Singaraja,Faktapers.id– Ditahun 1950an, ibu kota provinsi Bali bernama Sunda Kecil dan terkenal memiliki Pelabuhan dijantung kota Singaraja.
Dahulu Pelabuhan Buleleng adalah sebagai pintu utama Bali sejak masa pendudukan Belanda hingga menjadi ibu kota Provinsi Sunda Kecil.
Melalui Pelabuhan Buleleng kala itu, sebagian besar dari hewan ternak sapi dan babi, serta hasil bumi asal Bali, diekspor ke Singapura dan Hongkong. Kapal-kapal besar berlabuh banyak yang berlabuh dan Buleleng sebagai penghubung kota-kota seperti Surabaya dan Makassar, serta kota-kota di Sunda Kecil, Ampenan dan Kupang.
Tapi kini nama besar Pelabuhan Buleleng nyaris tak berbekas. Bekas kantor kepabeanan sudah berubah fungsi. Sementara bangunan tua lainnya pun sudah menjadi sebuah gedung pertemuan, ketika Buleleng menjadi sasaran penyelenggara IMACO. Dermaga kayu yang sudah dipoles menjadi kafe menghilangkan kesan Pelabuhan Buleleng yang memiliki sejarah.
Melihat kondisi puruknya ekonomi Bali Utara, Ketua PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa mendorong Gubernur Bali kembali mengkaji keberadaan dan fungsi Pelabuhan itu sehingga menyeimbangkan dengan Bali selatan, kepada awak media Selasa (12/10) mengungkapkan, selain sudah berkoordinasi dan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana yang telah menyetujui,
“Dulu dijaman kolonial Belanda terkenal dengan ekonomi Bali Utara sangat menggeliat. Kami dari PHRI ingin mengangkat kemajuan Buleleng jaman dahulu ada Kapal Ferry yang namannya Ligundi rutenya Surabaya Bali Lombok,”ujar Dewa Dipa.
Program Presiden RI Joko Widodo menyeimbangkan pembangunan yang mana Ibu Kota Negara akan segera di pindah ke Kalimatan jadi Bali adalah penunjang dari itu, “Tol laut merupakan program presiden dan kami juga menerima masukan dari rekan-rekan Bali yang ada di Lombok dan Surabaya untuk kembali bisa membangkitkan Pelabuhan Buleleng setara dengan Pelabuhan Celukan Bawang. Jadi kami berharap secara tekhnis para ahli dibidang pelabuhan khususnya pemerintah provinsi untuk bisa kembali bangkitkan pelabuhan,”papar Dipa
Ungkapnya, “Apalagi setiap jam 11 siang Kapal Ferry ditengah laut selalu melintas kenapa tidak bisa transit di pelabuhan Buleleng…?,”kata Dewa Dipa.
Selama ini sangat tidak seimbang pembanguan Bali Utara dengan Bali Selatan, Gubernur Bali 2 x dari Buleleng seperti tanpa berkutik membangun Bali Utara, bahkan wacana adanya Bandara terkesan dipakai ajang pesta Demokrasi/politik.
Lebih lanjut dikatakan pemilik rumah makan Ranggon Sunset desa Pemaron,”Satu satunya jembatan di Bali memiliki sejarah adalah di pelabuhan Buleleng, jika dibuatkan dermaga sama dengan Pelabuhan Celukang Bawang tentu akan lebih bagus jika anggaran itu plot di bangun Pelabuhan dan tentu ini akan menyeimbangkan ekonomi Bali selatan dan Bali Utara, sama dengan Bandara tetapi kami cenderung dengan Pelabuhan ini. Kami pun sudah koordinasi dengan bupati Buleleng dan beliau sangat setuju selain itu jika ini terwujud akan menjadi daya tarik buat pariwisata melalui jalur penyebrangan laut dan tentu akan meningkatkan PAD Provinsi,”terang Dewa Suardipa.
Jika pelabuhan Buleleng kembali dibangkit kan dan ekonomi tentu akan menggeliat, dengan penunjang baik dari invra struktur,obyek wisata lainya sudah tersedia Des