Medan, faktapers.id – Sebanyak 140 siswa SMK Negeri 10 Medan yang memenuhi syarat terpaksa gagal mengikuti jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025. Hal ini terjadi akibat kelalaian dalam mengisi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PPDS) yang menyebabkan pihak sekolah tidak dapat memenuhi batas waktu yang ditentukan. Kejadian ini terungkap dalam sebuah demonstrasi yang berlangsung pada Kamis (6/2/2025), di mana para siswa menyampaikan kekecewaan mereka.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Pehulysa Sagala, yang hadir dalam demo tersebut, secara terbuka mengakui kesalahan pihak sekolah. “Kami meminta maaf atas kelalaian dalam proses pengisian data PPDS, yang menyebabkan 140 siswa gagal mengikuti SNBP. Kami tidak dapat memprediksi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh tahapan, dan akibatnya kami tidak berhasil memenuhi deadline yang telah ditetapkan,” ungkap Pehulysa.
Pehulysa menjelaskan bahwa pihak sekolah sebenarnya telah berupaya keras untuk melengkapi data rapor para siswa dan melakukan sinkronisasi data yang dibutuhkan untuk SNBP. Proses tersebut, lanjutnya, telah selesai dilakukan pada 31 Januari 2025. Namun, meski sudah berusaha sebaik mungkin, keterlambatan dalam pengisian data menjadi kendala utama yang menghalangi para siswa untuk dapat melanjutkan ke tahap seleksi berikutnya.
Saat itu, Pehulysa mencoba memberikan penjelasan kepada para siswa yang sedang berdemo, meskipun ia sempat mendapat sorakan dari mereka. “Saya ingin memberikan penjelasan tentang SNBP, prosesnya dimulai sejak bulan Desember dan memang ada beberapa prosedur yang harus dilalui oleh pihak sekolah,” jelasnya.
Kekecewaan Para Siswa
Namun, meskipun Pehulysa sudah mengakui kesalahan dan memberikan penjelasan terkait prosedur SNBP, beberapa siswa tetap merasa kecewa. Anggita, seorang siswa dari jurusan Desain Produksi Busana (DPB) yang turut serta dalam demonstrasi, menyatakan rasa kekecewaannya. “Kami merasa kecewa karena tidak ada penjelasan yang jelas dari pihak sekolah mengenai kegagalan ini. Bahkan pernyataan yang disampaikan oleh Pak Pehulysa terkesan menyinggung kelayakan nilai kami,” kata Anggita dengan nada kesal.
Siswa lainnya, Anastasya, juga menyampaikan rasa kecewanya. “Seolah-olah pihak sekolah ingin menutupi kegagalan ini. Tidak ada transparansi mengenai apa yang sebenarnya terjadi,” ujarnya
Pehulysa sempat menyinggung soal kelayakan nilai bagi para siswa yang mendaftar SNBP. Dalam penjelasannya, ia menyatakan bahwa meski siswa sudah mendaftar, tidak ada jaminan bahwa mereka akan otomatis lulus SNBP. “Pendaftaran SNBP itu memang berdasarkan prestasi, tapi ada banyak faktor yang mempengaruhi kelulusan, salah satunya adalah kelayakan nilai kalian,” tambah Pehulysa.
Namun, pernyataan tersebut justru menambah kekecewaan para siswa, yang merasa tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai proses seleksi. Mereka berharap pihak sekolah dapat lebih transparan dalam memberikan penjelasan mengenai masalah yang dihadapi.
Pehulysa mengakhiri penjelasannya dengan kembali meminta maaf kepada seluruh siswa yang terdampak. “Kami hanya bisa berusaha untuk mencari solusi agar kalian tetap mendapatkan kesempatan untuk masuk ke perguruan tinggi melalui jalur lain. Saya mewakili pihak sekolah memohon maaf atas kejadian ini,” katanya.
Meski begitu, kekecewaan para siswa terhadap kelalaian pihak sekolah tetap terasa. Para siswa berharap kejadian serupa tidak terulang di masa depan, dan pihak sekolah dapat lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas administratif yang krusial seperti pengisian data PPDS.
[]