tidak hanya itu, jumlah penduduk miskin juga bertambah bila dibandingkan dengan tahun yang lalu.

“Ini tanggung jawab kami selaku media untuk memberikan inspirasi kepada masyarakat di tengah Covid-19, karena sulit mencari orang yang bertahan hidup di tengah Covid-19, sehingga peran media dapat memberikan optimisme kepada masyarakat,” kata Putu Suyatra.

Dalam pembuatan berita, pihaknya di Bali Ekspress selalu ada narasumber yang jelas dan sudah terkonfirmasi. Sehingga berita yang dimuat dan diedarkan ke masyarakat merupakan informasi yang benar dan kredibel.

“Apa yang kami sampaikan dalam pembuatan berita itu benar, bukan dibuat-buat atau hoax, karena kami langsung mencari narasumber dan data yang resmi dalam obyek pemberitaan,” pungkasnya.

Ketua AJI Denpasar, Nandang Astika sebagai pembicara kedua mengatakan bahwa tema dalam Webinar yang diselenggarakan sangat nasional. Pada kesempatan tersebut, Nandang menjelaskan bahwa AJI Denpasar merupakan organisasi terindividu dari jurnalis itu sendiri.

Nandang menerangkan, bahwa saat ini kita akui bersama, baik dan buruknya media saat ini masih dibutuhkan oleh khalayak umum di kalangan masyarakat. Lantaran masyarakat ingin mendapatkan informasi dan banyak juga masyarakat tidak bisa mengakses informasi. Dari media itu sendiri yang memfasilitasi untuk menyambung informasi ke masyarakat.

Untuk Media mainstream sebagai fungsi pers, ada banyak fungsinya yakni memberikan informasi, edukasi, hiburan dan sosial kepada masyarakat melalui media. Namun belakangan ini, masyarakat justru mengatakan berita yang dimuat oleh media mainstream dikatakan berita hoax.

“Hal ini terjadi karena tidak sependapatnya masyarakat dengan berita itu sehingga dikatakan berita hoax dan berita bohong. Kami menegaskan, prosesnya bukan asal comot dan asal contek, yang pasti sudah sesuai wawancara dan tidak membuat berita yang tidak ada pernyataan resmi dari narasumber,” terangnya.

“Media tidak hanya menulis yang baik di Pemerintah saja, karena media punya kontrol sosial dan boleh memberitakan yang tidak baik di Pemerintah,” imbuhnya.

Sementara itu, Dosen FISP UNUD, Ni Made Ras Amanda Gelgel, sebagai pembicara ketiga mengatakan bahwa saat ini hoax Covid-19 telah menyerbu Bali Dan Pers justru disalahkan oleh hoax itu sendiri.

Menurutnya, Pers menyebarkan informasi apa yang mereka dapat dan secara umum Covid-19 telah menginfeksi banyak negara. Dari Covid-19 banyak dampak yang terjadi, seperti krisis ekonomi dan krisis kemanusiaan, terutama pada Pancasila.

Lalu dimana hubungannya dengan Pancasila? Dengan adanya Covid-19 saat ini justru Sila ke dua yakni Kemanusian Yang Adil dan beradab menjadi dampak dari Covid-19 itu sendiri. Bahwa banyak orang terdampak Covid-19 akan menjauhi sesama manusia, bahkan adanya perlakuan tidak baik kepada manusia.

“Dampak Covid-19 pada Pancasila yakni pada sila ke dua adanya diskriminasi, hoax dan ujaran kebencian terhadap manusia, kita juga melihat diskriminasi terhadap tenaga medis, bahkan tidak diterima pulang ke rumah oleh masyarakatnya sendiri,” pungkasnya.

Selain itu, kekuatan media sosial yang menggunggah informasi setiap detiknya sangat berbahaya dan bisa mengarah hoax tanpa bukti yang benar. Hal ini sangat mengkhawatirkan dan dapat membunuh kita dengan adanya isu-isu yang tidak benar, ditambah lagi adanya isu bahwa Covid-19 adalah konspirasi global yang ada di Bali dan menjadi sorotan nasional.

“Kalau masyarakat mampu melawan hoax ini Covid-19 cepat berlalu. Apabila 20 persen akan tahan missinformasi maka proses pencegahan akan jauh lebih penting, jadi perlunya masyarakat untuk bisa membedakan mana hoax dan bukan, disini Pers berperan dalam hal itu, bahwa Pers ini ibaratkan bagian dari hand sanitizer dalam pembuatan berita, sehingga informasi yang disampaikan bersih, kredibel dan akurat,” jelasnya.

Sedangkan Direktur Bali Business Network, I Made Abdi Negara sebagai pembicara terakhir mengatakan bahwa saat ini kita sudah pada tatatan baru, dimana setiap perkembangan Covid-19, kebijakan Pemerintah sangat cepat perubahannya dan ini kita harus ikuti.

Kata ia, jangan sampai kita berpikir pesimis bisnis kita akan tutup dan bangkrut, ternyata ada yang sukses dalam menghadapi covid-19.

Untuk itu, peran media sangat diperlukan untuk memberitakan dan menjaga roda ekonomi dalam kehidupan di UMKM. Selain itu, Pemerintah harus memberikan stimulus kepada UMKM agar bisa bangkit kembali ditengah pandemi Covid-19.

“Media sangat berperan disana agar UMKM bisa bergerak, sehingga peran media dapat memberikan inspirasi kepada masyarakat untuk mandiri,” kata Abdi Negara.

Abdi Negara menegaskan, untuk memberikan motivasi kepada masyarakat dalam mengahadapi Covid-19 ini, justru peran media sangat dibutuhkan dalam memberikan informasi yang kredibel, integritas dan akurat.

Untuk itu, jangan sampai ada media dalam membuat berita ternyata medianya tidak memiliki kredibilitas dan akurasi dalam menyajikan informasi kepada masyarakat. Sehingga perlu diberikan tindakan tegas kepada media tersebut.

“Jadi tindakan tegas harus dilakukan kepada media apabila media tidak memiliki integritas dan kredibel,” tegasnya. (Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *