Klaten, faktapers.id – Permasalahan pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, kian mendesak. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Troketon kini nyaris penuh. Sekitar 125 ton sampah dikirim setiap hari dari berbagai wilayah ke TPA tersebut, menyebabkan penumpukan dan timbunan yang menggunung. Kondisi ini memicu pencemaran lingkungan dan ancaman kesehatan bagi warga di sekitarnya.
Menanggapi situasi tersebut, Lembaga Perlindungan Konsumen Nasional Indonesia (LPKNI) Kabupaten Klaten menginisiasi program bertajuk “Gerakan Mandiri Atasi Sampah: Sampahku Tanggung Jawabku, Sampah Hari Ini Selesai Hari Ini”. Program ini dirancang untuk mendorong kemandirian masyarakat desa dalam mengelola sampah secara cepat, tepat, dan tuntas di hari yang sama, guna mencegah penumpukan di TPA.
“Sudah saatnya masyarakat menjadi bagian dari solusi. Jangan semua dibebankan ke TPA. Jika hari ini kita buang sampah, hari itu juga kita selesaikan pengelolaannya,” tegas Slamet Komarudin, Ketua LPKNI Klaten, dalam forum pengenalan program yang digelar di Aula Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Klaten, beberapa hari yang lalu.
Sebagai bagian dari strategi, LPKNI menggandeng salah satu penyedia teknologi pengelolaan sampah asal Jakarta untuk memaparkan inovasi modern yang dapat diterapkan di tingkat desa. Dalam forum tersebut diperkenalkan dua teknologi unggulan:
Refuse Derived Fuel (RDF), yang mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif, dan
Incenerator ramah lingkungan, untuk membakar sampah secara efisien dengan emisi terkendali.
Langkah ini diproyeksikan dapat mengurangi drastis volume sampah yang dikirim ke TPA dan memperpanjang usia pakai TPA Troketon, yang saat ini diperkirakan hanya mampu menampung sampah selama 1-2 tahun ke depan jika tidak ada terobosan berarti.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Klaten, Srihadi menyampaikan bahwa pihaknya juga telah menyusun Rencana Strategis Pengelolaan Sampah 2024–2026, mencakup:
Pembangunan bank sampah di setiap RW,
Penguatan Tempat Pemrosesan Sementara (TPS) 3R di tingkat desa,
Edukasi masyarakat tentang pemilahan dan daur ulang dari rumah tangga.
“Kolaborasi adalah kunci. Pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta harus saling bersinergi. Sampah bukan hanya masalah DLH, tapi masalah kita semua,” ujarnya.
Melalui semangat “Sampahku Tanggung Jawabku”, program ini mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tidak lagi bersikap pasif, melainkan aktif terlibat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan kelestarian ekosistem.
Jika program ini berhasil diterapkan secara masif dan konsisten, Klaten bisa menjadi salah satu model nasional pengelolaan sampah berbasis partisipasi warga dan teknologi tepat guna. Harapannya dengan tekhnologi Incenerator maka permasalahan sampah yang menggunung bisa menjadi zero.
(Madi)