Seni BudayaNasional

Pemilihan Putra Putri Tenun Songket Indonesia 2024 Jadi Momen Penting Pelestarian Budaya

10
×

Pemilihan Putra Putri Tenun Songket Indonesia 2024 Jadi Momen Penting Pelestarian Budaya

Sebarkan artikel ini
Oplus_131074

Jakarta, faktapers.id – Grand Final Putra Putri Tenun Songket Indonesia 2024 ke 5 tahun yang digelar di Golden Ballroom The Sultan Hotel & Residence Jakarta menjadi momen penting bagi pengembangan dan pelestarian warisan budaya Indonesia.

Prof.Dr.Hj. Anna Mariana SH., MH., MBA, Chair Person of Komunitas Indonesia Internasional Fashion Art dan UKM (KADIIFA) memberikan sambutan yang penuh bermakna. Anna menyebut tujuan dalam penyelenggaraan kegiatan ini untuk terus bisa melahirkan putra putri yang memahami sejarah dan budaya bangsanya yaitu sastra Tenun Indonesia.

“Yang lalu tidak kita perkenalkan dari generasi muda saat sekarang ini, maka mungkin lima tahun kedepan atau sepuluh tahun kedepan maka kita akan kehilangan jati diri bangsa yaitu ciri khas budaya bangsa yang selama ini menjadi busana adat kita dari sabang sampai merauke,” Ucapnya saat Conference Pers pada Sabtu, (7/9/2024).

Finalis Putra Putri Tenun Songket Indonesia 2024 bersama Tokoh Pemuda Jakarta Barat, Umar Abdul Azis, S.Pd, SH. dok foto: faktapers.id/uaa

Ia mengungkapkan, masing-masing daerah mempunyai ciri khas yang berbalut kain tenun dan songket. Menurutnya, selain daripada busana adat, sekarang ini sudah menjadi tren fashion mode dan juga digunakan untuk produk-produk lain yang berbasis tenun dan songket.

“Sayang sekali kalau tidak sedari sekarang kita mendorong anak-anak generasi muda memahami mencintai dan juga bangga. Kita punya tantangan punya pr yang besar untuk menjaga tradisi ini, Jangan sampai punah ya,” terang Anna.

Dikatakannya, di samping sekarang ini maraknya brand luar yang membanjir di Indonesia yang juga harus disadari karena generasi muda sekarang ini sudah mulai banyak menggandrungi produk-produk luar negeri.

“Sehingga hampir anak-anak generasi muda kita sekarang banyak menggandrungi produk-produk luar. Kalau tidak kita dorong terus rasa kecintaan rasa apa kebanggaannya menggunakan busana-busana dan mengenal busana tetangga kita pasti akan kehilangan tentunya dan akan kita gunakan ini untuk tujuan yang utama,” terangnya.

Anna menjelaskan, di samping ia mendorong program-program pemerintah memberikan solusi bagaimana pelestarian ini terus maksimal. Terutama kita mendorong agar lebih maksimal yaitu Kurikulum sekolah menenun. Ya sekolah menenun itu bisa di perkenalkan ke tingkat sekolah-sekolah sehingga kegiatan seperti kami ini menggerakan putra-putri mempunyai keterbatasan.

“Tapi kalau kita kembalikan, kita dorong ke program pemerintah yang menjadi program pemerintah yaitu kurikulum kita kembalikan sejarah dan budaya ini ke tingkat sekolah dasar maupun sampai perguruan tinggi agar semua lebih lebih maksimal. Anak-anak muda kita lebih luas lagi dari sekolah diperkenalkan maka akan memperoleh hasil yang akan lebih baik lagi tentunya,” jelasnya.

Lebih lanjut ana menjelaskan, disamping ia mendorong regulasi pemerintah juga terhadap hak cipta. Motif-motif yang berkembang dari sabang sampai merauke dari jaman leluhur kita dahulu para raja dan sultan sampai dengan saat ini masih begitu banyak motif-motif yang belum diselamatkan atau diberikan payung hukum yaitu berupa hak cipta.

“Ini peran kita mendorong pemerintah daerah, kalau kita tidak mendorong pemerintah untuk membantu pengrajin-pengrajin yang mengembangkan motif-motif di setiap daerah, maka akan juga gelar yang mungkin terus akan diklaim oleh negara-negara lain,” pungkasnya.

Perlu diketahui kegiatan ini dimaksudkan untuk memilih putra putri terbaik Indonesia yang memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, terutama yang juga berkaitan dengan pembuatan sejarah tenun dan songket baru sekaligus pelestariannya. Para peserta sehat jasmani dan rohani, serta berkepribadian dan berpenampilan yang mencerminkan nilai-nilai ke-Indonesiaan.

Tujuannya adalah tumbuh kembangnya kecintaan terhadap wastra nusantara (terutama tenun dan songket ) di mata generasi muda Indonesia yang pada gilirannya diharapkan menjadi “agent of change” (agen perubahan) dan “agent of develepment” (agen pembangunan) dalam membangun masa depan Indonesia yang memanfaatkan potensi dan kekayaan wastra Indonesia.

(Igo)

(ibeng)