Klaten, faktapers.id – Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten kembali menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan kapasitas 50 persen di seluruh TK, SD, SMP di Kota Bersinar, mulai hari, Kamis (3/2/2022) kemarin. Ini artinya PTM 100 persen yang diterapkan sejak 3 Januari 2022 lalu di Klaten dihentikan dan dirubah menjadi PTM 50 persen.
Plt Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Klaten, Yunanta mengatakan, kembali diterapkannya PTM 50 persen tersebut dilakukan, menyusul kasus Covid-19 dan varian Omicron di Kabupaten Klaten yang kembali meningkat.
“Jadi hasil evaluasi dari rakor MKKS, Korwil, dan Satgas Covid-19, Dinas Pendidikan Klaten kembali menerapkan PTM 50 persen mulai Kamis 3 Februari 2022 hingga pandemi ini mereda,” ujar Yunanta, saat dikonfirmasi, Jumat (4/2/2022).
Menurutnya, untuk mengurangi keterpaparan kasus Covid-19 yang sedang tinggi di Kabupaten Klaten saat ini, maka Dinas Pendidikan Klaten kembali menerapkan seperti pada bulan Oktober dan Desember 2021 lalu dengan PTM hanya diperbolehkan 50 persen.
“Penerapan PTM 50 persen kali ini tidak berbeda jauh dengan gelaran sebelumnya. Dimana nantinya penerapan protokol kesehatan di sekolah akan semakin diperketat, dengan tetap memenuhi standar prokes,” ujarnya.
Dengan demikian, kata dia, sekolah diwajibkan menyediakan wastafel untuk mencuci tangan, menyediakan hand sanitizer, masker, pembentukan satgas Covid-19, dan penerapan protokol kesehatan lainnya dengan ketat.
“Teknisnya nanti dalam seharinya hanya sebagian murid saja dari setiap kelas yang masuk, misalnya jumlah murid ada 36 dalam satu kelas, yang masuk PTM 18 orang, dan 18 lainnya mengikuti dari rumah secara virtual,” tuturnya.
Menanggapi hal itu, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Kabupaten Klaten, Kamidi mengaku tunduk dan patuh terhadap aturan yang diberikan Dinas Pendidikan dengan tetap memprioritaskan kesehatan yang paling utama.
Namun demikian, pihaknya mengkawatirkan dengan pembatasan tatap muka (PTM) yang berlarut-larut tanpa batas waktu tersebut akan berdampak hilangnya kemampuan dan pengetahuan siswa (loss learning) terutama pada siswa kelas 9.
“Rasanya siswa baru masuk secara normal baru kemarin, malahan sekarang harus PTM 50 persen lagi. Sehingga ini berdampak juga pada target guru tidak bisa memaksimalkan pelajaran harus berubah-ubah dan molor mengikuti keadaan,” ungkap dia.
Selain itu, dia juga menyatakan dengan siswa belajar dirumah selama ini terjadi perubahan pola pikir dan tingkah laku yang kurang baik. Hal itu dikarenakan tidak adanya bimbingan dan pengaruh lingkungan yang tanpa adanya pengawasan. Madi