Klaten, faktapers.id – Lengkap sudah derita petani di Desa Gempol Kecamatan Karanganom Klaten ini, usai gagal panen akibat serangan hama wereng, kini harus merasakan kelangkaan pupuk bersubsidi dan non subsidi menjelang musim tanam.
Suradi (55), salah seorang petani di Dukuh Cangkringan Desa Gempol menuturkan, kelangkaan pupuk dikhawatirkan akan berdampak gagal panen.
“Saya memiliki lahan seluas 1 patok, yang sudah ditanami padi. Tapi tidak ada pupuk bersubsidi dijual maka padi diperkirakan akan gagal panen,” kata dia, saat dikonfirmasi, Senin (24/8).
Suradi mengaku, kelangkaan pupuk bersubsidi baru terjadi jenis Urea dan ZA. Ia mengatakan, seharusnya satu patok padi diberi 4 sak pupuk, tapi kerena stok pupuk subsidi yang dijual sedikit, terpaksa satu patok hanya diberi 1 sak pupuk subsidi dan itu jelas kurang.
Sementara itu, Kepala Desa Gempol, Edy Suranta (50) menuturkan, para petani khawatir dengan kelangkaan pupuk tahun ini akan berdampak pada gagal panen, setelah petani mengalami kerugian akibat serangan hama wereng.
“Seluas 25 hektar dari total 40 hektar tanaman padi di Desa Gempol mengalami gagal panen akibat serangan hama wereng, saat musim tanam tahun ini kewalahan karena pupuk langka,” tuturnya.
Edy meminta, pemerintah mengambil langkah cepat menangani kelangkaan pupuk, sehingga ketersediaan pupuk bagi petani terpenuhi. Jika perlu pemerintah daerah melakukan subsidi silang untuk mengurangi beban petani.
Sementara itu, salah satu pengecer pupuk di Desa Jurang Jero, Kecamatan Karanganom, Sri Widati (47), Selasa (25/8) mengaku, pupuk bersubsidi jenis urea kosong. Menurutnya, pupuk urea non subsidi stok aman yang kosong pupuk subsidi. Tapi petani merasa kewalahan dengan kelangkaan pupuk tahun ini.
“Karena untuk membeli pupuk non subsidi sangat mahal bahkan untuk kemasan 50 kilogram harganya hampir tiga kali lipat dari harga pupuk subsidi pemerintah. Harga pupuk urea subsidi Rp 90.000/sak sementara urea non subsidi Rp 270.000/sak,” kata Sri. Madi