Jakarta, Faktapers id – Walikota Jakarta Pusat, Danny Sukma minta kepada seluruh warga Jakarta harus tetap waspada terhadap penyakit Demam Berdarah Dengeu yang diakibatkan dari nyamuk aedes Aegypti.
” Warga jangan lengah terhadap DBD, walaupun kasus DBD di wilayah Jakarta Pusat masih terbilang rendah namun kita harus waspada, ” tegas Danny didampingi Sekretaris Kota (Seko) Jakarta Pusat, Iqbal Akbaruddin saat memimpin Rakorwil di ruang Pola Kantor Walikota di Jln Tanah Abang I, Selasa (10/8/2022).
Danny menjelaskan, untuk mengantisipasi meningkatnya kasus DBD yang paling efektif yaitu melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan melibatkan kader-kader jumantik untuk melakukan pemantauan jentik nyamuk.
Jika ada warga yang keberatan rumahnya dipantau langsung, maka dia harus melakukan jumantik mandiri di tiap-tiap keluarga, apakah asisten rumah tangganya, atau siapapun.
Karena yang paling efektip sesungguhnya adalah mencegah DBD itu dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), sedangkan fogging itu dilakukan jika terjadi kasus DBD, jadi ada nyamuknya, nyamuk yang harus kita musnahkan.
” Fogging dilakukan saat ada kasus, ini berarti ada nyamuknya, nah nyamuknya yang kita hajar, 3M plus juga harus dikedepankan untuk mengantisipasi kasus DBD, ” tandasnya.
Sementara Kasie Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Sudin Kesehatan Jakarta Pusat, Budi Setiawan dalam paparannya mengungkapkan kasus DBD di wilayah Jakarta Pusat per akhir Juli 2022 ada 85 kasus ada penurunan dibandingkan bulan sebelumnya sementara bulan Agustus 2022 sampai hari ini nol kasus artinya aman.
Budi menjelaskan turunnya kasus DBD di wilayah Jakarta Pusat karena gencarnya para kader jumantik melakukan gerakan PSN dan gerakan satu rumah satu jumantik (SRSJ), ucapnya.
Namun budi mengingatkan kepada warga agar tetap waspada, mengingat tahun ini merupakan siklus 6 tahunan DBD. Tingkatkan gerakan PSN di lingkungan masing-masing serta lakukan jumantik mandiri.
” Mudah-mudahan dengan meningkatkan gerakan PSN wilayah Jakarta Pusat nihil kasus DBDnya,” imbuhnya. Tajuli