Singaraja, faktapres.id –Pemkab Buleleng sungguh memalukan dihari Hut Kota Singaraja ke 420 di Lapangan Bhuana Patra pada akhir penutupan pelaku seni budaya Bali yaitu Sekaa Gong lengendaris yang akan menampilkan jenis Tarian Gelatik dan diperankan oleh nenek-nenek dari sekaa Jagaraga dan Banjar Paketan /Buleleng
Pihak panitia yang sebelumnya telah membuat susunan acara pada penutupan Hut itu, namun malah terkesan mengenyampingkan sang Maestro seni budaya. Panitia lebih mendahulukan para musisi Bend tampil lebih awal dipanggung terbuka yang ditonton oleh seluruh SKPD termasuk PJ Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana.
Padahal dari pelaku seni tersebut telah jauh hari berkemas latihan bahkan dipuncak acara sejak pukul 13.00 wita mulai berias diri setelah dipanggung terbuka para penabuh menata Gambelan antara sisi barat dan timur hingga pukul 20.00 wita yang rencana naik kepanggung malah diundur .
Namun apa yang terjadi pementasan mereka akhirnya gagal, panitia lebih mengutamakan penampilan anak-anak bend atas dasar keinginan PJ Bupati Ketut Lihadnyana sehingga kekecewaan itu terluapkan dan membawa pulang gambelan yang sudah tertata dari panggung hingga para pelaku seni budaya viral mengecam PJ Bupati selaku penjabatBuleleng bertanggung jawab penuh
Seperti dalam video yang dibuat salah seorang penari berbahasa Bali kearifan local merasa terpinggirkan“Amah sube gede-gedeang panitiane, Hut Kota Singaraja. Anak Bend barungange Ges sing gong mebarung. Mani-mani orahin panitiane lamun ngae acara bejeg grup Bend deretang 5 hari de ngedengang gong ABCD”kata Putu Riska Triani.
Selanjutnya Dwa Ayu Larassanti asal wilayah Ubud yang mendapati biaya reset dari Amerika untuk mengetahui para pelaku seniman di Buleleng membuat stetmen gagalnya sekaa Legendaris Banjar Jagaraga dan Banjar Paketan tampil akibat kecewa yang sangat mendalam.
“Mengapa Bend ditaruh awal sebelum sekaa legendaris. Mereka sekaa gong legendaris yang merupakan warisan dan tradisi sehingga patut dihargai disamping itu para penabuh dan pemeran sudah lanjut usia. Jadi masak lagi disuruh menunggu selesai bend tampil dan diam dipanggung apalagi mereka tidak dapat makan , minum jadi kok bisa begitu,”kata Dwa Ayu Larassanti
Lanjut Dwa Ayu Larassanti yang mengetahui dari awal dan ikut memantau di lapangan Gor Bhuana Patra menjelaskan secara detail ,”Sudah lama menunggu sampai jam 21 malam setelah bend mulai sampai 3 lagu baru para sekaa legendaris memutuskan pulang yang katanya mulai dari jam 19. Sebagai penggemar seni kami sangat kecewa tidak dapat menonton. Tetapi yang lebih kecawa penari dan penabuh yang legendaris tidak dihargai panitia, informasi yang kami denger dari pembinanya Bend dikasi duluan karena ada Pj minta,.
“Itu menurut saya apa sih kok rundown acara bisa dikutak kutik oleh orang lain . Acara sudah di seting dari ABCD mengapa dipertengahan acara diganti oleh siap PJ , pejabat …? Apa itu emang mereka lebih penting daripada seniman senior..? para seniman lingsir ini sampai kapan mereka akan bersama kita tolong dijaga. Minta maaf silahkan tetapi kekeacewaan mereka sudah lewat. ungkap Dwa Ayu Larassanti.
(ds)