Singaraja.Faktaper.id – Sungguh unik dan menarik, Bali memiliki berbagai tradisi yang turun temurun diwariskan dan harus dilaksanakan oleh pribumi warga Bali terutama bagi yang beragama Hindu.
Seperti halnya di Buleleng tepatnya di Kelurahan Banyuning saat kerama melaksanakan upacara keagamaan di Pure Ageng Pura Gede Pemayun Banyuning selain melaksanakan rangkaian piodalan juga Tradisi mekering keringan (Mepelalian) Colek Colekan Adeng diseluruh badan dan wajah diareal pura yang disiram sehingga bergembira ria dilakukan oleh kaum muda-mudi selaku pewaris dan pengempon pura Ageng Pura Gede Pemayun
Kerama adat sebelumnya menggelar paruman serta membersihkan areal suci yang akan berlangsungnya piodalan dengan berbagai sesajen seperti pecaruan, warga membawa bebanten serta berbagai kesenian tari dari warga Banyuning. Secara histori , Piodalan Ageng Pura Gede Pemayun Banyuning wajib dilaksanakan warga Adat setiap rahina Buda Kliwon Ugu yang jatuh pada Rabu (19/4). Kerama adat diharuskan datang khusus lelaki guna melakukan paebatan pukul 05,00 wita, menginjak matahari terbit kerama kembali berduyun –duyun ke Pura guna persembahyangan dan dilanjut ngider Bhuwana ,wayonan, penganyar.
Menginjak hari Jumat (21/4) pukul 13.00 wita, hiburan dilaksanakan sebagai rasa syuhkur dan kegembiraan telah berlangsungnya piodalan di Pura Gede Pemayun dan anak-anak muda mulai menyuarakan kegembiraan tersebut dengan bermain air , saling colek adeng yang diambil dari pewaregan(dapur pura) bahkan mencari rekanya yang bersembunyi dan belum kena basah digotong dilumuri lumpur
Klian Banjar Adat Banyuning Tengah Nyoman Darwin Setiabudi, dikonfirmasi Rabu (26/4) terkait tradisi warisan leluhur yang dimiliki menerangkan,
“Ada ungkapan rasa syuhkur dan kegembiraan karena sudah menyelesaikan piodalan. Setelah Mecolek adeng yang dimiliki oleh leluhur terdahulu yaitu Ida Batara Ngurah Semar dilaksanakan acara mepeningan alias mebersih ke pure candi kuning Pengelatan, seluruh warga adat berjalan sembari wajar tercorat coret adeng. Jadi permainan Kering-keringan merupakan tradisi sangat ditunggu warga adat,”papar Nyoman Darwin
Diperkirakan biaya upacara menelan hampir 90 juta, kerama dibebankan 70 ribu per kk dari jumlah kerama 400 Kk, sisisanya punia sukarela dari warga sendiri, dan upacara berjalan aman
Pure Gede Pemayun/ Pure Penyegjeg yang merupakan pura paling tua kala sejarah Majapahit ada kaitanya dengan pure-pure besar yang ada di Buleleng barat, termasuk pure Gede Pengastulan yang merupakan pesemetonan(keluarga) yang dahulu sebuah pemaksanan/pura abian. Namun diera moderen ini lahan-lahan di wilayah Banyuning sudah beralih fungsi menjadi perumahan warga.
(ds)