Hukum & KriminalJabodetabekPendidikan

Kasus Dugaan Bullying di  Binus School Simprug yang dialami RE Dalam Proses Lidik Polisi, 8 Pelaku akan Berhadapan dengan Hukum

9
×

Kasus Dugaan Bullying di  Binus School Simprug yang dialami RE Dalam Proses Lidik Polisi, 8 Pelaku akan Berhadapan dengan Hukum

Sebarkan artikel ini
Kuasa Hukum Sunan Kalijaga,S.H, Agustinus Nahak.S.H.,M.H, Mohammad Zahky,S.H bersama korban RE. (tengah) menyampaikan perkembangan kasus dugaan Bullying yang terjadi di sekolahan BINUS SCHOOL. fot ok. dok faktaoers.id/igo

Dugaan Ada Geng Di Sekolah Binus School Simprung ?

Jakarta, faktapers.id – Kuasa Hukum Sunan Kalijaga,S.H, Agustinus Nahak.S.H.,M.H, Mohammad Zahky,S.H menyampaikan perkembangan kasus dugaan Bullying yang terjadi di sekolahan BINUS SCHOOL Simpruk yang dialami RE, dimana kejadian pada tanggal 32 januari 2024 sudah dilaporkan resmi di Polres Metro Jakarta Selatan, kepada wartawan, Kamis 13 September 2024, seputaran Pertama Hijau, Jakarta Selatan

Sunan Kalijaga menyampaikan perkembangannya dengan kasus itu pihak Polres Metro Jakarta Selatan sudah memberikan surat kepada kami terkait perkembangannya.”Perlu diketahui, bahwa kemarin pihak sekolah memberikan edaran surat, yang isi surat tersebut kami anggap atau kami rasa tidak sesuai dengan fakta. “Setelah Kami mengupdate perkara kasus ke Polres Jakarta Selatan, sebelumnya saya tim kuasa hukum sama-sama korban kita lalu orang tua korban mendatangi sekolahan binus simpruk bersama teman-teman media pada Rabu 11 September 2024, guna untuk menanyakan hak pendidikan yang harusnya berjalan dengan baik di sekolah tersebut. Namun demikian kami di depan gedung sekolah juga ada kesulitan untuk bisa masuk bertemu dengan pihak sekolah. Adapun maksud dan tujuan kami tidak lebih tidak kurang hanya ingin mempertegas dan memastikan terkait dengan proses belajar mengajar pendidikan yang harusnya didapat secara utuh oleh adik kami yang dimana orang tua dalam hal ini juga setiap bulan terus membayar puluhan juta untuk sekolah.Namun demikian apa yang disampaikan oleh adik kami ini tidak bisa masuk sekolah,” ungkap Sunan.

Sunan membantah membuat kegaduhan dan intimidasi.”Disana jujur saja kami diterima, namun bukan orang yang tepat yang menerima kami. Yang menerima Kami adalah bagian hukum. sementara kami sampaikan bahwa kedatangan kami bukan membahas persoalan hukum tapi ingin meminta kepastian tentang pendidikan yang seharusnya diterima oleh adik kami. Kebetulan di sana ada perwira-perwira polisi dari wilayah hukum Jakarta Selatan ada beberapa perwira polisi dan di situ kami sampaikan maksud dan tujuan kami jadi perlu diklarifikasi dengan tegas bahwa kami tidak ada intimidasi tidak ada kegaduhan kegaduhan yang katanya di akibatkan oleh kami atau kedatangan kami ke sekolah binus, sehingga membuat kegaduhan atau menciptakan suasana yang mencekam.

“Sekali lagi saya menyatakan itu tidak benar. Bahkan kami akan melakukan upaya hukum terhadap pihak-pihak yang memberitakan atau menginformasikan, bahwa kedatangan kami kemarin adalah untuk membuat kegaduhan. jelas kami diterima oleh AKP Sutija dari wilayah hukum Kebayoran lama Polres Jakarta Selatan. Dan saya juga bertemu dengan iptu Tosari kapospol Permata Hijau dan kedatangan kami pun saya sudah melaporkan sebelumnya kepada Kapolsek Kebayoran Lama. sehingga tidak mungkin lah Kalau kami sudah melapor berkoordinasi dengan pihak kepolisian kami datang mau bikin gaduh, kami datang mau bikin rusuh kan enggak mungkin. Kami datang ingin mempertanyakan hak kami bersama korban murid dan orang tua murid yang membayar dan sama teman-teman media. Jadi sangatlah tidak benar kalau pihak manapun menyatakan kedatangan kami kemarin itu seperti orang yang ingin melakukan kegaduhan atau kerusuhan disitu,’ tandas Sunan.

Dikatakan Sunan, RE korban yang mengalami pembullyyan dan perundungan yang mengalami langsung mengungkapkan intinya kejadian bullyng dan perundungan bahkan dugaan pelecehan  di dalam sekolah bukan di luar sekolah dan jam sekolah.

“Jadi kalau ada yang bilang tidak ada bully,  kami akan mempertanyakan dan melayangkan somasi kepada yang mengedarkan surat ini, karena yang bersangkutan berarti tidak percaya dong, terhadap proses dipihak kepolisian Polres Metro Jakarta Selatan. Kalau tidak ada bully bagaimana sudah ada delapan anak yang berhadapan dengan hukum sudah spdt di kejaksaan. Kita tidak boleh main-main loh. Ini serius karena itu masalah publik, karena anak-anak yang kita titipkan di sekolah harusnya merasa mendapatkan jaminan keamanan. Kami sampaikan bahwa anak korban ini tidak mendapatkan jaminan keamanan, sehingga sampai hari ini dia tidak bisa lagi sekolah di secara offline di sekolah yang dia banggakan.

Lebih lanjut Mohammad Zahky menambahkan,  perkembangan dari laporan yang diajukan dari pihak korban Alhamdulillah pada tanggal 7 september 2024 proses penyelidikan selama berbelanja bulan ini pada akhirnya naik pada tahap penyidikan. “Jadi kami sudah menerima spdp yaitu surat pemberitahuan dimulainya penyidikan. Dan alhamdulillah juga pada awalnya itu kami melaporkan adanya dugaan empat anak yang berhadapan dengan hukum. Tapi setelah melalui proses lidik, proses pemeriksaan saksi saksi kemudian bukti bukti fisik dan lain lain didalam spdp yang kami terima ada pengembangan dari yang tadinya 4 anak yang berhadapan dengan hukum menjadi delapan. Artinya ada bertambah 4 lagi. Sehingga jadi ada 8 anak yang berhadapan dengan hukum, yaitu pertama berinisial KLS, yang kedua inisial MRM, yang ketiga inisial KWR yang ke empat inisial DS, yang kelima inisial JS, yang ke enam inisial MAF, yang ketujuh inisial CGA dan yang terakhir kedelapan inisial JAW. Dan tidak menutup kemungkinan dalam proses sidik saat ini akan bertambah terhadap pihak pihak yang terlibat, mengingat dari sifat dari delik undang undang perlindungan hukum itu, bukan hanya pelaku yang melakukan tindak pidana tetapi pihak pihak orang orang yang membiarkan tindak pidana tersebut dilakukan. “Nanti kita lihat saja perkembangan dalam proses penyidikan selanjutnya. Kemudian kami juga menerima surat pemberitahuan perkembangan hasil penyelidikan atau SP2P pada 9 september 2024, dimana didalam surat SP2P ini pada pokoknya ini menjelaskan bahwa total seluruh saksi saksi yang telah diperiksa didalam proses penyelidikan itu ada 18 orang saksi. Jadi dari pihak sekolah dari pihak murid dan para dokter pun sudah diperiksa gitu dan bukti bukti yang sudah di miliki penyidik pada saat ini adalah salah satunya adalah fisum dari rumah sakit pusat pertamina,” jelasnya

Sementara itu Agustinus Nahak menyebutkan,tindak lanjutnya  dalam proses sidik ini penyidik akan memanggil kembali unsur yang tadi dan menuangkannya ke dalam BAP pada saksi saksi yang sudah diperiksa, dan  untuk pembuktian juga akan ada saksi saksi lain yang akan diperiksa.

“Jadinya ada penambahan penambahan, bukti bukti tambahan lainnya, karena ini sudah masuk ke tahap penyidikan,” imbuhnya.

Kemudian ada surat yang ketiga, sambungnya, yang kami terima ini yang menarik bagi kami. “Ada undangan restoratif jastife. Undangan restoratif justice ini juga merujuk pada surat yang kami terima rujukannya adalah surat permohonan dari penasehat hukum anak-anak yang berhadapan dengan hukum. Jadi atas permintaan dari penasehat hukum dari anak-anak yang berhadapan dengan hukum ini, mengajukan untuk di adakan suatu restoratif justice antara korban maupun anak-anak yang berhadapan dengan hukum ini. Berdasarkan surat ini, anak korban dan orang tua korban diundang oleh pihak kongres selaku pihak fasilitator nantinya untuk hadir pada hari jumat tanggal 13 september 2024 pukul 12 di ruang unit PPA Polres Jakarta Selatan,” jelas Agustinus Nahak.

RE korban yang mengalami pembullyyan dan perundungan  langsung mengungkapkan “Saya mau cerita tentang penganiayaan dan Bullying yang dilakukan kepada saya dari para siswa lain yang ada di Binus internasional simpruk. Saya mulai bersekolah sebelumnya sekolah di daerah Bintaro, dan karena rumah kami pindah ke perumahan daerah simpruq, jadi kami memutuskan untuk mencari sekolah yang dekat dengan rumah kami. Saya diterima melalui tes di binus school simpruk dengan level addv atau jenjang pendidikan yang paling atas di binus School simpruk Saya diterima dan dijanjikan banyak hal. Mereka akan membantu saya dan akan menjamin saya akan sukses meraih pendidikan dan mimpi mimpi saya. Namun nyatanya, setelah saya mulai sekolah saya tidak mempunyai siapa siapa, tidak mempunyai teman di sekolah saya yang baru dan saya berusaha untuk bisa bersosialisasi dan mempunyai teman dengan siapa pun dan dari mana pun. Tapi kenyataannya dari siswa siswa lain yang ada di sana mereka malah menganggap dan memperlakukan saya seperti orang yang benar-benar tidak ada harga dirinya, orang yang benar-benar diperlakukan  tak layak hidup dan orang yang benar-benar berada di level yang paling bawah. Saya sejak awal hari pertama bersekolah saya hanya membawa diri saya sendiri, tetapi mereka dengan ramai ramai menghampiri saya sekitar 30 orang dengan geng mereka, mereka selalu menghina hina saya secara verbal melakukan Bullying kepada saya. Karena tujuan saya disana bukan untuk mencari kegaduhan dan bukan untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna saya selalu mengabaikan prilaku dan pelecehan dari mereka. Mulai sari omongan saya dilecehkan, bagian tubuh saya dipegang pegang didepan siswa lain bahkan di depan para guru. Sampai saya selalu dikata katain dan mereka selalu melakukan itu didepan siswa lain dan di depan guru dengan tujuan menjatuhkan mental saya dan menghancurkan mental saya agar saya tidak pergi ke sekolah lagi. Saya sering sekali mendapatkan hujatan dan hinaan, bahwa setiap saya datang ke sekolah setiap saya memasuki kelas saya sudah dihina hina, dikatakan saya sangat bau sampah dan bau badan. Saya dihina hina saya dihina sendirian di sana. Saya sedikit banyak tau orang yang selalu melakukan Bullying secara verbal kepada saya dan ini terus berlanjut. Saya ketika ingin pergi ke kelas dan ingin makan menggunakan lift. Tapi ketika saya sendiri masuk kedalam lift mereka selalu membanyakin orang yang berada didalam lift.  Salah satunya adalah anak dari ketua partai yang berinisial M. Mereka selalu mencari cari saya dan menjebak dalam lift dan mereka ketika saya masuk mereka bilang apakah ada yang membawa sampah disini apakah kamu membawa sampah mereka sambil menutup hidung dan ternyata ada sampah disini. Pantesan disini bau sekali dan pantesan bau badan. Karena dia saya orang yang ditunjuk, saya dipermalukan disana. Setiap hari saya diperlakukan seperti itu,” beber RE.

“Lalu saya mengadukan hal ini kepada para pihak sekolah, terutama orang yang menerima saya sekolah di binus School. Kepada bapak yang terhormat yang berinisial M saya bertanya kepada beliau mengapa bapak ketika ingin menerima saya di binus School ini berbeda dengan kenyataan yang saya alami. Tapi bapak yang terhormat berinisial M ini hanya selalu mengatakan, bahwa itu adalah hal yang wajar karena kamu anak baru disini dan kamu yang harusnya introspeksi diri, kamu yang harus memperbaiki diri kamu sendiri. Bahkan dari pihak sekolah pun mengecilkan impian saya. Bahkan dari pihak sekolah pun menghancurkan harga diri dan mental saya. Dari hari pertama saya sudah tidak percaya diri lagi datang ke sekolah saya selalu di ejek ejek, saya selalu hona saya selalu di fitnah di sekolah dari berbagai pihak dan mereka selalu mengaku bahwa mereka adalah anak dari pada petinggi petinggi di negara ini. Mereka bahkan ada yang mengucapkan bahwa ayahnya adalah ketua partai yang ada di Indonesia ini. Dan saya diancam untuk tidak melakukan apa apa” pungkas korban Bullying dan Perundungan.

Ada Geng di Sekolah

Lebih lanjut Agustinus Nahak mengatakan, karena ini kan sekolah kan dibawah Kementerian Pendidikan, saya mempertanyakan pak menteri harusnya turun dong bikin statemen atau pihak terkait adanya bullyng di sekolah sekolah sekolah. “Standar pendidikan kita seperti apa. ini ada dugaan ada geng di sekolah. bahkan melibatkan anak-anak pejabat di sekolah tersebut. Kepolisian tingkat lembaga anak maupun pihak sekolah harus melakukan investigasi benar tidak ada geng di sekolah itu. Karena statemen daripada anak korban korban perundungan atau bullying dengan komen-komen yang ada di YouTube  di podcast Uya Kuya Tv. Itu coba cek di situ ada beberapa orang tua yang menyatakan bahwa ternyata ada dugaan juga anaknya mengalami hal yang sama,” ungkapnya

“Pak menteri yang terhormat kami minta tolong tutun lakukan investigasi supaya sekolah-sekolah di Indonesia baik swasta maupun negeri itu ada standar pendidikannya. Jangan ada geng terpelihara itu di sekolah. Ini kan ada anak anak kita yang mau dititipkan untuk menjadi anak yang cerdas punya masa depan. Nyatanya mendapatkan bullying yang sangat sadis. Ini sampai saat ini kalau anak korban ini masih mengalami trauma, maka psikisnya sangat terganggu. Mungkin fisiknya sudah bagus, ada beberapa kali ketemu bicara pasti menangis. Bahkan menurut orang tuanya, pernah ya tiba-tiba teriak-teriak di kamar mandi. ‘Sering ya sering kalau mandi jadi psikisnya ini terganggu. makanya kita juga kemarin juga untuk psikolog supaya bisa mengetahui keadaan psikisnya sudah sampai sejauh mana gitu loh. jadi kami minta kepada kementerian tingkat juga pemda DKI, pihak terkait dan juga lembaga anak dan juga pihak sekolah coba lapor. Jangan sekali-sekali menutupi kejadian yang ada di sekolah. Karena itu bisa menjadi bumerang sendiri dsn menjadi gunung es.’ tehasnya.

Semoga saja terbuka semuanya Kenapa karena pihak polres Metro Jakarta selatan sudah melakukan investigasi dan menemukan alat bukti bahwa ada dugaan terjadinya bully di sekolah tersebut. jadi jangan sampai pihak sekolah punya investigasi sendiri bukan tidak terjadi. Itu yang kami pertanyakan siapa yang melakukan investigasi itu. Kami ingin sampaikan jangan coba-coba menutupi kebenaran. mungkin hari ini kamu bisa melakukan kebohongan tapi satu ketika semuanya akan terbongkar dan saya bersama pak sunan dan tim sudah berkomitmen untuk membongkar siapa saja terlibat. mau dia itu anak ketua partai, mau itu anak pejabat, atau anak hebat. Menurut kami siapa pun yang sekolah di sana sama kedudukannya. Karena membayar sekolah yang sama, dan juga siswa yang sama. Soal statusnya mungkin dirumahnya tapi kalau di sekolah statusnya sama, tidak ada lebih dari itu” tegas Agustinus Nahak.

Ada Ketua Partai dan Pejabat Terlibat

Nahak lebih jauh menyampaikan, yang kami dengar dari anak korban itu bahwa di ngomong bukan asal ngomong. Tetapi siswa siswa ini yang mengatakan diri langsung memperkenalkan ‘bapak saya ketua partai, bapak saya adalah pejabat’ itu bukan dia yang ngarang bukan. Mungkin teman teman media bisa cek benar ga disana ada anak pejabat, benar kah disana ada anak ketua partai gitu supaya jelas. “Karena yang bersangkutan yang menyampaikan langsung. Anak korban kan anak baru yang bersekolah disana. Sehingga ketika memperkenalkan diri, bahwa anak orang orang hebat disitu dan anak korban diminta untuk melayani mereka. Justru karena dia tidak mau dan tidak ikut akhirnya kejadian ini terjadi. Jadi kalau disekolah itu ada informasi ada anak bapaknya pejabat, Ketua partai, bapaknya orang hebat itu benar adanya” pungkas pengacara tegas ini

(igo)