Berita

Polda Jateng Akui Minta Video Kepada Rektor-rektor Jelang Pemilu, ini Alasannya

161
×

Polda Jateng Akui Minta Video Kepada Rektor-rektor Jelang Pemilu, ini Alasannya

Sebarkan artikel ini
Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol.Satake Bayu Setianto. ANTARA/I.C. Senjaya

Jakarta, Faktapers.id – Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Polda Jateng) mengakui meminta para rektor perguruan tinggi di Jateng untuk membuat video testimoni.

Melansir Kompas.com, Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Stefanus Satake Bayu, mengatakan, permintaan video testimoni kepada para rektor di Jawa Tengah itu merupakan upaya program cooling system dari para tokoh dan akademisi untuk mengampanyekan pemilu damai dan menjaga kondusivitas menjelang hari pencoblosan pemilu serentak.

“Jadi pada satu sisi bahwa tujuannya dalam rangka pemilu ini tadi disampaikan melaksanakan kegiatan cooling system kepada beberapa tokoh, baik agama, masyarakat, orang-orang yang punya kompeten untuk bisa membantu menjaga situasi kamtibmas bisa berjalan aman lancar dan tertib,” ujar Satake, Selasa (6/2/2024).

Satake menuturkan, video ajakan pemilu damai dari para tokoh ini dapat berjalan efektif dan diterima masyarakat dengan baik.

“Oleh karena itu kami minta, Polri mengimbau kepada tokoh-tokoh masyarakat memberikan informasi kepada masyarakat, sebagai edukasi sehingga pelaksanaan pemilu berjalan lancar menjaga perstauan dan kesatuan bangsa,” imbaunya.

Permintaan video kepada para tokoh di Semarang itu dilakukan petugas yang bekerja di bawah Polrestabes Semarang. Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar megatakan, upaya ini sebagai bentuk tanggung jawabnya dalam menjaga situasi menjelang pemilu 2024 agar tetap kondusif.

“Cooling system ini kegiatannya antara lain mengajak tokoh-tokoh masyarakat, pemuka agama, kemudian termasuk sivitas akademika untuk memberikan dukungan kepada terlaksananya pemilu damai,” ujar Irwan.

Namun, kata Irwan, para tokoh tersebut tidak diminta untuk menjelaskan prestasi kinerja Presiden Joko Widodo selama ini. Apalagi keberpihakan terhadap salah satu paslon.

“Tidak ada (soal politik dan pujian Jokowi), tidak ada sama sekali, sekali lagi saya ulangi bahwa ajakan itu untuk men-support terciptanya pemilu damai. Tidak ada paksaan terhadap siapa saja yang kita hubungi yang kami anggap layak untuk testimoni atau pesan kamtibmas di Kota Semarang,” tegasnya.

Pihaknya juga telah menyampaikan kepada para tokoh bahwa video tersebut akan digunakan untuk publikasi di media sosial untuk mengampanyekan pemilu damai.

“Sebelum kami melakukan wawancara dan testimoni kami sudah sampaikan bahwa hasil testimoni akan kami publish karena tujuan kami agar pesan dari tokoh ini sampai khalayak ramai ajakan-ajakannya,” tandasnya.

Rektor Unika Soegijapranata Diminta Buat Testimoni

Sebelumnya diberitakan, Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang Ferdinandus Hindiarto diminta seseorang yang mengaku dari Polrestabes Semarang untuk membuat video testimoni kinerja positif Presiden Joko Widodo alias Jokowi.

Dikutip dari Sindonews.com, Ferdinandus mengaku permintaan itu dilakukan orang tersebut secara terus-menerus selama lima hari terakhir atau sejak Jumat (2/2/2024) lalu.

“Dari Jumat (2/2/2024) sampai siang tadi jam 11 masih meminta saya. Dari video sampai tawaran terakhir membuat pernyataan. Menyatakan (yang meminta) dari Polrestabes Semarang yang nantinya akan dilaporkan ke Kapolda (Kapolda Jateng),” kata Ferdi, sapaan akrab Ferdinandus Hindiarto di Gedung Mikael Kampus SCU, Bendan, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Selasa (6/2/2024) siang.

Orang yang mengaku dari Polrestabes Semarang itu, sebut Ferdi, menghubunginya lewat chat WhatsApp (WA) maupun telepon.

“Saya juga dikirimi, diberi contoh pernyataan salah satu rektor di Semarang (terkait kinerja positif Presiden Jokowi),” sambungnya seraya menyebut sebelumnya juga dikirimi beberapa contoh video dari beberapa rektor terkait hal itu.

Ferdi menuturkan, awalnya tidak merespons itu karena memang sedang dalam perjalanan ke Surabaya untuk menghadiri pertemuan dengan Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTiK) Indonesia untuk pernyataan sikap mengkritisi Presiden Jokowi.

Lanjut Ferdi, mereka mengkritisi itu di antaranya terkait adanya pelanggaran prinsip-prinsip konstitusi dan netralitas.

“Berawal dari putusan MK ada pelanggaran di situ, kemudian Presiden (statemen) boleh kok memihak, boleh kok kampanye. Meskipun menunjukkan aturan-aturan, tapi etika itu di atas hukum. Kami non-partisan, ada sesuatu yang perlu diluruskan, ini kecintaan kami terhadap negeri ini,” tegasnya.

Konferensi pers di Kampus SCU Semarang itu sendiri dimulai pukul 14.00 WIB. Ferdi bercerita, beberapa waktu sebelumnya Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar juga sempat menghubunginya.

“Jam 2 kurang (tadi) Pak Kapolrestabes telepon saya, saya akan terima, mari clear-kan di sini. Tapi ini beliau belum datang, mungkin masih di perjalanan,” ujar Ferdi.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *