Headline

Desa Tukad Mungga Siap Tenggelamkan Rumah Ikan Berbentuk Mobil FW dan Legenda Gempu Awang

×

Desa Tukad Mungga Siap Tenggelamkan Rumah Ikan Berbentuk Mobil FW dan Legenda Gempu Awang

Sebarkan artikel ini

Singaraja.Bali.Faktapers.id- Padat karya dalam pembuatan struktur terumbu karang program yang dimiliki pemerintah pusat dengan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2020 dipastikan Desember ini akan selesai ditenggelamkan.

Di Buleleng 6 desa menerima program padat karya terumbu karang ( Indonesia Coral Reef Garden /ICRG), khusus desa Tukad Mungga ribuan Struktur akan ditenggelamkan dengan jenis roti buaya, 910, pistum 129, Pasak Bumi 643, Spyaider 113, mobil FW 6 unit,Buaya 4 unit, Penyu 3, menariknya sejarah dari timbulnya Desa Dharma Jati yang secara kedinesan bernama Desa Tukad Mungga juga dibuat dengan legenda Gempu Awang.

Ditengah Pandemi melanda, Desa Tukad Mungga dalam membuat struktur tersebut mengerahkan hampir 400 orang tenaga kerja baik dari kalangan pekerja migran yang kini di rumahkan maupun pekerja perhotelan dan masyarakat biasa, Kepala Tukang sekaligus kordinator pekerja Nyoma Yasa menerangkan,”Ada yang unik kusus di Desa Tukad Mungga dalam menenggelamkan struktur atau rumah ikan Mobil FW 6 unit dan Legenda Gempu Awang, tenaga keseluruhan hampir 400 orang,”ujar Nyoman Yasa.

PEN-ICRG ini merupakan ikon restorasi terbesar yang ada di Indonesia. Program ini harus selesai bulan Desember 2020 dengan dana bantuan sebesar Rp105 miliar. Untuk itu, pertama harus dipastikan SOP yang jelas, mulai dari pembuatan hingga selesai harus dipastikan metodologinya. Sampai saat ini pelaksanaan PEN-ICRG telah mencapai berbagai tahap bahkan siap ditenggelamkan kedasar laut untuk rumah-rumah singgah bagi para habitat dilaut dengan kedalaman 7/10 meter. Diharapkan seluruh target dari program itu dapat terserap dengan maksimal dan membangkitkan kembali pariwisata dan perekonomian khususnya di Provinsi Bali.

Kepala desa Tukad Mungga/Buleleng,Bali Putu Madia dikonfirmasi Faktapers.id Senin(30/11) dilokasi pembuatan struktur yang nantinya akan menjadi rumah singgah bagi para habitat dilaut mengatakan,”Rencana di 1/2 Desember ini(2020) akan ditenggelamkan struktur ini namun sebelumnya ada prosesi upacara secara adat Bali. Untuk kedalaman yang diambil untuk memposisikan minimal 7,9,12 dan maksimal 15 meter jadi ribuan rumah ikan itu akan menggunakan area dasar laut seluas 11 hektar untuk menjaga Ekosistem. Nanti kita rencana akan melibatkan Divers handal dan dipandu oleh LINI serta berbagai Instansi dan masyarakat,”ujar Putu Madia.

Putu Madia juga menerangkan kenapa dibuat struktur rumah ikan berbentuk Legenda Gempu Awang pasalnya menceritakan kisah awalnya terjadi Desa Tukad Mungga, “Biar ada keunikan kita buat struktur menceritakan Gempu Awang dimana konon berdasarkan para sesepuh dahulu disebut Desa “Tukad Munggah”, karena dulu sungai di desa ini airnya sangat bening, namun angker.
Sehingga, para penduduk tidak ada yang berani mandi di aliran sungai tersebut.
Namun suatu hari konon ada putri cantik bernama Dewi Ayu datang melewati sungai dan tertarik dengan kebeningan air tersebut.
Dewi Ayu kemudian memutuskan untuk mandi di aliran air sungai tersebut.
Rambutnya yang panjang, terurai hingga terbawa arus hingga ke muara pesisir pantai. Saat itu, konon ada seorang raja yang tampan kebetulan berlayar melewati aliran sungai itu. Raja bernama Gempu Awang, terkesima melihat uraian rambut indah di muara sungai.
Tanpa berpikir panjang Gempu Awang kemudian membelokkan arah perahunya menelusuri uraian rambut tersebut.

Dan betapa kagetnya Gempu Awang ketika melihat seorang putri yang cantik sedang mandi di hadapannya.Karena penuh rasa kagum, Gempu Awang mendekati sang putri tanpa ragu-ragu mengungkapkan isi hatinya serta berniat untuk melamar Dewi Ayu.Melihat seorang laki-laki yang tidak sopan mendekatinya saat mandi, sang putri pun marah dan langsung mengutuk Gempu Awang dan perahunya menjadi sebuah batu besar.
Akibat kutukan itu, air sungai menjadi meluap ke daratan desa. Dan saat itu, para petani sawah berlimpahan air.Kondisi itu tak berlangsung lama, kemudian lahan yang mereka garap diserang hama. Warga sangat bingung. Akhirnya warga memohon petunjuk kepada leluhur. Dalam petunjuk itu, desa diharuskan mengadakan pecaruan sebelum hari raya Nyepi atau hari raya besar lainya dengan sarana seekor sapi berjenis kelamin betina, atau yang disebut dengan tradisi megebeg-gebegan akan tetapi kita tidak buat struktur megebeg-gebegan selain waktu lama juga memerlukan patung banyak” jelas Madia. Des

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *