Jabodetabek

Destinasi Wisata Ziarah, Makam Habib Husein Al Aydrus Luar Batang

513
×

Destinasi Wisata Ziarah, Makam Habib Husein Al Aydrus Luar Batang

Sebarkan artikel ini

Faktapers.id – Makam Habib Husein Luar Batang di Penjaringan, Jakarta Utara salah satu destinasi yang banyak dikunjungi peziarah di Jakarta.

Bangunan masjid yang bersejarah ini sekarang menjadi salah satu cagar budaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Masjid ini menghadap ke Pelabuhan Sunda Kelapa, dengan memiliki 2 aula besar, aula dalam dan aula luar. Masing-masing aula tersebut memiliki 12 tiang pancang, yang dijumlahkan menjadi 24. Konon, menandakan jumlah jam dalam satu hari, 12 jam siang dan 12 jam malam.

Disamping aula luar, terdapat sebuah ruangan yang merupakan lokasi makam Habib Husein dan muridnya, Haji Abdul Kadir yang menjadikan Masjid Luar Batang ini menjadi salah satu tempat yang sering dikunjungi sebagai tempat wisata religi bagi warga Jakarta dan luar Jakarta yang ingin berkunjung. Masjid ini di buka untuk umum dan dapat di kunjungi kapan saja, tidak heran jika banyak peziarah yang datang dan mendoakan Habib Husein

Banyak jemaah yang mengunjungi Masjid Jami Keramat Luar Batang untuk berziarah makam Habib Luar Batang hingga saat ini. Para jemaah berasal dari berbagai kota di Indonesia bahkan hingga mancanegara seperti Malaysia, Singapura Thailand dan Filipina. Mereka datang untuk belajar agama Islam.

Terlebih ketika bulan Ramadhan tiba para peziarah juga sangat ramai (hingga 1000 pengunjung per-hari) mendatangi makam yang ada di masjid ini, terlebih pada tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan wafatnya Habib Husein. Para jemaah yang berziarah berdoa di ruang makam keramat sang habib dan asistennya, seorang keturunan Tionghoa bernama Haji Abdul Kadir.

Lalu, siapakah Habib Husein tersebut?

✔️Sosok Habib Husein bin Abu Bakar Al Aydrus

Habib Husein bin Abu Bakar Al Aydrus lahir di Yaman Selatan tepatnya di daerah Hadhramaut, tiga abad silam.

Dilahirkan sebagai anak yatim, Habib Husein dibesarkan oleh seorang ibu yang sehari-harinya hidup dari hasil memintal benang pada perusahaan tenun tradisional.

Habib Husein kecil sungguh hidup dalam kesederhanaan. Setelah memasuki belia, sang ibu menitipkan Habib Husein pada seorang alim sufi. Di sanalah ia menerima tempaan pembelajaran thariqah.

Di tengah-tengah kehidupan di antara murid-murid yang lain, tampak Habib Husein memiliki perilaku dan sifat-sifat yang lebih dari teman-temannya.

Setiap ahli thariqah senantiasa memiliki panggilan untuk melakukan hijrah, dalam rangka mensyiarkan Islam ke belahan bumi Allah.

✔️ Berdakwah ke India

Ketika beranjak dewasa demi melaksanakan keinginan (hijrah) tersebut Habib Husein tidak kekurangan akal, ia bergegas menghampiri para kafilah dan musafir yang sedang melaksanakan jual beli di pasar pada setiap hari Jum’at.

Setelah dipastikan mendapatkan tumpangan dari salah seorang kafilah yang hendak bertolak ke India, maka Habib Husein segera menghampiri ibunya untuk meminta izin.

Walau dengan berat hati, sang ibu harus melepaskan dan merelakan kepergian putranya. Habib Husein mencoba membesarkan hati ibunya sambil berkata, “Janganlah takut dan berkecil hati, apapun akan ku hadapi, senantiasa bertaqwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sesungguhnya ia bersama kita”.

Akhirnya berangkatlah Habib Husein menuju daratan India. Sampailah Habib Husein di sebuah kota bernama “Surati” atau lebih dikenal Gujarat, sedangkan penduduknya beragama Budha.

Mulailah Habib Husein mensyiarkan Islam di kota tersebut dan kota-kota sekitarnya. Hijrah pertama yang disinggahi oleh Habib Husein adalah di daratan India, tepatnya di kota Gujarat.

Kehidupan kota tersebut bagaikan kota mati karena dilanda bencana kekeringan dan wabah kolera. Kedatangan Habib Husein di kota tersebut disambut oleh ketua adat setempat.

Kemudian beliau dibawa kepada kepala wilayah serta beberapa penasehat paranormal dan Habib Husein diperkenalkan sebagai titisan dewa yang dapat menyelamatkan negeri itu dari bencana.

Habib Husein menyanggupi bahwa dengan pertolongan Allah, beliau akan mengubah negeri ini menjadi sebuah negeri yang subur, asal dengan syarat mereka mengucapkan dua kalimat syahadat dan menerima Islam sebagai agamanya.

Syarat tersebut juga mereka sanggupi dan berbondong-bondong warga di kota itu belajar agama Islam. Akhirnya mereka diperintahkan untuk membangun sumur dan sebuah kolam.

Setelah pembangunan keduanya dapat diselesaikan, maka dengan kekuasaan Allah turun hujan yang sangat hebat, membasahi seluruh daratan yang tandus. Sejak itu pula tanah yang kering berubah menjadi subur.

Sedangkan warga yang terserang wabah penyakit dapat sembuh dengan cara mandi di kolam tersebut. Demikian kota yang dahulunya mati, kini secara berangsur-angsur kehidupan masyarakatnya menjadi sejahtera.

✔️ Berdakwah ke Pulau Jawa

Tidak lama kemudian, beliau melanjutkan misi hijrahnya menuju wilayah Asia Tenggara, hingga sampai di Pulau Jawa, dan menetap di kota Batavia, sebutan kota Jakarta tempo dulu. Batavia adalah pusat pemerintah Belanda, dan pelabuhannya Sunda Kelapa.

Pada tahun 1736 M datanglah Habib Husein bersama para pedagang dari Gujarat di Pelabuhan Sunda Kelapa. Di sinilah persinggahan terakhir dalam mensyiarkan Islam.

Beliau mendirikan surau sebagai pusat pengembangan ajaran Islam. Beliau banyak dikunjungi bukan saja dari daerah sekitarnya, melainkan juga datang dari berbagai daerah untuk belajar Islam atau banyak juga yang datang untuk (minta) dido’akan.

Pesatnya pertumbuhan dan minat orang yang datang untuk belajar agama Islam ke Habib Husein mengundang kesinisan dan kekhawatiran VOC, yang dipandangnya akan mengganggu ketertiban dan keamanan.

Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya dijatuhi hukuman dan ditahan di penjara Glodok. Tembok dan terali besi tidak dapat menghentikan peran Habib Husein dalam mensyiarkan Islam.

Walau di kerangkeng tahanan, beliau tetap mengajarkan ayat-ayat al Qur’an dan tuntunan Islam.

Namun setelah penguasa hukum Belanda melihat karomah Habib Husein, mereka menjadi gentar dan akhirnya beliau dan para pengikutnya dibebaskan.

✔️ Karomah

Karomah merupakan tanda-tanda kebenaran sikap dan tingkah laku seseorang, yang merupakan anugerah Allah karena ketaqwaannya.

Karomah yang dimiliki oleh seorang waliyullah itu tidak hanya nampak ketika hidup saja. Tetapi setelah wafat, waliyullah masih diberi karomah. Dan bagi pengikut ahlussunnah wal jama’ah, kepercayaan terhadap adanya waliyullah dan karomah itu perlu diyakini secara baik. Bahkan empat imam madzhab sudah bersepakat mengenai karomah yang ada para wali ketika hidup maupun sudah wafat.

Berikut ini beberapa karomah yang dimiliki oleh Habib Husein bin Abu Bakar Al Aydrus.

1. Menjadi Mesin Pemintal

Di masa belia, pada suatu malam ibu Habib Husein meminta tolong agar ia mengerjakan pintalan benang yang ada di Gudang.

Habib Husein segera mengerjakan apa yang diperintahkan oleh ibunya. Makan malam juga telah disediakan.

Menjelang pagi hari, ibu Habib Husein membuka pintu Gudang. Ia sangat heran karena makanan yang disediakan masih utuh belum dimakan dan Habib Husein dijumpai tidur pulas di sudut Gudang.

Ibunya sangat kaget melihat hasil pintalan benang begitu banyaknya seolah dikerjakan beberapa hari.

Kejadian ini diceritakan kepada guru Thariqah yang membimbing Habib Husein. Mendengar cerita itu maka ia bertakbir sambil berucap, “Sungguh Allah berkehendak pada anakmu untuk diperolehnya derajat yang besar di sisi-Nya. Hendaklah ibu berbesar hati jangan bertindak keras kepadanya. Rahasiakanlah segala sesuatu yang terjadi pada anakmu.”

2. Mengislamkan Tawanan

Semasa di Batavia pada suatu malam Habib Husein kedatangan seorang yang berlari karena dikejar oleh tentara VOC. Ia meminta perlindungan karena akan dikenakan hukuman mati. Ia adalah tawanan dari sebuah kapal dagang Tionghoa.

Keesokan harinya datanglah tentara VOC ke rumah Habib Husein untuk menangkap tawanan tersebut. Beliau berkata, “Aku akan melindungi tawanan ini dan aku jaminannya”.

Rupanya ucapan tersebut sangat didengar oleh pasukan VOC. Semua menundukkan kepala dan akhirnya pergi. Sedangkan Tawanan Tionghoa itu sangat berterima kasih, sehingga akhirnya masuk Islam.

3. Menjadi Imam di Penjara

Rumah Habib Husein banyak dikunjungi para muridnya dan masyarakat luas. Hilir mudiknya umat membuat penguasa VOC khawatir akan mengganggu keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya ditangkap dan dimasukkan ke penjara Glodok.

Rupanya dalam tahanan Habib Husein ditempatkan dalam kamar terpisah dan ruangan yang sempit. Sedangkan pengikutnya di ruangan yang besar bersama tahanan lainnya.

Polisi penjara terheran-haeran karena di tengah malam melihat Habib Husein menjadi imam di ruangan yang besar, memimpin shalat bersama-sama pengikutnya.

Anehnya dalam waktu yang bersamaan pula, polisi penjara tersebut melihat Habih Husein sedang tidur nyenyak di kamar ruangan yang sempit itu dalam keadaan terkunci.

Dengan segala pertimbangan, akhirnya Habib Husein beserta semua pengikutnya dibebaskan dari tahanan.

4. Kampung Luar Batang

Habib Husein dipanggil dalam usia cukup muda, ketika berumur kurang lebih 30-40 tahun. Meninggal pada hari Kamis, tanggal 17 Ramadhan 1169 H bertepatan tanggal 27 Juni 1756 M.

Sesuai peraturan Kolonial Belanda pada masa itu bahwa setiap orang asing harus dikuburkan di pemakaman khusus yang terletak di Tanah Abang. Sebagaimana layaknya, jenazah Habib Husein diusung dengan kurung batang (keranda).

Ternyata sesampainya di pekuburan, jenazah Habib Husein tidak ada dalam kurung batang melainkan kembali berada di tempat semula. Dengan kata lain, jenazah Habib Husein keluar dari kurung batang. Pengantar jenazah mencoba kembali mengusung jenazah Habib Husein ke pekuburan yang dimaksud.

Namun jenazah Habib Husein tetap saja keluar dan kembali ke tempat tinggal semula. Akhirnya para pengantar bersepakat untuk memakamkan jenazah Habib Husein di rumahnya sendiri.

Kemudian orang menyebutnya “Kampung Baru Luar Batang”. Dan kini dikenal sebagai “Kampung Luar Batang”.

(Masjid Luar Batang terakhir direnovasi pada tahun 2021, pada masa jabatan Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, Masjid Jami’ Keramat Luar Batang telah selesai renovasi dan revitalisasi untuk menyambut hangat para Penapak yang melakukan perjalanan.

[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *