Maros, Faktapers.id- Setelah berkiprah pada konservasi ruang hidup di Kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, sejak 18 Oktober 2004 hingga saat ini Oktober 2020 genap 16 tahun.
Pada hari bahagia seperti saat ini, justru Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung malah merugikan segelintir masyarakat yang bermukim di kawasan Site Pattunuang. Kemudian persoalan tersebut terjadi karena saat ini Kawasan pegunungan TN Babul dijadikan objek wisata buatan yang dikelola oleh investor asal tanah jawa bernama PT. Bantimurung Lestari Alam alias PT. BAL.
Dan persoalan ini tentu menimbulkan keresahan ditengah masyarakat Site Pattunuang. Dikarenakan PT. BAL masuk di Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros.
Dengan cara yang terbilang tidak wajar karena melalui Pengelola Kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung tanpa menyampaikan konfirmasi secara langsung kepada masyarakat yang lebih memiliki wewenang penuh untuk mengambil keputusan.
Tak tinggal diam, Aktivis lingkungan Jeda Untuk Iklim Kabupaten Maros. Guntur Rafsanjani, Kecam tindakan yang dilakukan oleh pihak pengelola Kawasan Hutan Lindung Bantimurung-Bulusaraung, karena merasa bahwa pihak dari pada pengelola TN Babul terkesan pilih kasih.
“Memang masalah ini sudah cukup lama, bahkan masyarakat di pattunuang telah memasang papan bicara serta tulisan-tulisan yang berjejer di sepanjang jalan masuk Bislap, adapun tulisan yang tercantum real dari apa yang dirasakan oleh masyarakat, juga menyuarakan penolakan tentang akan dibangunnya wisata buatan yang juga dikelola oleh investor” papar Guntur
“Kami juga telah mendatangi masyarakat disana, namanya Muhammad Arif salah satu Koordinator yang memilliki peran penting terhadap perlawanan masyarakat, ia menyampaikan segala bentuk keluh kesah yang dirasakan seluruh masyarakat yang terdampak, pada dasarnya ia mendukung tentang adanya investasi di pattunuang tapi tak lama kemudian ternyata pihak TN Babul sendiri secara diam-diam bekerjasama dengan investor” sambung Guntur.
Selain itu, lanjutnya, ekosistem Karts dan kelestarian alam serta peradaban Macaca Maura terancam punah dikarenakan pengorekan Kawasan Hutan Lindung disana mencapai hingga 1 Kilometer jauhnya dan menebang begitu banyak pohon, tentunya ini berdampak tidak hanya pada lingkungan tapi juga peradaban macaca Maura dan peradaban kupu-kupu The King Of Butterfly.
“Juga demikian, rencana pengelolaan Site Pattunuang oleh PT. Bantimurung Alam Lestari terancam gagal akibat kontrak yang diinginkan selama 55 tahun dengan luas tanah 28 hektare yang juga mencakup wilayah perkemahan bisseang labboro. Ini memungkinkan tidak ada lagi tempat camping bagi para pendaki karena rencanya juga disana akan dibuat resort dan akan menghilangkan kelestarian kawasan perkemahan” bebernya.
Guntur juga telah mendatangi Kantor Balai Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung untuk mengklarifikasi dugaan yang merugikan masyarakat Site Pattunuang.
“siang tadi kami bersama rekan-rekan Jeda Untuk Iklim telah menyambangi Kantor Balai Taman Nasional, dan alhasil kami hanya menemui staff bagian pelayanan” jelasnya.
“saat kami menanyakan keberadaan Kepala Balai, ia hanya mengatakan bahwa Beliau sedang ada diluar kota dan akan kembali minggu depan” sambungnya kecewa.
Rekan-rekan Jeda Untuk Iklim Juga Menyampaikan kepada staff bagian pelayanan tentang mengapa Kepala Balai ada diluar kota sedangkan Hari ini adalah hari jadi Taman Nasioanal yang ke-16 tahun.
Ardiansyah yang juga aktivis Jeda Untuk Iklim menuturkan “Kami merasa tidak dihargai, tadinya kami meminta nomor Kepala Balai Taman Nasional untuk meminta keterangan yang jelas terkait hal ini, namun yang terjadi saat kami ingin menghubungi Via telepon ternyata yang diberikan adalah nomor salah” ucap Ardiansyah.
“Entah kenapa, bukan hanya masyarakat yang dibodohi, malahan kami juga merasa ini adalah hal yang sudah sangat fatal sekali” sebut Ardi.
Kemudian Muhammad Arif selaku Koordinator masyarakat Site Pattunuang menyampaikan segala aspirasi, ia menuturkan “jika keterlibatan Taman Nasional yang di kepalai oleh Yusak Mangetan sangat jelas. Hal itu sangat terlihat ketika pihak Taman Nasional memfasilitasi dengan penuh PT. BAL dan masyarakat patut curiga karena mereka telah memfasilitasi dan memberikan informasi terkait wilayah pattunuang yang cocok dijadikan lahan bisnis dan telah merampas ruang hidup masyarakat Pattunuang” ucapnya.
Arif juga menyampaikan bahwa “jika untuk pengelolaan site pattunuang sendiri dikelola oleh masyarakat sebagaimana mestinya saat waktu weekend banyaknya pegiat alam yang berdatangan untuk kemah, cukup seperti itu saja karena tidak ada yang dirugikan dan pendapatan masyarakat juga terbilang lumayan karena tak jarang para pegiat alam datang secara rombongan” sambung arif.
“Kami sudah dua kali melakukan pertemuan dengan perwakilan PT. BAL dan mereka belum memiliki jawaban tentang batasan yang akan dikelola dan dibangun, juga seandainya ada inisiatif yang baik Taman Nasional. Mereka pasti pastinya sudah membuat kelompok masyarakat, bahkan kita bisa sama-sama membentuk BUMDES untuk mengelola Site Pattununuang, tapi ini malah mengajak Investor luar untuk bekerja sama” tutup Arif. Anchank