Serang, Faktapers – Kelangkaan minyak goreng di pasaran di wilayah Provinsi Banten berimbas kepada naiknya harga kedelai, bahkan harga bahan baku untuk membuat tahu dan tempe melambung.
“kenaikan harga bahan baku utama untuk membuat tahu dan tempe ini sudah tidak terkendali, bahkan dalam hitungan tiga hari belakangan ini, kenaikan harga kedelai dari biasanya sebesar Rp 9800 naik menjadi Rp 11.000,” kata H Ojang, salah seorang pengurus koperasi pengrajin tahu tempe Indonesia (KOPTI) provinsi Banten kepada wartawan melalui telepon selulernya, Sabtu (5/2/2022).
H Ojang juga meminta pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi Banten peka terhadap keluhan para pengrajin tahu dan tempe yang saat ini sudah semakin terjepit.
“Kondisi perajin tahu tempe saat ini semua mengeluh karena harga kedelai sudah tidak terkendali lagi. Pada hari ini harga eceran sudah sampai Rp 11.000 per kilogram,” ungkapnya.
H Ojang menjelaskan, perajin tempe tahu saat ini dihadapkan tiga persoalan yang rumit pertama pandem covid-19, kelangkaan minyak goreng dan mahalnya harga kedelai.
” kami sangat khawatir kondisi ini akan semakin memburuk dalam beberapa hari kedepan. Kami berharap agar pemerintah segera mencari solusi, supaya nasib para pengrajin tahu dan tempe tidak semakin terpuruk,” ujarnya.
Menurut H Ojang Pemerintah pasti sudah mengetahui persoalan terkait melambungnya harga kedelai di pasaran, namun pemerintah terkesan lamban dalam mencari solusi, imbuhnya.
“seharusnya, pemerintah itu harus cepat tanggap dalam mengatasi dan mencari solusi terkait melambungnya harga kedelai ini, jangan menunggu terjadi gejolak di pengrajin tahu dan tempe,” pungkas H Ojang. RM