Jakarta, Faktapers.id – Masyarakat Pencak Silat Indonesia (Maspi) sebagai salah satu pengusul menyambut gembira atas penetapan UNESCO bahwa Tradisi Pencak Silat sebagai Warisan Tak Benda di Dunia dari Indonesia, tertanggal 12 Desember 2019.
Menindak lanjuti penetapan UNESCO, Maspi menggelar kegiatan rutin setiap tahun, saat ini mengusung tema “Finalisasi Pengamatan Temu Pendekar Virtual Internasional 2020” secara virtual.
Kegiatan ini kerjasama dengan Asosiasi Silat Tradisi Betawi Indonesia (Astrabi) bertempat di Padepokan Pencak silat TMII Pukul 10.00 Wib Sabtu, 22 Agustus 2020.
Selain terus melakukan tradisi berdiskusi, hal yang tidak pernah dilawatkan dalam kegiatan Maspi tersebut. Adalah memberi kesempatan kepada perguruan pencak silat untuk mepersetasikan dalam bentuk pertunjukan juga pemaparan sejarah, kosep dan aliran pencak silat yang digelutinya.
Wahdad MY, salah seorang pendiri Maspi dalam mengantar ngadu bako (diskusi) menyebutkan, diakuinya Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia oleh UNESCO merupakan buah kerjasama dan kerja keras para pelaku pencak silat, perguruan pencak silat, pemerhati, peneliti, media dan pemerintah Indonesia.
“Tantangan ke depan setelah ditetapkan terbilang cukup berat dibanding sebelumnya. Karena kita harus mempertanggungjawabkan terhadap apa yang telah ditetapkan. Kita harus memicu motivasi kita, agar penghargaan ini tidak pindah ke tangan yang lain dan memungkinkan pindah atau dicabut jika hasil evaluasi dari UNECO di beberapa tahun ke depan kita tidak melakukan hal yang signifikan untuk pencak silat,” ungkap Wahdad.
Untuk itu para pelaku pencak silat, lanjut Wahdad, perguruan pencak silat, asosiasi pencak silat dari dalam negeri maupun luar negeri dan siapapun yang peduli pada Pencak Silat, bersama pemerintah daerah dan pusat harus selamanya bergandeng tangan menyatukan niat dan bergerak bersama sama memajukan pencak silat dengan berbagai aktifitas.
“Semangatnya jangan sampai pada persiapan penetapan semata. Tapi semangat itu harus selamanya bergelora, sehingga pencak silat Indonesia benar-benar membumi di Indonesia,” harapnya.
“Seperti yang saat ini kita lakukan, dengan adanya Kegiatan Virtual ini sebagai tradisi Tahunan MASPI dan ASTRABI sebagai Penyelenggara,” imbuh Wahdad,
Ketua Umum Astrabi dan sebagai Korwil DKI Jakarta, Anwar Al Batawi mengatakan kerjasama ASTRABI, MASPI serta Dirjen Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan /Kemendikbud dalam acara ini, tidak hanya bagaimana kita mengaplikasikan yang ada di benak kita.
“Tetapi kita mulai terobosan baru agar para pesilat terkena dampak Covid19 mulai aktif kembali dan terus meningkatkan kemampuan dan kreatifitas. Kita hari ini kita buktikan dengan kegiatan melalui virtual, walaupun pesertanya hanya 42 perguruan, tetapi alhamdullilah apa yabg kita harapkan terlaksana,” paparnya.
Anwar lebih lanjut mengutarakan mengenai peserta lebih menonjolkan jurus dan aplikasinya. Namun semuanya tidak menjadi aturan baku ISI, tetapi lebih ke jurus silat tradisi yang mereka miliki masing masing perguruan.
“Pesertanya dari seluruh Perguruan yang ada di Indonesia dan ada juga dari negara lain, seperti Italia, yaitu perguruan SERA yang memiliki Cabang di Kota Bandung beradaptasi di Negara Eropa, khususnya Italia,” terangnya.
Anwar juga menyampaikan hari ini dari MASPI,ASTRABI sudah membuktikan bahwa dalam kondisi pandemi covid tidak berdiam diri. Ini merupakan tanggungjawab kita bersama sebagai Warga Negara Indonesia. Ketika pencak silat telah diakui dunia, maka wajiblah kita sebagai pelaku mempertahankannya.
“Jangan sampai 5 tahun kedepan hanya sebagai penonton. Sudah seharusnya lah kita sebagai pelaku dari apa yang sudah kita dapatkan terus kita lestarikan,” kata Anwar mengingatkan.
Anwar sebagai Korwil Dki Jakarta pun berharap apa yang telah kami buat hari ini bisa memberikan energi baru kepada rekan-rekan. “Ayo kita sudahi dampak dari pada wabah covid 19 ini, kita mulai kreasi kembali, kita buka perguruan kita kembali untuk masing masing beraktivitas dengan menjaga protokol kesehatan,” ajaknya memberi semangat.
Disela sela acara Finalisasi Pengamatan Temu Pendekar Internasional secara vitual, Dirjen Kemendikbud Hery Manurung mengatakan, point point pencak silat adalah tradisi budaya. Artinya tidak menampilkan olahraganya saja, tetapi pewaris untuk generasi pencak silat kedepannya ini sebgai ajang silahturrahmi para pendekar silat, serta para tokoh nasional.
“Seperti halnya saat pemenang Pencak silat memeluk Presiden Joko Widodo dan Prabowo, saat ketika itu bahwa pencak silat sebagai alat pemersatu Bangsa dari Sabang sampai Marauke. Kita memiliki warisan budaya, yaitu Pencak Silat”pungkasnya. Fahmy