Berita

Buruh Thailand Hingga Nepal Tewas Saat Hamas Serang Israel, Lainnya Hilang Diculik

140
×

Buruh Thailand Hingga Nepal Tewas Saat Hamas Serang Israel, Lainnya Hilang Diculik

Sebarkan artikel ini
Konflik Israel-Palestina Makin Memanas, Tiga Negara Timur Tengah Kompak Salahkan Israel

Suara.com – Serangan Hamas ke wilayah Israel pada Sabtu (7/10/2023) pekan lalu ikut menyasar para buruh migran dari beberapa negara. 12 warga Thailand dilaporkan tewas jadi korban.

Sementara 11 warga Thailand lainnya yang bekerja kebanyakan bekerja di bidang pertanian Israel dinyatakan hilang diduga diculik dan disandera. Sementara 8 orang Thailand lainnya dilaporkan terluka, kata Kementerian Luar Negeri Thailand, sebagaimana dilansir BBC.

Dalam keterangannya, pihak Kemenlu Thailand menyatakan telah mempersiapkan pesawat angkatan udara untuk mengangkut warganya kembali ke Thailand.

Setidaknya 30.000 warga Thailand di Israel bekerja di bidang pertanian, yang kebanyakan lokasinya berada di perbatasan Gaza.

Baca Juga:Kronologi Pasukan Hamas Bobol Pertahanan ‘Kubah Besi’ Israel Di Hari Sabat Yahudi

Selain Thailand, pemerintah Nepal mengatakan sebanyak 10 warganya tewas akibat serangan Hamas ke wilayah Israel.

Negara lain yang melaporkan warganya tewas, diculik, atau hilang dalam rangkaian aksi kekerasan di Israel adalah Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman.

Menteri Tenaga Kerja Thailand, Phiphat Ratchakitprakarn, mengatakan kepada kantor berita AFP, bahwa sekitar 5.000 warganya yang menjadi buruh migran di Israel berada di wilayah pertempuran. Namun, pasukan Israel mulai memindahkan mereka ke tempat yang lebih aman.

Phiphat menambahkan, bahwa 1.099 buruh migran telah terdaftar untuk kembali ke Thailand.

Para buruh migran peternakan di Mivtahim, kota dekat Jalur Gaza, menuturkan bagaimana kelompok milisi Hamas menyerbu tempat mereka bekerja setelah roket-roket ditembakkan pada Sabtu dini hari.

Baca Juga:Kisah Orang Terkaya Palestina: Berjuang Lawan Israel, Dedikasikan Hidup Dan Kekayaan Di Gaza

Buruh migran Thailand lainnya mengatakan kepada BBC: “Saya berlari dan merangkak ke kolong sebuah truk, kemudian personel Hamas menarik saya keluar dan menodongkan pistol ke arah saya dari jarak dekat, sebelum menembak ke bawah.”

Buruh migran yang menolak disebutkan namanya itu, kemudian berhasil melarikan diri.

Wanida Maarsa mengatakan kepada BBC Thailand, bahwa suaminya, Anucha Angkaew – yang bekerja di perkebunan alpukat hampir dua tahun – menjadi salah satu korban penculikan Hamas.

Dia muncul di sebuah video yang dirilis Hamas pada akhir pekan lalu. “(Pria yang ada di video) itu benar-benar dia,” katanya.

“Saya tak bisa menghubunginya sejak pukul 02:00 waktu Bangkok (Jumat pukul 19:00 GMT). Saya terakhir berbicara dengannya sebelum putri kami tidur,” tambah Wanida.

Buruh migran dari 50 negara diperkirakan bekerja di Israel.

“Milisi Hamas menembakkan dulu sebuah roket, kemudan mereka menyerbu peternakan kami. Saya berlari, dan sembunyi di kamar tidur,” kata Udomporn Champahom kepada BBC.

Udomporn kemudian diselamatkan pasukan Israel.

Kata dia, seorang warga Thailand yang bersamanya saat ini sedang tahap pemulihan akibat luka tembak “sebesar tutup botol” di kakinya.

10 Mahasiswa Nepal Tewas

Pemerintah Nepal mengonfirmasi pada Minggu (8/10/2023) lalu, sebanyak 10 mahasiswa tewas saat sedang berada di Israel untuk bekerja dan memperoleh keterampilan dari sebuah perusahaan pertanian.

Salah satu korbannya adalah Rajesh Kumar Swarnakar, 27 tahun. Keluargnya kini sedang berkabung di desa mereka, Madhuwan di Distrik Sunsari bagian timur.

Rajesh adalah mahasiswa pertanian tingkat akhir, yang bercita-cita meneruskan studinya di Australia, kata saudaranya, Mukesh, kepada BBC Nepal.

“Saya tidak setuju dengan kepergian adik saya ke Israel. Tapi dia berkeras pada kami, bahwa dia telah menerima beasiswa, dan mengatakan pada kami, bahwa dia punya uang tabungan untuk mendaftar ke Australia setelah menyelesaikan programnya di Israel.”

Ayahnya, Raj Raj Kumar Swarnakar, merasa pihak berwenang Israel telah lalai dalam mengirim putranya untuk mengikuti pelatihan di daerah rawan konflik.

Sebanyak 265 pelajar Nepal juga bekerja di berbagai bidang pertanian di Israel, dan 4.500 lainnya bekerja sebagai pengasuh.

Kepolisian Israel juga menginformasikan kepada Kedutaan Nepal, bahwa seorang warganya telah hilang, dan empat lainnya mengalami luka – salah satunya luka berat.

Secara terpisah, India mengatakan bekerja “secara aktif” untuk membawa kembali warganya yang berada di Israel. Menurut laporan media, sekitar 18.000 warga India tinggal dan bekerja di negara itu.

Ada juga sekitar 6.000 warga China yang bekerja di sektor konstruksi di Israel melalui kerja sama bilateral.

BBC belum mendapat laporan mengenai adanya korban jiwa dan penculikan dari negara-negara tersebut.

Pada Mei tahun ini, Kedutaan China di Israel telah memperingatkan kepada warganya untuk waspada dan menghindari “wilayah risiko tinggi” setelah seorang warga China mengalami luka dalam baku tembak tentara Israel dan kelompok milisi Hamas.

Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, telah mengonfirmasi kematian seorang mahsiswanya di Israel.

Negara ini memperkirakan ada lebih dari 300 mahasiswa Myanmar yang berada di Israel, dan 200 buruh migran di bidang pertanian.

Kedutaan Myanmar di Israel mengeluarkan pernyataan, jika ada warganya yang mengalami kesulitan atau ingin pulang karena faktor kekerasan, harap menghubungi kedutaan. Tapi tidak jelas, bagaimana evakuasinya akan diatur.

Di sisi lain, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia mengonfirmasi terdapat 45 warganya di Palestina. Sebanyak 10 orang berada di Gaza, dan 35 di Tepi Barat.

Kemenlu Indonesia juga melaporkan masih ada 230 warganya yang sedang menjalani wisata religi di daerah Israel, namun semuanya sudah diketahui keberadaannya. (Sumber: BBC)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *