Singaraja.Bali.Faktapers.id -Pertemuan Tatap Muka (PTM) yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam pelaksanaan belajar mengajar, beberapa sarana dan prasarana pendukung belajar masih belum memadai dalam pelaksanaannya.
Terlihat dari beberapa pantauan Tim investigasi awak media, 1 ruang belajar SDN 2 Banjar tegal yang berjarak kurang lebih 700 meter kebarat Kantor Bupati Buleleng, bahkan berdampingan dengan kantor lurah setempat terlihat plafon atas nyaris jebol sehingga membahayakan anak didik dan guru pengajar.
Tiga batang bambu besar terlihat didepan bangku belajar anak didik, bambu itu digunakan untuk menunjang plafon ruangan kelas VI sehingga menahan sambungan kayu pada atapnya yang jebol, bahkan kondisi ini membuat sebagian orang tua siswa merasa was-was dengan kondisi tersebut, apalagi pemerintah tengah menyiapkan untuk pelaksanaan PTM.
“Nah, itu harus disampaikan kepada Dinas Pendidikan, kayaknya tidak diketahui ada sekolah rusak seperti itu,” ujar salah satu orang tua yang namanya tidak mau disebutkan.
Kondisi ini juga dialami SDN. 2 Kalibukbuk salah satu ruang guru plafon nya harus ditunjang. Kepala SD Negeri 2 Kalibukbuk, Made Mara mengakui adanya kerusakan yang terjadi, utamanya pada plapon depan ruang guru tersebut terjadi setahun lalu, bahkan kondisinya semakin parah saat datang musim penghujan.
“Untuk bedeg atau plapon depan ruang guru robohnya sudah sejak musim hujan kemarin, untuk sementara waktu kami tunjang dengan kayu karena kami masih belum bisa untuk menindaklanjuti dan selain itu fisik lainya dari bangunan ini juga termasuk kurang memungkinkan dan kami tidak berani naik untuk perbaiki,”ujar Made Mara.
Selain roboh sejak musim hujan kemarin, bangunan tersebut hanya mendapat rehab dari Pemkab pada tahun 2002, beruntung tidak ada aktivitas belajar mengajar dari pihak sekolah akibat pandemi melanda hanya siswa siswa hanya belajar Daring. Namun aktivitas para guru yang mestinya menggunakan ruangangnya harus pindah keruangan kepala sekolah sehingga mereka ngumpul bareng.
Beberapa sekolah menjelang diberlakukan pertemuan tatap muka (PTM) secara terbatas belum sepenuhnya siap dilakukan. Bukan lantaran antisipasi penyebaran Covid-19 dengan pelaksanaan protokol kesehatan, namun justru sarana dan prasarana sekolah yang menjadi ancaman keselamatan bagi anak-anak didik. Menariknya Buleleng merupakan kota pendidikan, mendidik anak-anak bangsa menuju era baru.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Made Astika, Senin (7/6) saat dikonfirmasi diruang kerjanya belum bisa memastikan adanya kerusakan saran dan prasarana pada sekolah-sekolah menjelang dilakukan PTM di Kabupaten Buleleng. “Ibarat rumah tanpa penghuni, barangkali partisi-partisi bangunan sekolah itu ada jebol, tentu itu menjadi perhatian kita bersama,” ujarnya.
Kendati kondisi itu dialami oleh dua sekolah dasar, Kadisdikpora Astika meminta para kepala sekolah dan operator untuk melakukan pendataan sehingga dilakukan pola-pola penanganan dengan cepat meski anggaran untuk kegiatan perbaikan belum bisa dipenuhi. “Para kepala sekolah dan operator agar memasukan daftar-daftar yang menjadi kendala mereka pada bangunan,” tegas Astika.
Menariknya, sebanyak 22 sekolah dari jenjang TK, SD, SMP dan SMA/SMK di Kabupaten Buleleng lolos menjadi sekolah penggerak.
Puluhan sekolah penggerak di Buleleng ini akan mulai berinovasi mewujudkan Merdeka Belajar untuk Indonesia maju. Sejumlah sekolah di Buleleng mengikuti seleksi yang dilangsungkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, bersaing dengan 21 ribu sekolah.
Penetapan 22 sekolah menjadi sekolah penggerak sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Nomor: 6555/c/hk.00/2021 tentang Penetapan Satuan Pendidikan Pelaksana Program Sekolah Penggerak.
Keputusan ini dikeluarkan berbarengan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2021, Minggu (2/5) lalu. Dari 22 sekolah penggerak di Buleleng terinci 2 sekolah TK, 13 SD, 3 SMP dan 4 SMA/SMK. Program sekolah penggerak ini pun diikuti oleh 111 Kabupaten/Kota di 34 Provinsi di Indonesia. Dari 21 sekolah yang mendaftar mengikuti program baru 5.000 sekolah yang dinyatakan lolos. Des