75 Tahun Indonesia Merdeka, Anak Indonesia Harus Merdeka dari Kelaparan

652
×

75 Tahun Indonesia Merdeka, Anak Indonesia Harus Merdeka dari Kelaparan

Sebarkan artikel ini

Jakarta, faktapers.id – Memperingati 75 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, bangsa ini masih terus berjuang mengatasi persoalan kelaparan, khususnya pada balita yang meningkat di tengah pandemi Covid-19. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) bersama Foodbank of Indonesia (FOI) dengan semangat nasionalisme mengajak masyarakat khususnya para bunda (kader, Pendidikan Anak Usia Dini, dan Taman Bacaan Masyarakat) untuk melaksanakan gerakan “Aksi 1.000 Bunda untuk Indonesia” dalam memerdekakan balita dan anak di Indonesia dari kelaparan.

“Saya mendukung upaya FOI untuk membantu masyarakat dalam melakukan redistribusi (memperluas pemerataan) makanan berlebih sebagai upaya mencegah kemubaziran pangan dan membuka akses pangan bagi kelompok rentan, termasuk balita. Melalui Aksi 1000 Bunda untuk Indonesia, kami mengajak para bunda untuk bergerak bersama agar masyarakat tidak hanya paham akan pentingnya pemenuhan gizi anak, tetapi juga bergotong-royong menangani permasalahan gizi anak sebagai tanggungjawab dan kewajiban bersama yang dimulai dari tingkat keluarga. Mari kita bersinergi, demi kepentingan terbaik bagi 80 juta anak Indonesia yang kita cintai. Mereka masa depan kita, mereka generasi penerus bangsa,” ungkap Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak, Lenny N. Rosalin pada acara Konferensi Pers “Aksi 1000 Bunda untuk Indonesia” yang dilaksanakan secara virtual (18/08/2020).

Lenny menuturkan generasi penerus bangsa harus sehat, cerdas, kreatif, dan produktif. Jika anak terlahir sehat, tumbuh dengan baik dan didukung pendidikan yang berkualitas maka anak akan menjadi generasi yang menunjang kesuksesan pembangunan bangsa. Sebaliknya, jika anak terlahir dan tumbuh dalam situasi kekurangan gizi kronis, maka anak akan menjadi kerdil (stunting).

“Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Hal ini disebabkan karena multi faktor dimensi dan tidak hanya karena faktor gizi buruk yang dialami ibu hamil maupun anak balita. Stunting juga disebabkan karena terjadinya kekurangan gizi kronis saat bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun. Dalam jangka pendek, stunting mengakibatkan terhambatnya tumbuh kembang anak, seperti penurunan fungsi kekebalan tubuh, gangguan metabolisme, tidak maksimalnya perkembangan otak, memengaruhi kemampuan mental anak, belajar tidak maksimal mengakibatkan prestasi belajar yang buruk. Dalam jangka panjang, anak dengan stunting akan beresiko mengalami antara lain, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis,” jelas Lenny.

Lebih lanjut Lenny menegaskan pentingnya memberikan perhatian khusus pada periode 1.000 hari pertama kehidupan anak karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan. Terkait upaya pencegahan stunting, Lenny menekankan pentingnya koordinasi lintas sektor dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat umum, dan lainnya untuk memastikan sinergi seluruh program/kegiatan terkait pencegahan stunting, terutama dengan meningkatkan cakupan dan kualitas gizi spesifik dan gizi sensitif pada kelompok ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0-23 bulan.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Lumbung Pangan Indonesia, Wida Septarina menuturkan berdasarkan Indeks Kelaparan Global 2019, Indonesia masih menghadapi masalah kelaparan yang serius. Kelaparan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu kelaparan karena kemiskinan yang menyebabkan sekitar 40-50% anak ke sekolah dengan perut kosong, dan kelaparan yang tersembunyi (hidden hunger) yaitu fenomena kekurangan vitamin dan mineral yang dapat berujung pada stunting.

Wida menambahkan kondisi tersebut diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 di Indonesia yang mengakibatkan peningkatan kelaparan pada balita di Indonesia. Kondisi kemiskinan dan daya beli pangan yang menurun mengakibatkan keterbatasan akses, ketersediaan, dan keterjangkauan bahan pangan sehat pada keluarga. Hal tersebut menimbulkan terganggunya akses pangan dan risiko kekurangan gizi pada balita. Sebelum adanya pandemi, kelaparan sudah terjadi, bagaimana pentingnya upaya bersama untuk menghentikan masalah tersebut, mengingat anak sangat tergantung kepada orangtuanya untuk mendapatkan makanan bergizi.

“Mari kita peringati dan isi kemerdekaan ini dengan hal positif. Merdeka yang hakiki adalah merdeka dari rasa lapar. Saatnya kita memerdekakan anak dari kelaparan, melalui gerakan ‘Aksi 1000 Bunda untuk Indonesia’, FOI mengajak para bunda (Kader, PAUD, TBM, calon bunda, pakar) untuk bergerak memerangi kelaparan pada balita dengan membuka akses pangan melalui pembagian makanan, edukasi serta berdialog dengan para relawan di 45 titik wilayah Indonesia yang ditargetkan dapat membantu 50.000 balita di Indonesia. Aksi ini akan dilaksanakan hingga 22 Desember 2020, ditutup tepat pada peringatan Hari Ibu. Marilah kita dukung upaya ini demi melindungi anak sebagai generasi penerus bangsa,” tegas Wida.

Relawan FOI dan Bunda PAUD dari Pandeglang, Nurholis Sukmayanti membagikan pengalamannya di lapangan saat berupaya memerangi kelaparan pada balita di Pandeglang. “Saya melihat ada bayi yang dirawat di rumah sakit bahkan meninggal akibat gizi buruk. Mengetahui hal ini, saya segera menggandeng kader posyandu di desa yang memiliki data konkrit jumlah anak yang mengalami gizi buruk. Kemudian, saya ajukan data tersebut untuk meminta bantuan ke Foodbank of Indonesia (FOI). Hal tersebut direspon baik FOI yang langsung bergerak ke Pandeglang untuk memberikan bantuan, serta melibatkan kami sebagai relawan untuk mendirikan Kampung Anak Sejahtera.

Program Kampung Anak Sejahtera yang digagas oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah berhasil meningkatkan kesadaran dari para kader posyandu dan bunda PAUD untuk memeriksakan kesehatan anak mereka ke posyandu dan menekankan pentingnya memenuhi gizi yang baik untuk anak, seperti memperhatikan timbangan gizi, berat badan, dan tinggi badan anak. “Kami juga melibatkan para bunda PAUD yang berada di wilayah lainnya seperti Tangerang, Cikarang, Bekasi, Surabaya, agar gerakan ini bisa benar-benar dirasakan anak-anak di seluruh wilayah Indonesia,” tutup Nurholis.

Pada rangkaian acara hari ini, sejumlah ibu atau bunda dari seluruh wilayah di Indonesia membacakan Deklarasi ‘Aksi 1000 Bunda untuk Indonesia’ yang di antaranya yaitu membulatkan tekad untuk memerangi kelaparan pada balita di sekitarnya, mengajak para bunda/orangtua untuk peduli dan turut berperan membuka akses pangan bagi balita, serta menciptakan kondisi yang baik bagi tumbuh kembang balita untuk mencapai cita-cita perjuangan bangsa. Herry

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *