Singaraja.Faktapers.id – Berakhir sudah piodalan di 4 pura yang ada di Desa Anturan, kerama adat Anturan dengan penuh semangat melaksanakan pebaktian.
Demi terlaksananya dan bisa menghaturkan sembah bakti, kendati harus menyisihkan beberapa uang dapurnya terutama para kerama adat perempuan namun semangat dalam 2 bulan ini penuh dengan kerjasama.
Begitu juga para prajuru adat dalam pelaksanaan piodalan di Kyangan Tiga dan pura Peken, bahkan Bendesa Adat Ketut Mangku selalu memberikan saran supaya piodalan tanpa ada halangan atau hambatan, namun seperti yang di harapkan piodalan sangat berjalan lancar dari mulai “Negem Dewasa” sampai puncak di Pure Segara Pantai Celuk Agung (27/11).
Sedangkan sumbangsih pribadi dari para kerama baik pendatang maupun kerama asli sungguh mengagetkan hampir mencapai 200 juta. Dari Pura Dalem mencapai Rp 98,033,000 sedangkan biaya piodalan dan lainya mencapai Rp 148,548,775, Pura Balai Agung/Desa mendapat Punia Rp- 52,860,000 pengeluaran Rp 148,197, 125 hampir setara dengan di Pura Dalem. Piodalan di Pure Dewa Gede Patih mendapat Punia Rp-73,127,000 pengeluaran biaya piodalan mencapai Rp -95,915,000.
Antusias kerama adat sangat diapresiasi Bendesa dan Prajuru Adat dalam hal ini penyelenggara piodalan.
Sedangkan Punia di Pure Segara hampir mencapai 15 juta, hal ini sangat pantas di apresiasi kendati tanpa bantuan LPD yang saat ini telah kolep namun kembali dibangkitkan dengan menejemen baru dalam upaya membangun kepercayaan di masyarakat.
Diketahui Pure Segara Celuk Agung di sungsung 3 desa Adat yakni Desa Adat Selat Pandan Banten, Desa Adat Anturan, Desa Adat Munduk Kunci Tegalinggah.
Ketut Mangku dikonfirmasi usai ikut melaksanakan pementasan tarian sakral Gambuh menerangkan terhadap partisipasi kerama adatnya,
“Tentu dengan partisipasi kerama adat kami dalam melaksakan piodalan di Kyangan Tiga sangat kami apresiasi, dan tidak terlepas peran dari pada pengurus serta dukungan kerama sehingga piodalan ini dapat berjalan dengan baik. Mulai dari Pura Dalem, Pura Balai Agung Desa, Pura Peken, dan Pura Segara,”ujar Ketut Mangku.
Selaku Bendesa atau Kelian Adat yang di tuakan di desa Anturan, Ketut Mangku tak pernah henti-henti mengajak kerama dari mulai Negem Dewa untuk selalu menahan emosi karena melaksanakan piodalan berkaitan dengan alam tidak nyata,
“Dari awal piodalan selalu kami ajak kerama adat menahan emosi pada diri masing-masing karena kita Ngayah menghaturkan sembah bakti kepada Ida Batara dengan manipestasinya yang ada di masing -masing prahyangan sesuai dengan tujuan kita bersama memohon keselamatan lahir batin. Kedepan atas antusias kerama ini akan kami tingkatkan lebih pelayanan kepada kerama dan kami upayakan bersama prajuru, jika dalam pioadalan ada sedikit kekurangan kami dan prajuru adat hanya bisa mohon maaf yang sebesar-besarnya,”terang Ketut Mangku.
Terhadap paruman pertanggung jawaban piodalan, Ketut Mangku dan Prajuru akan segera mengumumkan habisnya biaya yang dikeluarkan serta jumlah punia /urunan dari kerama yang dikenakan 350 ribu per KK selain dari yang kena setengah maupun yang dikenakan ayahan Ngampel,”Untuk urunan kami akan sampaikan segera dalam paruman nanti karena ini sangat penting, tentu iuran wajib bagi kerama yang belum memenuhi kewajiban kita berharap untuk bisa melunasi karena nantinya jika ada sisa piodalan semua itu milik kerama adat baik nanti digunakan dalam upacara lainya yang sifatnya upacara kecil seperti pecaruan dan lainya,”jelas Ketut Mangku.
(ds)