Singaraja, Faktapers.id– Era perang ekonomi ditambah pandemi cobid-19 emang betul-betul melumpuhkan kehidupan masyarakat dunia sejak setahun belakangan ini.
Selain ekonomi dibuat carut marut juga keterbatasan masyarakat dalam beraktivitas juga dibatasi. Kendati prokes tetap diterapkan, namun virus covid belum ada titik terang kapan berakhirnya.
Dampak tersebut tak pelak juga dialami para penggemar maupun yang menekuni dunia Sabung ayam, yang merupakan tradisi umat Hindu di Bali, kendati sedikit bertentangan dengan pasal 303 KUHP karena ada unsur judi.
Sabung Ayam atau tajen kini ditutup total, kendati terkadang oknum secara diam-diam atau kucing kucingan dengan aparat keamanan tetap menyelenggarakan kegiatan Tajen.
Tentunya dengan ditutup kegiatan Tajen pun berimbas terhadap para pengasah Taji (pisau) yang sering dipasang pada kaki ayam dalam bertarung.
Seperti Made Kertayasa (52) yang tinggal di Kelurahan Penarukan jalan Natuna, pria dua anak sejak sekolah SMP diajari mengasah taji oleh orangtuanya untuk menyambung hidup.
Faktapers.id pada Rabu (31/3) berbincang dengannyaa, ia mengungkapkan dengan penuh harapan Tajen dilegalkan untuk menambah penghasilan dan menyambung hidup keluarga.
“Sudah sejak SMP saya diajari nyangih (mengasah) taji. Sampai sekarang masih tetap, tetapi karena Covid 19 tidak ada tajen yaa tidak ada pelanggan datang,” terangnya.
Made Kertayasa menceritakan biasanya perbiji pisau Taji dipasang ongkos hanya 5.000 rupiah olehnya dan itupun harga termasuk murah dan bersaing dengan pengasah lainya.
Karena menurutnya tidak sembarang orang yang bisa mengasah taji. Ada tehnik khusus dan tahu bagian mana yang harus diasah, sehingga tidak melukai tangan sendiri.
Sepinya Tajen ini pun berdampak penghasilan dari usaha asah taji Made Kertayasa yang diwariskan orang tuanya. Kendati istrinya membuka warung namun tidak begitu ramai pembeli.
Sebagai alternatifnya, Made Kertayasa terpaksa menjadi tukang parkir di areal Taman Kota Singaraja agar dapurnya bisa ngebul.
Mudah-mudahan Covid cepat berlalu, tentu tajen ramai dan tentu yang mengasah taji juga banyak,” harapnya
Meski dilarang kegiatan Tajen, ada juga beberapa yang nekat main kucing-kucingan dengan petugas, tapi dan tetap terendus.
Jika ditemukan kegiatan Tajen, tak hanya dibubarkan dan penyelenggaranya pun ditangkap. Bahkan arena pun tak luput dari dibongkar petugas karena menimbulkan kerumunan dan melanggar prokes. Des