Pendidikan

10 Hari Terakhir di Bulan Ramadan Menjadi Hari-hari Istimewa Diantara Hari Lainnya

205
×

10 Hari Terakhir di Bulan Ramadan Menjadi Hari-hari Istimewa Diantara Hari Lainnya

Sebarkan artikel ini

Jakarta, Faktapers.id – Diantara keistimewaan 10 hari terakhir bulan Ramadan, yaitu di dalamnya terdapat malam Lailatul Qadar.

Dalam buku Fikih Ibadah disebutkan Panduan Lengkap Beribadah sesuai Sunnah Rasul karya Hasan Ayyub, Lailatul Qadar adalah malam yang terbaik selama satu tahun. Amalan di malam tersebut nilainya lebih baik dari amalan selama seribu bulan.

Di malam Lailatul Qadar, malaikat utusan akan turun sebagai rahmat dari Allah SWT untuk menebar kesejahteraan kepada para hamba-Nya. Rasulullah SAW sendiri menjadikan 10 hari terakhir di bulan Ramadan sebagai waktu memaksimalkan ibadahnya. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah r.a., ia berkata:

كَانَ رَسُوْلُ اللهً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِيْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ

Artinya: “Pada malam sepuluh terakhir, Rasulullah SAW (lebih) bersungguh-sungguh (untuk beribadah), melebihi kesungguhan pada malam lainnya.” (HR Muslim).

Lantas, bagaimana cara Nabi SAW mengisi 10 hari terakhir bulan Ramadan? Berikut penjelasannya.

Cara Nabi SAW Mengisi 10 Hari Terakhir Ramadan
Dilansir dari laman NU Online dan Kemenag, amalan yang menjadi cara Nabi SAW mengisi 10 hari terakhir di bulan Ramadan antara lain sebagai berikut.

1. Menggiatkan Ibadah Qiyamul Lail
Menggiatkan ibadah qiyamul lail atau beribadah di malam hari sangat dianjurkan terutama pada 10 hari terakhir di bulan Ramadan. Artinya, di setiap malam saat bulan suci umat muslim dianjurkan untuk menghidupkan malam dengan ibadah, tetapi begitu masuk di sepuluh hari terakhir maka ibadahnya harus lebih sungguh-sungguh.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah telah disampaikan,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْلِطُ الْعِشْرِينَ بِصَلَاةٍ وصَوْمٍ وَنَوْمٍ، فَإِذَا كَانَ الْعَشْرُ شَمَّرَ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ

Artinya, “Dari ‘Aisyah ra, dia berkata, ‘Pada 20 hari yang pertama (di bulan Ramadhan), Nabi saw biasa mengkombinasikan antara shalat, puasa dan tidurnya. Namun jika telah masuk 10 hari terakhir, beliau bersungguh-sungguh dan mengencangkan sarungnya (menjauhi istri-istrinya).” (HR Ahmad).

2. Mengajak Orang Lain Qiyamul Lail
Tidak hanya dengan menggiatkan ibadah, umat muslim juga dianjurkan mengajak orang lain untuk bersama-sama menghidupkan malam 10 hari terakhir di bulan Ramadan. Salah satu yang bisa dilakukan apabila seseorang sudah berkeluarga, yaitu dengan membangunkan keluarganya untuk beribadah.

Diriwayatkan dari Aisyah r.a., ia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْ

Artinya, “Jika telah datang 10 hari yang terakhir (di bulan Ramadhan), Nabi ﷺ mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malamnya (dengan beribadah), dan membangunkan keluarganya (untuk beribadah).” (HR Bukhari dan Muslim).

3. Melaksanakan I’tikaf
I’tikaf termasuk ibadah yang sangat dianjurkan dilakukan pada 10 hari terakhir Ramadan. Cara melaksanakannya yaitu dengan berdiam diri di malam masjid serata menyibukkan diri untuk beribadah sholat sunah, berdzikir, membaca Al-Qur’an, dan aktivitas lainnya yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Anjuran melaksanakan i’tikaf sebagaimana dikatakan dalam hadits berikut,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ

Artinya, “Dari ‘Aisyah ra, dia berkata, ‘Sesungguhnya Nabi saw beri’tikaf pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan sampai beliau wafat.'” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Abu Hurairah turut disebutkan,

كَانَ النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانَ عَشرَةَ أيَّامٍ، فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِيْ قُبِضَ فِيْهِ اِعْتَكَفَ عِشْرِيْنَ يَوْمًا

Artinya: “Nabi Muhammad saw selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Kecuali bertepatan pada tahun kewafatannya, Nabi beri’tikaf selama dua puluh hari.”(HR Al-Bukhari).

4. Membersihkan Badan
Membersihkan badan termasuk salah satu anjuran ketika hendak melaksanakan ibadah. Demikian pula hal tersebut dianjurkan pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. Rasulullah SAW mandi di antara waktu magrib dan isya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan badan yang segar dan wangi, tentu akan membuat seseorang lebih semangat dan khusyuk saat menjalankan ibadahnya. Dalam hadits riwayat Aisyah r.a. dikatakan,

كَانَ النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ رَمَضَانُ قَامَ وَنَامَ فَإِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ الْمِئْزَرَ وَاجْتَنَبَ النِّسَاءَ وَاغْتَسَلَ بَيْنَ الْأَذَانَيْنِ وَجَعَلَ الْعِشَاءَ سَحُوْرًا

Artinya, “Ketika memasuki bulan Ramadhan, Rasulullah bangun malam (untuk beribadah) dan juga menggunakannya untuk tidur. Begitu masuk sepuluh hari terakhir, beliau kencangkan sarung, menjauhi istri-istrinya (untuk beribadah), mandi antara dua adzan (dua waktu shalat magrib dan isya).” (HR Ibnu Abi ‘Ashim).

5. Bersungguh-Sungguh dalam Meraih Lailatul Qadar
Malam Lailatul Qadar terdapat di antara 10 hari terakhir bulan Ramadan, sehingga umat muslim juga harus bersungguh-sungguh dalam meraih malam kemuliaan tersebut. Cara meraihnya, yaitu dengan memperbanyak ibadah di malam hari.

Disebutkan dalam riwayat hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

6. Berdoa untuk Memohon Ampunan
Saat beribadah untuk meraih kemuliaan malam Lailatul Qadar, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berdoa memohon ampunan kepada Allah SWT. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam hadits,

عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ وَافَقْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ مَا أَدْعُو قَالَ:‏ تَقُولِينَ اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Artinya, “Dari ‘Aisyah ra, sesungguhnya dia berkata, ‘(Aku pernah bertanya kepada Rasulullah), ‘Wahai Rasulullah, doa apa yang bisa aku baca ketika mendapati Lailatul Qadar?’ Nabi menjawab, ‘Bacalah Allāhumma innaka ‘afuwwun tuḥibbul ‘afwa fa’fu ‘annī (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku).'” (HR Ibnu Majah).

Adapun doa untuk memohon ampunan pada malam 10 hari terakhir bulan Ramadan, yaitu:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Latin: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni.

Artinya: “Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku.”

7. Memperbanyak Sedekah
Banyak bersedekah menjadi salah satu amalan utama di 10 hari terakhir sebagai ungkapan syukur atas nikmat dipertemukan Ramadan, serta sebagai penyempurna ibadah puasa dan ibadah-ibadah individu lainnya. Karena tidaklah sempurna keimanan dan kualitas ibadah seseorang kecuali jika adanya keseimbangan antara ibadah ritual dan ibadah sosial. Sebagaimana firman Allah SWT,

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (Qs. As-Sajdah: 16).

Bersedekah di 10 hari terakhir tidak hanya diterjemahkan dengan sedekah wajib berupa zakat fitrah dan zakal mal, tetapi juga dianjurkan memperbanyak sedekah sunnah dalam rangka berbagi kebahagiaan dan memberikan bekal makanan di hari raya Idul Fitri bagi dhuafa. Bersedekah dapat berbentuk harta, pangan, pakaian, paket sedekah untuk yatim dan dhuafa.

Itulah keistimewaan 10 hari terakhir di bulan Ramadan dan cara Nabi SAW mengisinya. Semoga bermanfaat dan jangan lupa diamalkan ya.

[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *