Jakarta, Faktapers.id ~ Terkait ancaman resesi yang sudah didepan mata serta masih merebaknya pandemi Covid 19. Indonesia masih menjadi salah satu negara yang memiliki resiko resesi yang sangat tinggi. Pada kuartal-1 2020, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh sekitar 2,97%. Meski pertumbuhan ini bukan yang terbaik bahkan menjadi terendah sejak 2001 silam. Namun negara negara lain juga mengalami kontraksi ( pertumbuhan negative ).
Namun pada kuartal II-2020 Indonesia sudah tidak bisa lagi menghindar dari kontraksi. Sri Mulyani Indrawati ( Menteri Keuangan ) memperkirakan ekonomi akan turun dalam ksiara -3,5% hingga -5,1%. Jika pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi Kembali maka jurang resisi sudah tidak bisa di hindarkan lagi di Indonesia.
“ Secara definisi sepeti itu ( resesi ), namun kita berharap kuartal III tidak mengalami kontraksi ( negatif ) Ujar Sri Mulyani.
Resiko Indonesia masuk kejurang resesi sepertinya semakin tinggi. Pasalnya, banyak pengamat mengatakan resesi bisa terjadi jika dalam pengelolaan saat ini tidak tepat sasaran.
Ditambah lagi beberapa provinsi dan kabupaten melaporkan bahwa ada peningkatan secara signifikan untuk virus ini.
“ Beberapa provinsi atau kabupaten kota mengalami peningkatan yang cukup mengkhawatirkan. Dan ini tentu menimbulkan tantangan yang luar biasa di sisi bidang ekonomi “. Jelasnya
Oleh karenanya, saat ini pemerintah mengupayakan segala instrument kebijakan untuk mengatasi dampak dari pandemi ini
“ Penanganan Kesehatan dan sosial ekonomi tidak bisa dipisahkan, karena harus di seimbangkan karena kedua duanya bukan pilihan melainkan adalah keharusan yang kita jaga baik dibidang Kesehatan dan bidang social ekonomi “. Ujarnya
Dengan segala upaya yang dilakukan ini, diharapkan pada tahun depan perekonomian Indonesia bisa Kembali ke tren awal sebelum adanya pandemic Covid-19 .