Bali, faktapers.id — Ditengah meningkatnya ancaman terorisme di ruang digital, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) bersama Kepolisian Federal Australia menggelar pelatihan regional bertema penanggulangan terorisme berbasis media sosial. Kegiatan ini difasilitasi oleh Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) dan berlangsung di Hotel Marriott, Nusa Dua, Bali.
Pelatihan tersebut mempertemukan aparat penegak hukum dari Indonesia, Australia, Filipina, Malaysia, dan Thailand. Hadir dalam kegiatan ini antara lain Kepala Densus 88 AT Polri Irjen Pol. Sentot Prasetyo, S.I.K., serta Petugas Penghubung untuk Penanggulangan Terorisme dan Forensik dari AFP Jakarta, Agen Federal Cameron Heil.
Kepala JCLEC, Brigjen Pol. Audie S. Latuheru, S.I.K., M.Han., dalam sambutannya menekankan pentingnya kolaborasi regional dalam menghadapi evolusi terorisme yang kini turut menjalar ke dunia maya. Ia juga menyampaikan apresiasi atas komitmen Pemerintah Australia yang terus mendukung upaya pemberantasan terorisme di kawasan.
“JCLEC bangga menjadi bagian dari komunitas global yang bekerja tanpa lelah untuk memastikan para pelaku teroris tidak memiliki ruang untuk bergerak,” ujar Brigjen Audie. Ia menyoroti dedikasi personel Densus 88 AT dan satuan-satuan serupa dari negara mitra yang sering kali mengorbankan waktu dan kenyamanan demi keselamatan publik.
Menurutnya, di era digital saat ini, terorisme telah bertransformasi dan menyusup ke media sosial, menjadikannya medan baru yang memerlukan pendekatan khusus dan keterampilan terkini. Oleh karena itu, pelatihan seperti ini dianggap sangat penting untuk memperkuat kapasitas serta memperbarui strategi penegakan hukum.
“Kita harus terus belajar, memperbarui pengetahuan, dan tetap selangkah lebih maju dari jaringan teror yang kian adaptif,” tegasnya.
Brigjen Audie juga mengajak seluruh peserta untuk memanfaatkan pelatihan ini sebagai forum bertukar pengalaman dan menjalin kemitraan operasional lintas negara. Ia menutup sambutannya dengan menegaskan kembali moto JCLEC: “Belajar dan Memahami melalui Saling Berbagi Pengalaman.”
Pelatihan ini menjadi simbol penting dari solidaritas antarnegara dalam menjaga kawasan dari ancaman ekstremisme, khususnya yang menyasar generasi muda lewat platform digital.
[]