Headline

*Gubuk Dingding Bambu dan Baliho Bekas Caleg, Pasutri Di Kubutambahan Memprihatinkan Belum Tersentuh Bantuan*

×

*Gubuk Dingding Bambu dan Baliho Bekas Caleg, Pasutri Di Kubutambahan Memprihatinkan Belum Tersentuh Bantuan*

Sebarkan artikel ini

Singaraja.Bali.Faktapers.id -Miris pasutri Gede Sukrayasa (39) dan Luh Guriantini (19) yang keseharian hidup sebagai nelayan tangkap ikan, kini tinggal di pesisir pantai Dusun Kajekangin, Desa Kubutambahan, Buleleng tepat di kawasan Pura Dalem Puri dengan gubuk bambu dan kondisi ekonomi sungguh kondisi memprihatinkan.

Lahan yang ditempati dan dibanguni gubuk terbuat dari bambu dengan dingding bedeg dan bekas baliho milik caleg lolos dari Partai PDI Pejuangan selama 9 bulan ini merupakan lahan milik WNA yang tinggal di luar negeri.

Tinggal di lahan tersebut pasangan pasutri ini berkat persetujuan dari guide WNA itu sendiri namun Guide belum melaporkan kepada pemilik. Diketahui oleh WNA, pasurti Gede Sukrayasa dan Luh Guriantini akan digusur oleh pemilik lahan dalam kurun waktu 7 hari kedepan.

Awak media Faktapers.id didampingi Kadus Kajekangin Komang Sugiawan yang melakukan investigasi Minggu (6/6) pagi terlihat beberapa fakta, selain sebagai warga tercecer di desa Kubutambahan, pasutri ini pun masuk dalam keluarga kategori miskin. Dengan kondisi ekonomi yang sangat memprihatinkan selain gubuk tidak layak huni ditempati tidur dengan beralaskan kasur bekas dan krikil batu laut angin laut pun akan bertiup dikala malam hari sehingga kedua banyinya harus butuh perhatian dan juga dapur serta kamar mandi yang didingding baliho, seng bekas juga kurang layak bagi kehidupan dijaman sekarang ini.

Mirisnya Lahan ditersebut dahulu adalah bekas kuburan orang-orang memilik sakit keras dan meninggal dikubur oleh warga adat setempat. Namun kini lahan yang diduga milik adat beralih menjadi hak milik WNA,ditemui awak media Luh Guriantini dengan wajah penuh harapan dirinya diberitahukan akan diberikan lahan seluas 1 are oleh WNI yang tinggal di Ubud Bali. Sebelumnya keluarga tersebut viral dimedia sosial dan didengar oleh donatur tersebut, beruntung villa yang dijualnya di Ubud cepat laku dan berencana memberikan tali kasih kepada pasutri Gede Sukrayasa dan Luh Guriantini namun lahan 1 are tersebut akan di bagi dua dengan anak yatim bernama Gede Widiantara(27) yang hidup sebatang kara juga dari Kubutambahan.

Lokasi lahan 1 are tersebut berada di selatan yang tidak jauh dari gubuk derita itu, mendengar informasi akan diberikan lahan untuk tempat baru Guriantini sangat terharu sambil memeluk kedua balitanya, kepada awak media menuturkan,”dari keluarga juga memperhatikan, pak kadus juga. Ada yang membantu kami bahagia sekali dan berterimakasih banyak soalnya saya tidak memiliki apa-apa,’ kata Guriantini sembari meratapi nasibnya.

Kadus Kajekangin Komang Sugiawan, pihaknya akan berusaha penuh menjembatahi masalah penggusuran pasutri itu dengan berkoordinasi bersama pemilik lahan,”sementara belum bisa pindah kami akan koordinasikan dengan pemilik lahan untuk diberikan waktu sedikit, setelah nanti bisa dibuatkan rumah baru jelas yang bersangkutan pasti akan pindah dari sini. Untuk adminitrasi kamu sduah daftarkan kepemerintah Desa Dinas. Kemarin ada donatur datang kesini memberikan beberapa perlengkapan pakian dan lainya,”ujar Komang Sugiawan.

Atas kondisi warganya selain tercecer dan belum sempat mendapat bantuan dari pemerintah Desa baik BLT dan lainya, Kades Kubutamahan Gede Pariadnyana tidak menampik karena secara kependudukan yang bersangkutan harus terdaftar resmi untuk bisa mendapat bantuan,

‘Yang bersangkutan pada waktu kawin tidak koordinasi dengan Desa sehingga tidak punya administrasi kependudukan, ya itu emang warga tercecer makanya kemarin baru kami tahu setelah dicek Kadus. Sudah kita bantu baru hanya KK tercatat namun akta perkawinan belum punya. Kalau kita ajukan bedah rumah tanah juga belum punya , pihak desa belum tapi memalui komunitas sudah. Kalau kita memberikan bantuan harus dengan aturan. Kita kemarin kaget juga ada warga kami diusir nah siapa yang ngusir karena yang punya lahan WNA. Kami punya Kadus sudah sarankan sementara pihak desa belum bisa memberikan bantuan upayakan dengan komunitas, dan kami akan telusuri dulu karena yang bersangkutan ada orang tuanya setelah itu baru kita ambil sikap,’papar Kades.

Pariadnyana lebih terang mengatakan, terkait lahan yang akan diberikan oleh donatur dari Ubud,”Nanti dari mana dan siapa yang akan memberikan donatur lahan itu, karena desa punya program namanya Sandes (sanitasi desa) dan itu sangat penting untuk balitanya. Kami bingung juga bagaimana caranya karena syaratnya harus punya lahan, kalau nanti donatur itu betul memberikan apakah sistemnya pinjam pakai atau gimana kita harus pastikan sehingga nanti bisa kita usulkan rehab rumah,”terang Gede Parianyana . Des

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *